Liputan6.com, Jakarta Lebih dari sepuluh ribu wanita di Prancis melaporkan adanya keluhan terkait menstruasi usai menerima vaksin COVID-19 melalui sebuah formulir yang dibuka secara daring.
Hal ini berawal saat Otoritas Kesehatan Prancis mengundang para wanita yang diduga mengalami persoalan menstruasi usai melakukan vaksinasi COVID-19 untuk mengisi laporan dalam situs web pemerintah mereka.
Baca Juga
Mengutip laman Connexion France, National Medicine Safety Agency (ANSM) Prancis mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima lebih dari sepuluh ribu laporan terkait adanya gangguan menstruasi usai menerima vaksin COVID-19.Â
Advertisement
Keseluruhannya mencakup 9.381 keluhan dari vaksin Pfizer dan 1.557 untuk vaksin Moderna. ANSM pun mendesak para wanita untuk memberikan informasi dengan detail soal keluhan menstruasi yang diduga terjadi usai mereka menerima vaksin COVID-19.
Namun hingga saat ini, belum dapat disimpulkan apakah ada hubungan antara menstruasi dengan vaksin mRNA. Data yang ada juga belum menjelaskan secara rinci apa yang terjadi.
Berkaitan dengan hal tersebut, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengungkapkan bahwa laporan tersebut memang benar adanya.
"Jadi memang ada data dari Inggris bahwa vaksinasi COVID-19 baik satu, dua, dan booster itu pada sebagian kecil perempuan dapat mengganggu siklus menstruasi," ujar Dirga dalam Virtual Class Liputan6.com pada Jumat (22/7/2022).
"Tapi ini sifatnya hanya bulan itu saja, bulan kedepannya itu bisa normal lagi juga," tambahnya.
Tidak Pengaruhi Kesehatan Reproduksi
Lebih lanjut Dirga mengungkapkan bahwa vaksinasi COVID-19 juga tidak terbukti mempengaruhi kesehatan reproduksi secara umum. Meskipun beberapa wanita merasakan adanya gangguan menstruasi pada bulan dimana mereka melaksanakan vaksinasi.
"Kemudian diteliti, didalami, itu tidak memengaruhi kesehatan reproduksi secara umum. Jadi artinya tidak mengganggu kesuburan, tidak menimbulkan masalah hanya," kata Dirga.
Dirga menjelaskan, hal tersebut bisa terjadi lantaran adanya proses inflamasi. Sehingga terdapat sebagian kecil wanita yang mengalami perubahan pada siklus menstruasinya di bulan tersebut.
"Hanya karena semata-mata ada proses inflamasi, maka orang-orang tertentu yang sangat sedikit itu bisa mengalami perubahan siklus menstruasi pada bulan atau siklus tersebut. Bulan depannya sudah kembali normal lagi," ujar Dirga.
Advertisement
Memang Mungkin Terjadi
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril. Menurutnya, kondisi tersebut memang mungkin saja terjadi pada orang yang hypersensitive.
"Hypersensitive itu bisa macam-macam. Bisa gatal di kulit, kemudian di sklera mata merah, ada yang sampai mual muntah. Itu kejadian-kejadian pada orang hypersensitive," kata Syahril.
Terlebih menurut Syahril, terdapat sebagian perempuan yang memang sensitif terhadap siklus menstruasinya. Bahkan dapat dipengaruhi lewat makanan atau aktivitas yang tengah dilakukan.
"Perempuan kan ada yang begitu sensitif pada siklus menstruasinya. Kalau misalnya makan sesuatu atau di daerah sesuatu terlalu dingin, terlalu panas, atau dalam kecemasan stres. Sehingga menstruasinya tidak begitu terkendali," ujar Syahril.
Efek Samping Tidak Parah
Dalam keterangan ANSM, laporan yang ditemukan sendiri tidak menunjukkan adanya efek samping yang parah pada wanita yang mengeluhkan kabar satu ini.
Laporan yang diberikan hanya berupa dua cara yakni pendarahan secara abnormal, seperti munculnya bercak atau periode menstruasi terasa lebih berat dari biasanya. Serta periode menstruasi yang tertentu.
Hipotesis yang ada sejauh ini juga menunjukkan bahwa hal itu bisa disebabkan oleh efek samping vaksin lainnya, seperti sakit kepala, demam, dan mual.
ANSM mengungkapkan bahwa efek samping tersebut terkadang memang dapat mempengaruhi hormon. Stres yang signifikan pada tubuh akibat tindakan vaksinasi juga dapat mengganggu siklus menstruasi.Â
Advertisement