Liputan6.com, Jakarta - Fenomena long COVID di Indonesia rupanya cukup tinggi, yakni di angka 66,5 persen. Long COVID merupakan kondisi yang dialami penyintas COVID-19 atau selepas seseorang sembuh dari COVID-19, namun masih merasakan keluhan dalam jangka waktu lama.
Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta Agus Dwi Susanto memaparkan, fenomena long COVID-19 di Indonesia sudah dipublikasikan dalam jurnal berjudul, Clinical characteristics and quality of life of persistent symptoms of COVID-19 syndrome in Indonesia. Jurnal ini terbit di GERMS pada 3 April 2022.
Baca Juga
Studi long COVID-19 tersebut merupakan kerja sama antara RSUP Persahabatan Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Studi ini dilakukan pada 9 - 28 Januari 2021.
Advertisement
Studi dilakukan dengan responden mengisi kuesioner pada aplikasi yang sudah diberikan secara online dengan menilai kualitas dari berbagai parameter. Penilaian juga termasuk seberapa besar gejala dan derajat keparahan long COVID yang dialami.
"Hasil penelitian dari total responden awalnya ada 410 subjek, tapi ternyata banyak yang tidak bisa kita olah (datanya), karena pengisian (data) tidak lengkap. Sehingga responden yang memiliki kriteria kondisi sepenuhnya adalah 385 orang," papar Agus saat Konferensi Pers Long COVID-19 di RSUP Persahabatan Jakarta pada Senin, 18 Juli 2022.
"Terbanyak adalah perempuan 58,7 persen dengan usia 18-40 tahun (60,8 persen) dan dikatakan, gejala pasca sembuh pada sebagian long COVID yang kami temukan pada 256 subjek atau 66,5 persen populasi yang kami survei."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala Paling Dominan
Dari hasil 66,5 persen responden yang mengalami long COVID-19, Agus Dwi Susanto menyebut gejala yang paling sering ditemukan. Gejala berupa kelelahan menduduki posisi teratas dengan 29,4 persen.
Responden yang alami long COVID juga memiliki komorbid dengan gejala asma yang paling banyak, yakni di angka 11,2 persen. Secara rinci, gejala dan komorbid yang mengalami long COVID antara lain:
Gejala
- Fatique atau kelelahan 29,41 persen
- Batuk 15,55 persen
- Nyeri otot 11,7 persen
- Sesak napas 11,2 persen
Komorbid
- Asma 11,2 persen
- Hipertensi 11 persen
- Diabetes 5,7 persen
"Komorbid lain juga ada seperti kanker (2,6 persen), penyakit pencernaan (2,4 persen), tuberkulosis (2,1 persen), penyakit ginjal (1,7 persen), penyakit kardiovaskular (1,4 persen), dan penyakit autoimun (1,4 persen). Pada pasien kami temukan sebagian besar sampel adalah pasien yang memiliki obesitas," lanjut Agus.
Advertisement
Sebagian Besar Gejala Ringan
Studi long COVID yang dilakukan Agus Dwi Susanto dkk menyasar area paling banyak berada di Indonesia bagian barat (94 persen). Kemudian ada di Indonesia bagian tengah (5,5 persen) dan Indonesia bagian timur (0,5 persen).
"Kita bisa lihat derajat keparahan pada pasien. Sebagian besar justru ringan yang dialami 220 pasien (57,1 persen). Jadi, ini juga memberikan gambaran bahwa pasien-pasien COVID-19 gejala ringan juga bisa mengalami long COVID," jelas Agus.
"Karena sebagian besar yang kami survei, gejalanya ringan. Ada juga yang (gejala long COVID) sedang (20,3 persen), berat (20 persen), dan kritis (2,6 persen)."
Studi juga memaparkan, pasien long COVID ada yang menjalani perawatan isolasi mandiri. Isolasi mandiri ini terbanyak dengan 42,5 persen dan isolasi di rumah sakit (41,8 persen.
Pasien long COVID pun ada yang masuk ruang ICU 7,2 persen dan Wisma Atlet Kemayoran 9,3 persen.
Lama Perawatan Long COVID
Lama perawatan pasien yang alami long COVID dari studi Agus Dwi Susanto dkk bervariasi. Rata-rata lama perawatan berkisar 14 hari.
"Kalau kita lihat lama perawatan itu rata-rata dua minggu atau 14 hari (65,2 persen). Ada yang perawatannya 15 - 30 hari (28,6 persen) dan lebih dari 30 hari (6,2 persen)," kata Agus.
Selain lama perawatan, studi menunjukkan, temuan pemeriksaan radiologi. Hasil pemeriksaan X-ray memaparkan sebagian besar pasien mengalami pneumonia.
"Pasien juga dilakukan pemeriksaan X-ray. Hasilnya, ditemukan pneumonia sebanyak 55,9 persen dari sampel yang dilakukan pemeriksaan. Kemudian ditanya, apakah mendapatkan terapi oksigen," terang Agus.
"Nah, sebagian besar mendapatkan terapi oksigen (22,6 persen). Terapi oksigen yang diberikan bervariasi ya, mulai dari nasal kanul, masker sampai ventilator. Kami juga temukan gejala pasca COVID-19 yang menetap atau persisten itu 66,5 persen."
Advertisement