Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID-19 di Indonesia meningkat drastis. Menurut laporan harian sebaran COVID-19 per 16 Juli 2022 penambahan kasus tembus angka 4 ribu tepatnya 4.329.
Angka ini turut menambah akumulasi kasus COVID-19 di Indonesia menjadi 6.131.413 sejak Maret 2020.
Baca Juga
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 2.702 sehingga akumulasinya menjadi 5.947.980.
Advertisement
Kasus meninggal juga terus meningkat. Peningkatan hari ini sebanyak 6 kasus sehingga akumulasinya menjadi 156.839.
Kasus aktif mengalami peningkatan sebanyak 1.621 sehingga akumulasinya menjadi 26.594.
Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 84.796 dan suspek sebanyak 5.093.
Laporan dalam bentuk tabel turut merinci penambahan kasus baru terbanyak di 5 provinsi. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali.
-DKI Jakarta hari ini melaporkan 2.131 kasus baru dan 1.599 orang telah sembuh.
-Jawa Barat 871 kasus positif baru dan 312 sembuh dari COVID-19.
-Banten di peringkat ketiga dengan 643 kasus positif baru dan 359 orang telah sembuh.
-Jawa Timur 251 kasus baru dan 239 sembuh.
-Bali 158 kasus konfirmasi baru dan 76 orang sudah dinyatakan sembuh.
Beberapa provinsi menunjukkan penambahan kasus baru di angka puluhan, tapi beberapa lainnya masih di angka satuan. Masih ada 5 provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Kelima provinsi itu adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Laporan Sebelumnya
Di hari sebelumnya, yakni pada Jumat 15 Juli 2022 DKI Jakarta masih jadi penyumbang terbanyak kasus harian COVID-19. DKI Jakarta melaporkan ada 1.613 kasus positif COVID-19.
Lalu, Jawa Barat menyumbangkan kasus positif sebanyak 660. Disusul Banten 460 kasus positif COVID-19 per 15 Juli 2022 hingga pukul 12.00 WIB.
Secara nasional penambahan kasus COVID-19 hari kemarin sejumlah 3.331. Lebih rendah dari hari ini. Akumulasi selama 2,5 tahun pandemi di Indonesia sejak ditemukan pertama kali pada Maret 2020 hingga kemarin berjumlah 6.127.084 kasus.
Lalu, hingga kemarin, masih ada 24.973 kasus aktif Corona di Indonesia. Mereka masih menjalani masa perawatan di rumah sakit maupun isolasi di rumah maupun terpusat.
Angka kesembuhan dari infeksi SARS-CoV-2 bertambah 2.842. Maka akumulasinya menjadi 5.945.278.
Namun, sayang masih ada terus laporan angka kematian akibat COVID-19. Tercatat enam orang meninggal gegara Corona. Akumulasi selama 2,5 tahun pandemi adalah 156.833 meninggal karena COVID-19.
Pandemi COVID-19 yang berlangsung lama membawa berbagai dampak pada berbagai bidang salah satunya imunisasi anak.
Advertisement
Akibat Pandemi
WHO dan UNICEF menemukan bahwa pandemi COVID-19 memicu penurunan berkelanjutan terbesar dalam capaian vaksinasi anak selama 30 tahun terakhir.
Persentase anak penerima tiga dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3) yang rendah menandakan bahwa cakupan imunisasi di seluruh negara turun 5 poin antara 2019 dan 2021 menjadi 81 persen.
Akibatnya, 25 juta anak pada 2021 melewatkan satu atau lebih dosis DTP yang biasanya didapatkan dari layanan imunisasi rutin. Angka ini 2 juta lebih banyak daripada mereka yang tidak mendapatkan suntikan pada tahun 2020 dan 6 juta lebih banyak dari pada tahun 2019. Padahal, jumlah anak-anak yang berisiko penyakit DTP semakin meningkat.
Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor termasuk:
-Peningkatan jumlah anak yang hidup di tengah konflik
-Akses imunisasi yang menantang
-Meningkatnya informasi yang salah
-Masalah terkait COVID-19 seperti gangguan layanan dan rantai pasokan
-Pengalihan sumber daya ke upaya respons, dan penahanan
-Tindakan yang membatasi akses dan ketersediaan layanan imunisasi.
Peringatan Merah
Menurut Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, ini adalah peringatan merah untuk kesehatan anak.
“Kami menyaksikan penurunan berkelanjutan terbesar dalam imunisasi anak dalam satu generasi. Konsekuensinya akan diukur dalam kehidupan,” kata Russel mengutip keterangan pers, Sabtu (16/7/2022).
Russel menambahkan, pandemi COVID-19 yang memicu tindakan penguncian atau lockdown juga berperan besar dalam penurunan berkelanjutan imunisasi anak.
“COVID-19 bukan alasan. Kita perlu mengejar imunisasi untuk jutaan orang yang belum atau kita pasti akan menyaksikan lebih banyak wabah, lebih banyak anak sakit dan tekanan yang lebih besar pada sistem kesehatan yang sudah tegang.”
Menurutnya, 18 juta dari 25 juta anak tidak menerima dosis tunggal DTP sepanjang tahun, sebagian besar dari mereka tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. India, Nigeria, Indonesia, Ethiopia dan Filipina mencatat jumlah tertinggi.
Di antara negara-negara tersebut, negara dengan peningkatan terbesar dalam jumlah anak yang tidak menerima vaksin tunggal antara 2019 dan 2021 adalah Myanmar dan Mozambik.
Advertisement