Liputan6.com, Jakarta Pencegahan cacar monyet atau monkeypox juga perlu dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya dengan memahami tentang penyakit yang ditularkan oleh virus ini. Hal ini seperti disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane.
"Masyarakat harus memahami mengenai penyakit ini agar dapat ikut berperan aktif dalam upaya pencegahan secara bersama-sama," kata Masdalina.
Baca Juga
Salah satu contoh peran masyarakat adalah dengan segera memeriksakan diri jika merasakan gejala yang mengarah kepada penyakit tersebut.
Advertisement
"Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pencegahan suatu penyakit sehingga edukasi dan sosialisasi perlu diperkuat, agar masyarakat dapat mengenali apa itu cacar monyet dan dapat berperan aktif dalam upaya pencegahan," kata wanita berkacamata itu mengutip Antara.
Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menjelaskan bahwa monkeypox merupakan salah satu penyakit virus yang disebabkan oleh Orthopoxvirus.
"Masa inkubasi antara 5-21 hari, dengan gejala bervariasi pada setiap penderita, tetapi mirip dengan penyakit infeksi lain, pada umumnya gejala adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening dan yang khas adalah munculnya ruam di kulit," katanya.
Â
Jangan Ada Stigma pada Pasien Cacar Monyet
Lebih lanjut, Masdalina mengatakan jangan sampai penyakit ini lekat dengan stigma. Hal itu bisa membuat seseorang takut memeriksakan diri kalau merasakan gejala.
"Yang terpenting adalah jangan sampai ada stigma terkait dengan penyakit ini karena dikhawatirkan, stigma akan membuat seseorang yang merasakan gejala akan takut melapor atau memeriksakan diri," katanya.
Sistem deteksi dini perlu terus diperkuat sebagai langkah antisipasi mengingat saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memutuskan cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
"Peran aktif masyarakat juga sangat penting guna memperkuat sistem pengendalian terhadap penyakit ini," katanya.
Sebelumnya, pakar kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan perlunya sosialisasi intensif terkait cacar monyet atau monkeypox kepada masyarakat hingga ke tingkat desa atau kelurahan.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu menjelaskan sosialisasi dan edukasi secara garis besar harus meliputi pengertian cacar monyet dan pengertian darurat kesehatan.
Â
Advertisement
IDI Minta Dokter Tindak Lanjuti Pasien Mengarah ke Gejala Cacar Monyet
Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Agus Dwi Susanto meminta tenaga kesehatan (nakes) baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut. Yakni dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) yang merupakan metode pemeriksaan virus monkeypox dengan mendeteksi DNA virus tersebut.
Menurut Agus, pemahaman yang baik terhadap cacar monyet dan kewaspadaan dini pada cacar monyet jadi modal utama dalam aspek pencegahan.
"Upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan yang dinilai paling efektif pada saat outbreak, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas," kata Agus.
Hal senada juga disampaikan Adityo mengingat sudah ada temuan kasus cacar monyet di Singapura, masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan masuk ke Indonesia.
Kewaspadaan paling penting terutama pada populasi khusus yakni anak-anak, ibu hamil, lansia dan orang dengan imunitas rendah. Kelompok tersebut memiliki risiko fatalitas cacar monyet lebih tinggi.