Liputan6.com, Jakarta - Inovasi terbaru kit diagnostik BioColoMelt-Dx besutan PT Bio Farma diklaim mampu memangkas biaya untuk mendeteksi kanker usus besar (kolorektal). Bahkan biaya pemeriksaan pun terbilang lebih murah, terlebih pembuatan BioColoMelt-Dx menggunakan komponen dalam negeri 50 persen.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, BioColoMelt-Dx yang berbasis polymerase chain reaction (PCR) juga digunakan untuk diagnosis kanker usus besar. Biaya pemeriksaan diperkirakan Rp2 jutaan.
Baca Juga
"Soal harga, sebelumnya kalau kita mau mendiagnosa pasien dengan kualitas seperti ini, bisa Rp10 jutaan per pasien. Sekarang, dengan adanya standar kita (berbasis) PCR -- dengan BioColoMelt-Dx -- untuk mendiagnosa kanker kolorektal ini bisa Rp2 jutaan," beber Budi Gunadi saat konferensi pers Launching BioColoMelt-Dx di Auditorium RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.
Advertisement
BioColoMelt-Dx adalah kit diagnostik molekuler untuk mendeteksi kelainan genetik yang terutama terjadi pada pasien kanker kolorektal. Kit diagnostik berbasis PCR ini dengan analisis High Resolution Melting (HRM).
Hasil pemeriksaan BioColoMelt-Dx berupa informasi profil mutasi kanker yang bisa digunakan oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Hasil informasi ini akan menentukan jenis obat yang memberikan respon terapi paling optimal pada pasien kanker kolorektal yang bersangkutan.
Produk BioColoMelt-Dx untuk deteksi kanker usus besar ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dengan nomor KEMENKES RI AKD 20306220065 yang dirilis pada tanggal 1 Juli 2022. BioColoMelt-Dx juga dapat digunakan untuk penapisan (skrining) Lynch syndrome, suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai macam kanker dan bersifat keturunan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Deteksi Perubahan DNA
Keunggulan penggunaan BioColoMelt-Dx, menurut Budi Gunadi Sadikin, dapat mendeteksi perubahan DNA dengan lebih cepat. Dalam hal ini, diagnosis seseorang mengidap kanker usus besar atau tidak, bisa terdeteksi.
"Jadi, memang kanker itu kan terjadi mutasi dari DNA kita. DNA bisa berubah pada tiga hal, yaitu faktor genetik, lingkungan, dan virus. Nah, teknologi untuk melihat perubahan DNA, itu pakai PCR," ujarnya.
"Ya, teknologi sederhana dan murah, alatnya lebih banyak dibandingkan dengan teknologi seperti genome sequencing yang lebih advance (maju). Dengan PCR bisa mendeteksi perubahan DNA di posisi-posisi tertentu (jaringan)."
Menilik kanker usus besar, apabila sudah diketahui perubahan DNA karena adanya mutasi virus dapat mendukung pengobatan dan perawatan dengan lebih cepat.
"Kalau kita udah tahu perubahan DNA-nya apa kita tahu persis, ini kankernya apa dan di mana (lokasinya). Sehingga ketika kita sudah tahu pengobatannya gimana. Alat ini (BioColoMelt-Dx) tugasnya untuk mendiagnostik biar kita tahu kankernya apa, disebabkannya oleh apa," imbuh Menkes Budi Gunadi.
Advertisement
Lebih Efektif dan Efisien
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RS Kanker Dharmais Soeko W Nindito mengatakan, RS Sakit Kanker Dharmais sebagai pusat kanker nasional ke depan bertekad untuk memanfaatkan kit diagnostik BioColoMelt-Dx.
“Kit ini, akan lebih efisien dan lebih efektif untuk mendeteksi dini kanker usus, sehingga timbulnya kanker dapat dicegah atau ditangani dengan tata laksana yang lebih tepat”, katanya.
Produk BioColomelt-Dx merupakan inovasi hasil kolaborasi Bio Farma dan PathGen -- PT. PathGen Diagnostik Teknologi -- yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan seperti Universitas Nottingham Inggris, dan laboratorium pengembangan di Indonesia (Lab LIPI dan BRIN).
Dari segi kemandirian alat kesehatan, BioColoMelt-Dx memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 50 persen. Hal ini membuktikan kemandirian nasional dalam hal penyediaan alat kesehatan dapat tercapai.
Penggunaan komponen bahan baku dalam negeri juga menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari kebergantungan atas alat kesehatan impor dan akan menekan biaya pemeriksaan.
Inovasi Terapeutik Lebih Personalize
Kepala LKPP Azwar Anas menambahkan, pihaknya akan mendukung inovasi dan produk dalam negeri seperti produk BioColoMelt-Dx buatan PT Bio Farma menjadi punya panggung utama termasuk sektor kesehatan.
“Kalau kita lihat ke depan pada tahun 2050 Indonesia masuk empat besar ekonomi dunia. Artinya, industri dalam negeri harus kuat," tambahnya.
"Salah satu yang paling penting di dalamnya adalah industri kesehatan. Mudah-mudahan, hari ini akan menjadi milestone (tonggak pencapaian) lahirnya inovasi-inovasi baru, sehingga akan memperkuat industri dalam negeri di Indonesia, khususnya di sektor kesehatan."
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, Holding BUMN Farmasi berkomitmen untuk selalu berkolaborasi dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan (stakeholder) dan semua pihak yang bisa mewujudkan produk-produk sebagai bagian dari cinta produk Indonesia.
"Dalam transformasi Bio Farma sendiri, kami juga sudah mulai memposisikan diri dalam dua hal penting. Yang pertama, bagaimana kita masuk (menghasilkan) inovasi produk diagnostik juga terapeutik yang sifatnya lebih personalize -- disesuaikan dengan kondisi dan diagnosis setiap pasien. Karena sebenarnya tren ke depan adalah hal seperti ini," ujarnya.
Advertisement