Sukses

Sering Dikaitkan dengan Hal Mistis, Daun Kelor Punya Manfaat Sebagai Antioksidan

Daun kelor acap kali dikaitkan dengan berbagai hal mistis. Sebagian masyarakat daerah meyakini bahwa daun yang juga dikenal dengan nama moringa oleifera ini bisa melunturkan susuk dan mengusir setan.

Liputan6.com, Jakarta Daun kelor acap kali dikaitkan dengan berbagai hal mistis. Sebagian masyarakat daerah meyakini bahwa daun yang juga dikenal dengan nama moringa oleifera ini bisa melunturkan susuk dan mengusir setan.

Terlepas dari berbagai hal mistis terkait, secara ilmiah daun kelor memiliki segudang manfaat. Ini adalah tanaman asli India dan ditemukan juga di berbagai negara lain seperti Indonesia. Daun berwarna hijau dan berukuran kecil ini mengandung protein, vitamin, dan mineral, sehingga berguna untuk melawan kekurangan gizi.

Melansir Webmd, kelor merupakan sumber makanan penting di beberapa bagian dunia. Ini dapat ditanam dengan mudah dan mampu mempertahankan banyak nilai gizinya saat dikeringkan. Sebagai antioksidan, kelor membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan. Daun ini juga dapat membantu mengurangi peradangan dan mengurangi rasa sakit.

Di masyarakat umum kelor sering digunakan untuk asma, diabetes, menyusui, dan banyak tujuan lainnya, tetapi tidak ada bukti ilmiah yang baik untuk mendukung penggunaan ini. Masih belum cukup bukti terkait penggunaan kelor untuk asma.

“Namun, penelitian awal menunjukkan bahwa mengonsumsi 3 gram kelor dua kali sehari selama 3 minggu dapat mengurangi keparahan gejala asma dan meningkatkan fungsi paru-paru pada orang dewasa dengan asma ringan hingga sedang,” mengutip Webmd, Sabtu (16/7/2022).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pengobatan Diabetes dan Penyakit Lainnya

Sedangkan, efek kelor pada pengendalian diabetes belum begitu jelas. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa mengonsumsi tablet kelor bersama dengan jenis obat yang disebut sulfonilurea tidak meningkatkan kontrol gula darah yang diukur dengan kadar hemoglobin A1C.

Namun, pada penderita diabetes tablet kelor tampak mengurangi kadar gula darah puasa dan pasca makan dibandingkan dengan mengonsumsi sulfonilurea saja. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengonsumsi daun kelor dengan makanan juga dapat mengurangi kadar gula darah pasca makan pada penderita diabetes yang tidak mengonsumsi obat diabetes.

Pada HIV/AIDS, penelitian awal menunjukkan bahwa mengonsumsi bubuk daun kelor setiap kali makan selama 6 bulan dapat meningkatkan indeks massa tubuh (BMI) tetapi tampaknya tidak meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

Sementara pada tingginya kadar kolesterol atau lemak lain (lipid) dalam darah (hiperlipidemia) efek kelor tidak jelas.

“Efek kelor dalam menurunkan kadar kolesterol tidak jelas. Penelitian awal dengan kualitas yang buruk menunjukkan hasil yang beragam. Diperlukan penelitian tambahan.”

3 dari 4 halaman

Baik untuk Ibu Menyusui?

Seperti pada penanganan kolesterol, penelitian mengenai efek kelor untuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI) juga beragam.

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa kelor meningkatkan produksi susu setelah satu minggu penggunaan, sementara penelitian awal lainnya tidak menunjukkan manfaat. Juga tidak jelas apakah kelor bermanfaat bila digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama.

Pada orang dengan kondisi kurang gizi akibat pola makan yang buruk atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap nutrisi kelir juga terlihat memberikan manfaat. Penelitian awal menunjukkan bahwa menambahkan bubuk kelor ke makanan selama 2 bulan membantu meningkatkan berat badan pada anak-anak yang kekurangan gizi.

Sedangkan pada gejala menopause, penelitian awal menunjukkan bahwa menambahkan daun kelor segar ke makanan selama 3 bulan meningkatkan gejala menopause seperti hot flashes dan masalah tidur pada wanita sehat pascamenopause.

Penelitian awal terkait kekurangan vitamin A menunjukkan bahwa menambahkan bubuk kelor ke sereal bayi tidak meningkatkan kadar vitamin A pada bayi dengan kadar vitamin A rendah.

4 dari 4 halaman

Pada Penyakit Lain

Bukti-bukti manfaat kelor juga belum cukup untuk penyakit-penyakit berikut:

-Gingivitis atau suatu bentuk penyakit gusi yang ringan

-Tinea pedis atau suatu penyakit kulit yang berlokasi di jari-jari kaki

-Kontrol kelahiran

-Kanker

-Infeksi tertentu (infeksi oportunistik) pada penderita HIV/AIDS

-Sembelit

-Penanganan ketombe

-Diare

-Sakit kepala

-Penyakit jantung

-Gagal jantung dan penumpukan cairan di dalam tubuh (gagal jantung kongestif atau CHF)

-Tekanan darah tinggi

-Meningkatkan hasrat seksual pada orang sehat

-Infeksi usus oleh parasit

-Batu ginjal

-Rendahnya tingkat sel darah merah pada orang dengan penyakit jangka panjang

-Kegemukan

-Osteoartritis

-Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)

-Gangguan kejang (epilepsi)

-Infeksi kulit

-Gigitan ular

-Sakit maag

-Pembengkakan (radang) lambung (gastritis)

-Kutil

-Penyembuhan luka

-Kondisi lain.

Kelor “kemungkinan” aman jika daun, buah, dan bijinya dimakan sebagai makanan. Daun dan biji kelor “kemungkinan” juga aman digunakan sebagai obat, jangka pendek. Produk yang mengandung daun kelor telah digunakan hingga 6 bulan. Produk yang mengandung biji kelor telah digunakan hingga 3 minggu. Akar kelor dan kulit akar mungkin tidak aman. Akar dan kulit akar mengandung zat beracun.

“Diperlukan lebih banyak bukti untuk menilai kelor untuk penggunaan ini.”