Liputan6.com, Jakarta Omicron kembali memiliki subvarian baru bernama BA.4.6 yang sudah ada di 43 negara. Subvarian penyebab penyakit COVID-19 ini belum terdeteksi di Indonesia, tapi tidak boleh menggangap remeh kehadiran subvarian ini.
"Kita tidak perlu khawatir berlebihan dengan kembali adanya subvarian baru ini, karena varian/subvarian baru memang mungkin akan ada dari waktu ke waktu. Tetapi, perkembangan ini juga tidak boleh dianggap remeh," kata Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama.
Baca Juga
Firasat Gus Dur dan Gus Miek soal Kematian dan di Mana Dimakamkan, Kisah Karomah Wali
Jawab Maruarar Sirait, Hasto PDIP: Kekuatan Rakyat yang Menentukan di Pilkada Jakarta 2024, Bukan Kekuasaan
Hasil Liga Inggris Manchester City vs Tottenham Hotspur: Dibantai 0-4, Rekor Kekalahan The Citizens Makin Panjang
Ia juga mengatakan perlu dicek kembali ada atau belum subvarian ini di Tanah Air.
Advertisement
"Perlu di periksa dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di negara kita, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini," katanya.
Subvarian BA.4.6 secara genomik agak mirip dengan BA.4, perbedaannya adalah pada mutasi spike/tonjolan R346T. Lalu, Tjandra mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti subvarian ini lebih resisten atau tidak terhadap vaksin. Belum ada bukti kuat juga terkait kemampuan virus satu ini dalam menghindari imunitas.
"Secara umum belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, atau apakah dapat menghindar dari imunitas, atau apakah resisten terhadap vaksin," kata Tjandra dalam pesan yang diterima Liputan6.com pada Rabu, 10 Agustus 2022.
4 Fakta soal BA.4.6
Berikut fakta-faktar terkait subvarian BA.4.6 dilansir dari berbagai sumber:
1. Biang Kerok 4 Persen Kasus di Amerika Serikat
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengatakan kemunculan subvarian baru BA.4.6 pada pekan ini. Badan ini mengatakan subvarian ini sudah bersirkulasi di Amerika Serikat beberapa pekan terakhir.
Di AS, kasus paling banyak terjadi di Iowa, Kansas, Missouri dan Nebraska. Kehadiran subvarian ini membuat rata-rata kenaikan kasus menjadi 10,7 persen. Secara nasional, kasus tersebut berkontribusi terhadap 4 persen kasus COVID-19 di AS mengutip laman boston25news.
2. Tingkat Penularan Masih Diteliti
Para peneliti sedang meneliti tingkat penularan BA.4.6 dibandingkan subvarian Omicron terdahulu. Menurut Dr. Eric Topol, pendiri dan direktur Scripps Research Translational Institute, mutasi BA.4.6 “tampaknya tidak mengkhawatirkan (dibandingkan dengan) BA.4/5.”
Sementara itu, Bailey Glen, asisten profesor di College of Medicine di Medical University of South Carolina, mengatakan masih banyak hal yang perlu dilihat kembali tentang varian ini.
Advertisement
3. Gejala Orang yang Terpapar BA.4.6
Orang yang terpapar BA.4.6 memiliki gejala yang cenderung ringan. Rata-rata seperti ini gejala yang dikeluhkan:
· Pilek
· Sakit tenggorokan
· Sakit kepala
· Batuk
· Kelelahan
4. Data di Thailand
Informasi dikutip dari dari The Centre for Medical Genomics at di Rumah Sakit Ramathibodi Thailand antara lain menyebutkan bahwa:
- BA.4.6 adalah 15 persen lebih mudah menular daripada BA.5 di dunia secara umum.
- BA.4.6 juga nampaknya dapat sampai 28% lebih mudah menular daripada BA.5 di Asia.
- BA.4.6 juga 12% lebih mudah menular dibanding BA.2.75 di dunia secara umum, dan bahkan dapat sampai 53 persen lebih mudah menular dari BA.2.75 di Asia.
Advertisement