Liputan6.com, Cibinong - Setidaknya ada tiga tugas 'besar' yang diberikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, yaitu vaksinasi COVID-19, mengatasi pandemi, dan melakukan transformasi kesehatan agar masyarakat di tanah air hidup sehat.
Dua tugas pertama sudah terlaksana dan cenderung berjalan lancar. Saat ini, tugas nomor tiga menanti di depan mata. Terkait poin yang terakhir itu, ada tiga masalah kesehatan yang harus segera dibereskan, di antaranya stunting, kematian ibu, dan kematian anak.
Baca Juga
Menkes Budi menyebut bahwa stunting di Indonesia masih tinggi, sekitar 20 persen. Sementara itu kematian ibu saat melahirkan mencapai 7.800-an kasus per tahun, serta kematian anak yang menyentuh angka 25.000 per tahun.
Advertisement
"Itu yang mau kita turunkan," kata Budi kepada Health Liputan6.com saat mengikuti kegiatannya mengunjungi SMP, SMA, dan SMK yang ada di kawasan Kabupaten Cibinong, Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 21 Juli 2022.
Dijelaskan orang nomor satu di Kemenkes RI, masalah hipertensi adalah penyebab terbanyak seorang ibu meninggal saat berjuang untuk melahirkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mencegah terjadinya hipertensi dengan rutin berolahraga.
"Kedua, kematian ibu, kematian anak, dan stunting disebabkan karena kurang gizi. Makanya mesti makan yang cukup," kata dia.
"Ketiga, kematian ibu dan anak juga disebabkan karena anemia atau kurang darah, jadi, mesti minum tablet tambah darah," Menkes Budi menambahkan.
Dengan olahraga yang teratur, diharapkan terbebas dari hipertensi atau setidaknya dapat menurunkan kondisi itu.
Bila sejak remaja terbiasa mengonsumsi makanan bergizi ditambah dengan minum TTD agar tidak kurang darah atau anemia untuk remaja putri, diharapkan semua permasalahan tersebut bisa dihindari.
Â
Remaja Putri Harus Terhindari dari Anemia
Lebih lanjut Menkes mengatakan bahwa Kemenkes RI menargetkan 12 juta remaja putri berusia SMP sampai remaja tercukupi gizinya dan tentu saja tidak anemia.
"Ada lima juta ibu yang hamil setiap tahun dan 12 juta remaja putri yang nantinya akan masuk masa subur. Nah, itu tidak mungkin dilakukan sendiri. Kita harus lakukan dalam model gerakan, di mana masing-masing putri ini mengerti bahwa mereka harus menjaga kesehatannya," katanya.
"Itu sebabnya kita bikin program #AksiBergizi ini," ujarnya.
Salah satu bentuk kegiatan dari program #AksiBergizi yang dicanangkan Menkes Budi adalah dengan pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada para siswi yang duduk di bangku SMP dan SMA.
Sebagai langkah awal, pemberian TTD dilakukan di empat sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Cibinong dengan penerima sekitar 630 orang, SMP Negeri 1 Cibinong 640 orang, SMA Negeri 2 Cibinong sebanyak 600 orang, dan SMK Negeri 1 Cibinong sekitar 500 orang.
"TTD diberikan kepada siswi SMP kelas 7-9 dan SMA kelas 10-12," katanya.
Â
Advertisement
Mengapa Bisa Anemia?
Anemia terjadi karena kekurangan zat besi. Dengan mencukupi zat besi melalui pemberian TTD, diharapkan Hb para remaja di atas 12.
"Cukup itu di atas 12. Kurang dari 12 berarti kurang darah," Menkes menjelaskan.
Budi, menjelaskan, kecukupan zat besi pada remaja harus ditingkatkan sehingga dapat menurunkan prevalensi anemia di kalangan putri --- yang sebelumnya 13 persen menjadi 10 persen.
"Anemia ini bisa menyebabkan stunting, kematian ibu, dan kematian anak. Artinya, kecukupan zat besi mesti kita naikan," katanya.