Liputan6.com, Jakarta Pembawa acara Tanah Air, Ruben Onsu telah cukup lama dikabarkan sedang menjalani pengobatan. Sejak dikabarkan sedang sakit, belum ada yang benar-benar mengetahui apa penyakit yang dialaminya.
Baru-baru ini pun kabar terkait kondisi kesehatan suami Sarwendah tersebut mulai terungkap. Ruben Onsu mengatakan lewat pemeriksaan MRI diketahui bahwa ada bercak putih pada bagian otak dan mengalami Empty Sella Syndrome.
Baca Juga
Ruben Onsu sempat memberi tahu kondisinya pada rekan kerja sekaligus sahabatnya, Irfan Hakim. Kala itu mereka berdua ada dalam acara yang sama dan Ruben Onsu meminta maaf karena tidak bisa berada pada suhu dingin.
Advertisement
"Aku bilang, sorry ya kenapa gue enggak bisa dalam suhu yang gini karena kalau gue udah kena dingin itu gue langsung drop badannya," ujar Ruben Onsu dalam talkshow bersama Irfan Hakim dan Raffi Ahmad mengutip kanal YouTube Trans7 Official pada Kamis, (21/7/2022).
"Kenapa kayak gitu? Kemarin ini aku sudah MRI, jadi ada salah satu juga bercak-bercak putih di bagian otak, dan yang kedua juga ada Empty Sella Syndrome," kata Ruben Onsu.
Ruben Onsu menambahkan, Empty Sella Syndrome memiliki beberapa tingkatan. Efeknya seperti tidak kuat dalam suhu dingin dan mempengaruhi penglihatan sehingga harus terus-menerus ditetesi obat mata.
Kondisi Ruben Onsu juga diberitahukan pada rekan-rekan kerjanya seperti Irfan Hakim agar bila penyakitnya kambuh, ada yang dapat menggantikannya di lokasi saat syuting berlangsung.
"Gue bisa enggak ngeh, matanya jadi kayak buram (kalau sudah terkena suhu dingin), kabur. Aku sudah kayak enggak bisa bergerak gitu badannya," ujar Ruben Onsu.
Suhu Tangan Kanan Kiri Bisa Berbeda
Dalam kesempatan yang sama, Irfan Hakim mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu, Ruben Onsu pernah memintanya memegang kedua tangan yakni kanan dan kiri. Namun suhu kedua tangan tersebut ternyata berbeda.
"Ruben pernah panggil gue, suruh pegang dua tangannya. Tahu enggak? Kiri sama kanan suhunya beda. Jadi dia beda, gini beda kan suhunya. Masa bisa gitu," ujar Irfan Hakim.
Irfan Hakim menambahkan, terkadang saat syuting Ruben Onsu seringkali ingin pingsan. Biasanya ditandai dengan dirinya yang tiba-tiba memegang tangan rekannya sebagai signal bahwa badannya sudah mulai kaku.
"Kadang kalau lagi di panggung, dia tiba-tiba megang tangan kita karena dia mau jatuh, dia sudah kaku, dia sudah lemas. Penonton enggak ada yang tahu," kata Irfan Hakim.
Advertisement
Empty Sella Syndrome
Empty Sella Syndrome (ESS) seperti yang dialami Ruben Onsu mungkin istilah yang masih asing di telinga Anda.
Mengutip WebMD, ESS merupakan kondisi langka yang menyebabkan adanya gangguan pada sella tursika, sebuah celah kecil pada tulang di dasar otak yang dapat menahan dan melindungi kelenjar pituitari.
Menurut Cleveland Clinic, ESS begitu jarang terjadi. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa terdapat kurang dari satu persen pasien yang pernah mengalami ESS dengan gejala. Sedangkan dengan gejala terdapat sekitar delapan sampai 35 persen dari populasi yang mengalami.
Dalam beberapa pasien, sella tursika terbentuk sedemikian rupa dan cairan di tulang belakang dapat bocor ke dalamnya. Penumpukan cairan tersebut kemudian menekan kelenjar pituitari sehingga sella tursika pasiennya akan kosong.
Kondisi tersebut disebut dengan ESS primer. Sedangkan jenis lainnya yakni ESS sekunder, kelenjar pituitari bisa berada dalam kondisi yang rata atau kecil karena riwayat pasien yang pernah menjalani operasi atau radiasi untuk tumor atau cedera di kepala yang serius.
ESS sendiri kebanyakan tidak memiliki tanda-tanda. Itulah mengapa para pasien seringkali tidak merasakan apapun sebelumnya dan bisa merasa sehat-sehat saja.
Gejala ESS Seringkali Terlewatkan
Terdapat beberapa gejala yang umumnya muncul pada pasien dengan ESS. Berikut diantaranya.
- Sakit kepala
- Tekanan darah tinggi
- Kelelahan
- Impotensi (pada pria)
- Gairah seks rendah
- Tidak ada periode menstruasi atau tidak teratur (pada wanita)
- Infertilitas
Sedangkan terdapat pula gejala yang tidak umum yang juga dapat muncul pada pasien ESS seperti perasaan tekanan dalam tulang, cairan tulang belakang bocor melalui hidup, pembengkakan di mata, dan penglihatan kabur.
Penanganan ESS dapat dilakukan dengan dua hal yakni melalui obat-obatan dan operasi. Obat digunakan agar kelenjar pituitari dapat diperbaiki, sedangkan operasi dilakukan untuk mencegah cairan tulang belakang bocor.
Advertisement