Sukses

Cegah Kanker Serviks, Ini Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Disuntik Vaksin HPV

Vaksin HPV untuk cegah kanker serviks dianggap sudah tidak begitu efektif bila sudah aktif berhubungan seksual.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data himpunan Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, terdapat 36.633 orang yang terdiagnosa dengan kanker serviks di Indonesia. Alhasil, kanker serviks menempati posisi kedua sebagai kanker dengan pasien tertinggi setelah kanker payudara yang dialami oleh perempuan Tanah Air.

Salah satu upaya untuk mencegah kanker serviks sendiri dapat dilakukan dengan melakukan vaksin Human Papilloma Virus (HPV).

Lalu, apa saja hal-hal yang perlu dipertimbangkan jika hendak melakukan vaksin HPV, terutama bagi Anda yang telah aktif berhubungan seksual?

Konsultan Onkologi Ginekologi dan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono mengungkapkan bahwa bila seseorang sudah melakukan hubungan seks dan ingin melakukan vaksin HPV, maka langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan lebih dulu.

Hal tersebut dikarenakan kanker serviks mungkin saja memiliki gejala yang tidak langsung terlihat. Terlebih menurut Andrijono, vaksin HPV menjadi tidak begitu efektif bila seseorang sudah terkena kanker serviks.

"Takutnya nanti kalau divaksin dulu, tidak dilihat dulu serviksnya ada (atau tidak), ada kanker serviks yang tersembunyi," ujar Andrijono dalam seminar media Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia oleh Roche Indonesia ditulis Kamis, (28/7/2022). 

"Jangan sampai mereka sudah kanker serviks, kita vaksin. Itu enggak ada gunanya," kata Andrijono.

Sehingga bila Anda hendak melakukan vaksin HPV, akan lebih baik jika melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan dan mengetahui kondisi kesehatan diri sendiri agar efektif.

 

 

2 dari 4 halaman

Dosis Vaksin HPV Berbeda, Sesuai Umur

Andrijono menjelaskan, vaksin HPV dapat diberikan mulai dari usia sembilan hingga 45 tahun. Namun terdapat perbedaan dosis diantara bagi masing-masing rentang usia.

"Bedanya kalau sembilan sampai 13 tahun itu dua dosis, kalau 14-45 itu tiga dosis," tuturnya.

Kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang bisa untuk dicegah. Namun prevalensi dan angka kematiannya masih kerap tinggi. Menurut Andrijono, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya kemauan masyarakat untuk melakukan deteksi dini.

"Mereka kebanyakan tidak mau skrining karena malu, enggan, dan belum merasa perlu karena tidak ada keluhan," ujar Andrijono.

Andrijono menambahkan, padahal deteksi yang dilakukan saat menunggu keluhan berarti kanker serviks sudah terjadi. Sedangkan bila sudah terdeteksi lebih awal atau saat belum ada keluhan sebenarnya dapat mencegah untuk risiko kanker itu sendiri untuk dapat berkembang lebih jauh.

"Jadi kenapa kanker serviks di Indonesia masih tinggi? Ya tadi, deteksi dininya tidak berjalan dengan baik," kata Andrijono.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks

Lebih lanjut Andrijono mengungkapkan bahwa sebenarnya deteksi dini merupakan hal yang mutlak harus dilakukan pada wanita yang sudah melakukan hubungan seksual.

"Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks," kata Andrijono.

Berkaitan dengan vaksin HPV, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun telah memasukkan vaksin satu ini dalam daftar imunisasi wajib pada anak. Cara tersebut dianggap menjadi upaya pemerintah untuk menekan adanya kematian akibat kanker serviks.

"Target vaksin HPV gratis (vaksinasi program nasional) adalah anak perempuan usia sekolah kelas 5 dan 6 SD atau sederajat," ujar Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr Prima Yosephine saat dihubungi Health Liputan6.com beberapa waktu lalu.

4 dari 4 halaman

Akan Diberikan Saat BIAS

Vaksin HPV di Indonesia akan diberikan secara gratis pada anak kelas 5-6 SD dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang jatuh pada bulan Agustus setiap tahunnya.

Pemberian vaksin HPV gratis tersebut akan berlangsung di sekolah masing-masing. Namun, bagi yang tidak bersekolah, maka pemberian vaksin HPV akan didata lewat petugas kesehatan setempat.

"Imunisasi HPV ini diberikan pada saat imunisasi anak sekolah setiap bulan Agustus. Untuk anak yang tidak bersekolah maka petugas kesehatan setempat akan mendata dan menentukan kapan dan dimana pelayanan akan dilaksanakan," ujar Prima.