Liputan6.com, Jakarta Pemenuhan gizi dengan baik tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, melainkan tumbuh kembang anak kedepannya. Gizi pun memainkan peranan penting agar anak mampu belajar dengan baik.
Pendapat selaras disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim. Menurutnya, gizi menjadi syarat utama agar anak bisa belajar dengan optimal dan merdeka.
Baca Juga
"Syarat utama anak-anak untuk bisa belajar dengan merdeka dan optimal adalah gizinya terpenuhi dengan baik," ujar Nadiem dalam acara Kick Off Gerakan Nusantara 2022 bersama PT Frisian Flag Indonesia (FFI) ditulis Jumat, (5/8/2022).
Advertisement
Saat ini anak-anak sudah mulai kembali belajar di sekolah. Sehingga adanya peningkatan pengetahuan tentang gizi dan gaya hidup bisa dijadikan corong untuk mengedukasi anak tentang pentingnya pemenuhan gizi yang seimbang.
Menurut Nadiem, kampanye terkait gizi juga menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan khususnya ditengah upaya Indonesia saat ini untuk pulih dari situasi pandemi COVID-19.
"Dalam hal ini, satuan pendidikan sekolah dasar memainkan peran yang sangat penting untuk menanamkan perilaku hidup sehat sejak usia dini. Selain itu, Kemendikbud Ristek juga akan meluncurkan program sekolah sehat yang mengedepankan kolaborasi lintas sektor dalam penyediaan makanan sehat di sekolah dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan olahraga secara rutin bagi pelajar," kata Nadiem.
"Kami berharap dengan pelaksanaan program ini akan terwujud satuan pendidikan yang sehat, aman, dan nyaman untuk semua warga sekolah, khususnya bagi peserta didik,” tambahnya.
Kolaborasi Swasta untuk Edukasi Gizi
Lebih lanjut Nadiem mengungkapkan bahwa dirinya turut mengapresiasi upaya yang dilakukan PT FFI untuk melakukan edukasi gizi melalui program Gerakan Nusantara. Program Gerakan Nusantara telah dimulai sejak tahun 2013 lalu, yang mana saat ini tengah memasuki tahun kesepuluh.
"Selama ini program Gerakan Nusantara telah membantu Kemendikbud Ristek dalam meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan literasi gizi seimbang kepada para guru dan siswa-siswa di seluruh Indonesia," ujar Nadiem.
Nadiem pun menyampaikan harapannya terkait program Gerakan Nusantara. Agar semua pihak termasuk pemerintah, swasta, satuan pendidikan, hingga orangtua dapat semakin menguatkan kolaborasi untuk membangun sekolah yang sehat dan mewujudkan cita-cita merdeka belajar.
Tahun ini, Gerakan Nusantara dibingkai dalam School Milk Program 2022. Gerakan Nusantara pada tahun ini akan diikuti oleh 112 ribu anak di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat mulai dari Agustus hingga Oktober 2022.
Hal yang kerap menjadi sorotan dalam program tersebut adalah upaya mengedukasi keluarga Indonesia soal pentingnya pemenuhan gizi seimbang, minum susu setiap hari, dan mempromosikan gaya hidup sehat, aktif, serta berkelanjutan.
Advertisement
Kekurangan Gizi di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F Saputro mengungkapkan bahwa permasalahan malnutrisi menjadi persoalan yang cukup serius dan masih terus berlangsung di Indonesia.
Andrew menjelaskan, berdasarkan hasil studi South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) II oleh FrieslandCampina dengan universitas dan lembaga penelitian di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang melibatkan 14 ribu anak dengan rentang usia enam bulan hingga 12 tahun, persoalan yang tersorot adalah Triple Burden of Malnutrition (TBM).
TBM terdiri dari kekurangan gizi, kekurangan zat gizi mikro, kelebihan berat badan, dan obesitas. Terlebih, sebagian besar anak-anak yang ditemukan juga tidak memenuhi kebutuhan rata-rata asupan kalsium dan vitamin D mereka.
"Di wilayah Jawa-Sumatera, kasus anak berperawakan pendek atau stunted masih banyak ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi sebesar 28,4 persen pada anak dibawah 5 tahun. Sementara, hampir 15 persen anak usia 7-12 tahun memiliki kelebihan berat badan atau obesitas," kata Andrew.
Stunting Jadi Masalah Gizi Tertinggi
Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq, Ir, MSc, PhD pun mengungkapkan bahwa Indonesia memang masih dihadapkan dengan persoalan TBM.
Namun diantara semua masalah yang berkaitan dengan gizi, menurut Syafiq, prevalensi tertingginya masih ada pada stunting. Terlebih, stunting memiliki dampak jangka panjang.
"Prevalensinya tinggi (stunting) dan dampaknya pada kesehatan, produktivitas, dan intelektualitas itu berat. Makanya menjadi prioritas, jadi masalah. Stunting itu cerminan gizi yang sudah berjalan kronis. Artinya sudah lama," ujar Syafiq.
Menurut Syafiq, stunting menjadi masalah gizi yang memang perlu mendapatkan perhatian khusus karena prevalensinya yang begitu tinggi di Indonesia.
"Ini harus segera diatasi. Diantara masalah kekurangan gizi, stunting ini yang persentasenya dan prevalensinya paling tinggi --- Jadi masih tiga dari 10 anak itu masih stunting. Angkanya tinggi sekali," kata Syafiq.
Advertisement