Liputan6.com, Jakarta - Berkaitan dengan vaksinasi COVID-19 untuk usia di bawah 6 tahun, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro menyampaikan, pihaknya masih menunggu jenis vaksin COVID-19 terbaik. Sebab, butuh kajian mendalam mencakup efek samping vaksin pada kelompok usia lebih muda.
Saat ini, pemberian vaksin COVID-19 ditujukan terhadap kelompok usia di atas 6 tahun. Pemerintah juga sedang fokus menggencarkan vaksinasi dosis 3 atau booster pada kelompok usia di atas 18 tahun.
Baca Juga
"Iya, (vaksinasi COVID-19 di bawah 6 tahun) belum ada. Kita masih menunggu (jenis) vaksin mana yang baik,"Â terang Sri Rezeki dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Selasa (2/8/2022).
Advertisement
"Karena semakin kecil (kelompok umur), dosis mungkin beda, efek samping beda. Jadi, kita mesti awasi dan (pemberian vaksin) bertahap sesuai kelompok umur. Kelompok umur berbeda, responsnya beda."
Walau begitu, Sri Rezeki tak menampik, ada perusahaan vaksin COVID-19 yang sudah menyatakan, bahwa vaksin produsennya aman digunakan kepada anak-anak di bawah 6 tahun. Seperti halnya, anak-anak di Amerika Serikat (AS) usia 6 bulan sampai 5 tahun sudah dibolehkan menerima vaksin COVID-19.
"Kalau mereka (produsen vaksin) mau masuk (penggunaan vaksin untuk anak) ya, mereka harus menunjukkan bukti uji klinis. Kalau belum ada itu ya kita enggak berani," jelasnya.
"Kan ada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga. BPOM punya regulasi vaksin ya untuk dipakai di Indonesia, harus daftar ke BPOM dulu. Kalau enggak ada itu ya ditolak sama BPOM. Kita harus hati-hati betul memberikan vaksin khusus kepada anak."
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kejar Vaksinasi Lengkap di Atas 6 Tahun
Menurut Sri Rezeki Hadinegoro, vaksinasi COVID-19 anak yang perlu dikejar terutama kelompok usia di atas 6 tahun. Sebab, sasaran vaksinasi pada kelompok umur tersebut masih belum optimal.
"Seperti anak sekolah yang SMP usia 11-17 tahun, nah itu masih ada 4 jutaan anak yang belum divaksinasi. Lalu yang di SD, masih 3 jutaan yang belum diberikan vaksinasi dosis kedua," ujarnya.
"Jadi, ini yang harus kita kejar dulu. Memang kita sampaikan ke (pemerintah) daerah, kan tugas mereka juga. Berapa anak-anak yang belum divaksin, di daerah mana saja yang belum, harus dicari juga anak-anaknya di mana."
Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan per 2 Agustus 2022 pukul 12.00 WIB, cakupan vaksinasi kelompok usia 12 - 17 tahun dosis pertama di angka 95,49 persen, dosis 2 di angka 82,54 persen.
Sementara itu, kelompok usia 6 - 11 tahun, dosis pertama di angka 79,52 persen dan dosis 2 di angka 65,75 persen.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Usulan Vaksinasi di Bawah 6 Tahun
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia juga menunggu sinyal rekomendasi dari ITAGI terkait pemberian vaksin COVID-19 untuk anak usia di bawah 6 tahun. Usulan pemberian vaksin pada kelompok ini sudah diajukan dan beberapa negara sudah melakukannya.
"Nah, memang yang sekarang menjadi usulan adalah vaksinasi untuk anak di bawah 6 tahun. Tapi tetap menunggu (rekomendasi) dari ITAGI ya. Ini akan menjadi pertimbangan, karena kalau kita lihat beberapa negara sudah melakukan itu," kata Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril melalui sambungan telepon.
Ada beberapa hal yang masih menjadi pertimbangan untuk memberikan vaksin COVID-19 untuk usia di bawah 6 tahun. Sebab, prioritas sekarang yang digencarkan adalah vaksinasi booster di atas 18 tahun, yang mana cakupannya perlu dikejar hingga 50 persen.
"Untuk vaksinasi COVID-19 primer anak di bawah 6 tahun, kita lihat apakah ini sasaran menjadi pertimbanagn program kita. Sementara kita sedang prioritaskan untuk dosis 3 atau booster," lanjut Syahril.
"Sasaran anak ini, kita juga pertimbangkan stok vaksin COVID-19 yang tersedia. Pemerintah tentu menyediakan vaksinnya, tapi (buat vaksinasi di bawah 6 tahun) itu belum bisa diprogram, karena kan (jenis) vaksinnya harus disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Vaksin Pfizer dan Moderna untuk Anak
Terkait vaksin COVID-19 untuk anak, WHO Chief Scientist Dr Soumya Swaminathan mengatakan, pihaknya memeriksa berkas-berkas yang disediakan oleh perusahaan vaksin dan menyediakan daftar izin penggunaan darurat.
Saat ini, vaksin Pfizer BioNTech disetujui untuk anak-anak di atas usia 5 tahun dan vaksin Moderna disetujui untuk anak-anak berusia sekitar 12 tahun.
"Kami sedang dalam proses pemeriksaan berkas dan data dari pihak lain, perusahaan. Namun, banyak negara telah melisensikan vaksin yang berbeda untuk digunakan pada anak-anak berdasarkan lembaga mereka sendiri, setelah memeriksa data tentang keamanan dan kemanjuran," jelas Soumya dalam dialog COVID-19 vaccines and children pada 11 Mei 2022.
"Ada sejumlah vaksin, mRNA tetapi juga vaksin vektor virus seperti AstraZeneca dan J&J dan vaksin tidak aktif seperti Sinopharm dan Sinovac dan juga Covaxin dan Novavax dan lainnya yang telah disetujui di berbagai negara untuk kelompok usia yang berbeda. Jadi yang terbaik adalah mengikuti pedoman negara, karena semuanya telah melihat dengan sangat hati-hati dan telah memastikan bahwa manfaat vaksinasi melebihi risikonya."
Sejauh ini, dari jutaan anak yang telah divaksinasi di seluruh dunia, efek sampingnya sangat jarang. Anak-anak bisa mengalami demam, rasa sakit di tempat suntikan, dan mungkin beberapa sakit tubuh yang berlangsung selama satu atau dua hari seperti halnya orang dewasa.
"Jadi, keamanan keseluruhan dari vaksin COVID ini benar-benar luar biasa," imbuh Soumya.
Advertisement