Sukses

Banyak Terjadi di Kaum Gay tapi Cacar Monyet Bukan Penyakit Menular Seksual

Cacar monyet banyak terjadi pada gay, biseksual, lesbian, dan pasien HIV. Namun cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dipublikasi dalam The New England Journal of Medicine menemukan bahwa cacar monyet (monkeypox) 98 persen terjadi pada gay dan pria biseksual. Studi yang dipublikasikan pada Kamis, 21 Juli 2022 tersebut melibatkan 528 partisipan pada tanggal 27 April s.d 27 Juni 2022 di 16 negara.

Selain itu, cacar monyet juga dilaporkan banyak terjadi pada kelompok lesbian dan orang dengan Human Immunodeficiency Virus atau yang lebih dikenal dengan HIV.

Akibatnya, banyak orang menduga-duga bahwa cacar monyet adalah penyakit menular seksual. Padahal sebenarnya, cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual, lho.

Dokter spesialis kulit dan kelamin sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Cacar Monyet Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari mengungkapkan bahwa konsentrasi kasus cacar monyet memang banyak terjadi pada populasi khusus.

"Konsentrasinya memang banyak sekali dilaporkan banyak kasus ini pada populasi khusus gay, lesbian, dan juga HIV. Itu dilaporkan sebagai populasi yang cukup banyak terkena dampak dari monkeypox," ujar Hanny dalam virtual media briefing bersama PB IDI mengenai Monkeypox pada Selasa, (2/8/2022).

"Meskipun begitu, masih secara teori bahwa dilaporkan penularannya bukan hanya sexual contact. Sexual contact tentunya melakukan kontak yang sangat erat dari kulit ke kulit. Tapi yang menjadi concern kita bersama adalah kontak erat," kata Hanny.

Hanny menyebutkan bahwa kontak erat tersebut bisa dari kulit ke kulit, mukosa ke mukosa seperti mulut, daerah anus, dan mata. Kontak tersebutlah yang dianggap bisa menularkan virus Monkeypox dalam jumlah banyak.

2 dari 4 halaman

Terjadi pada Populasi Khusus karena Kontak Erat

Pendapat selaras pun disampaikan oleh perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI), DR dr H Prasetyadi Mawardi, SpKK.

Menurutnya, cacar monyet memang bukanlah penyakit menular seksual. Hal tersebut tertular karena ada kontak erat yang terjadi. Sehingga virus yang ada lebih mudah untuk tertransmisi.

"Itu (kontak erat) akan memudahkan terjadinya infeksi monkeypox. Kita tahu kalau tadinya beberapa laporan menunjukkan adanya (kasus) pada populasi khusus cenderung meningkat. Kita pahami bahwa itu karena kontak eratnya," ujar Prasetyadi.

Dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis penyakit dalam, Robert Sinto juga sempat menyebutkan bahwa jalur penularan cacar monyet hanya melalui droplet atau percikan air liur dan adanya kontak erat.

"Tidak dikatakan bahwa ini penyakit menular seksual, tapi kenapa dihubungkan dengan seksual tadi? Yang mau digarisbawahi adalah penularannya tetap melalui jalur droplet dan lewat jalur kontak," ujar Robert dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Rabu, 27 Juli 2022.

"Kalau memang hubungan seksual atau hubungan apapun yang ada kontak erat, ya jadi tertular. Jadi kontaknya ada. Ya, jadi jangan bingung dengan proses penularan yang terjadi itu," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Lesi Cacar Monyet Saat Ini Terlokalisir

Robert menyebutkan bahwa pada kasus cacar monyet yang ditemukan saat ini, lesi atau luka yang muncul terlokalisir atau berada pada area yang spesifik.

"Biasanya itu di sekitar mulut, kemaluan, atau di sekitar lubang dubur. Jadi di laporannya justru localize. Jumlah lesinya juga 50 persen itu justru lima sampai 10 saja, jadi tidak menyebar dari seluruh atas sampai kaki," kata Robert.

"Karena laporannya banyak dilaporkan pada mereka yang sexual active, tentu laporan yang terjadi pada anak itu tidak banyak saat ini," Robert menjelaskan.

Robert menegaskan bahwa cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual. Hanya saja dilaporkan penularan banyak terjadi pada mereka yang aktif secara seksual.

"Jadi jangan salah mengerti. Ini belum dinyatakan sebagai penyakit menular seksual," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Dampak Lanjutan Cacar Monyet

Prasetyadi menyebutkan bahwa cacar monyet juga dapat menyebabkan dampak yang lebih serius dari sekadar ruam pada kulit. Hal tersebut berkaca pada kasus pasien cacar monyet di Spanyol yang meninggal dunia akibat terjadinya ensefalitis atau peradangan otak.

Laporan dalam The Guardian menyebutkan bahwa salah satu pasien yang meninggal dunia akibat cacar monyet terjadi di wilayah timur laut Valencia dan berkaitan dengan ensefalitis.

Menurut Prasetyadi, cacar monyet memang mungkin menyebabkan terjadinya komplikasi dan infeksi cacar monyet yang berkelanjutan dapat menyebabkan pasiennya meninggal dunia.

"Meskipun cacar monyet dikatakan ringan tapi komplikasinya bisa kemana-mana, yang paling awal adalah komplikasi pada kulit yaitu terjadinya infeksi sekunder pada kulit sekitar yang didapatkan ruam," kata Prasetyadi.

"Infeksi berlanjut itu dapat menyebabkan radang paru, pneumonia. Kemudian bisa masuk ke otak, ensefalitis. Bisa juga berlanjut ke tingkat keparahannya sampai sepsis dan pasien akan meninggal," tambahnya.