Sukses

99 Persen Kasus Cacar Monyet di Amerika Serikat Terjadi pada Pria

Sebuah studi menunjukkan bahwa 99 persen kasus cacar monyet di Amerika Serikat terjadi pada pria. Lalu, 94 persen terjadi pada pria yang berhubungan intim dengan pria maupun biseksual.

Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan kasus cacar monyet. Berdasarkan data yang dihimpun Centers for Disease Control and Prevention (CDC) per Rabu, 3 Agustus 2022, cacar monyet di sana sudah mencapai 9.400 kasus.

Laporan tentang monkeypox di sana pun sudah dipublikasikan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report, menunjukkan bahwa 99 persen kasus cacar monyet di Amerika Serikat terjadi pada pria.

Lalu, 94 persen diantaranya melaporkan baru saja melakukan hubungan seksual dengan sesama pria atau kontak intim. Menurut rincian epidemiologis peneliti, data yang diambil sejak tanggal 17 Mei sampai 22 Juli 2022 tersebut dapat memandu protokol pengobatan dan vaksin di sana.

"Temuan saat ini menunjukkan bahwa penularan cacar monyet tersebar luas dan secara tidak proporsional memengaruhi gay, biseksual, dan pria yang berhubungan seks dengan pria. Ini konsisten dengan data yang dilaporkan oleh negara lain," ujar para penulis studi mengutip laman Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP) pada Kamis, (11/8/2022).

Studi tersebut juga melaporkan bahwa 54 persen kasus cacar monyet terjadi pada populasi pria berkulit hitam dan hispanik. Serta 41 persennya terjadi pada pria berkulit putih.

Pada data yang ditunjukkan oleh negara lain, 41 persen pasien cacar monyet di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil tes Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan status positif.

Dalam studi CDC tersebut, kasus cacar monyet masih berjumlah 7.510 kasus. Tertingginya terjadi di New York dengan 1.862 kasus, yang disusul oleh California sebanyak 826 kasus. 

2 dari 4 halaman

Bisakah Cacar Monyet Terjadi pada Anak?

Adanya kenaikan kasus cacar monyet di Amerika Serikat pun memicu kekhawatiran orangtua mengingat anak-anak sudah akan kembali ke sekolah. Terlebih, cacar monyet memang dapat menginfeksi siapapun lewat adanya kontak erat.

Pada Jumat pekan lalu, pejabat kesehatan di Illinois mengumumkan bahwa ada kemungkinan belasan anak terpapar oleh cacar monyet, karena seorang pekerja di sebuah tempat penitipan anak di sana telah dinyatakan positif. Namun hingga saat ini, belum ada kasus yang dilaporkan dari fasilitas tersebut.

"Kami tidak berharap untuk melihat tempat penitipan anak dan sekolah akan melaporkan adanya infeksi cacar monyet pada anak-anak. Tapi ada kemungkinan bahwa anak-anak bisa terinfeksi," ujar direktur medis pencegahan infeksi pediatrik di Duke University Medical Center, Dr Ibukan Kalu mengutip USA Today.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC sendiri mengungkapkan bahwa anak-anak terutama yang berusia dibawah delapan tahun akan lebih rentan jika terkena penyakit parah atau komplikasi dari cacar monyet, jika dibandingkan dengan remaja dan orang dewasa.

3 dari 4 halaman

Gejala Cacar Monyet

Menurut CDC, gejala cacar monyet biasanya baru akan muncul dalam waktu tiga minggu usai terpapar. Gejalanya termasuk demam, kedinginan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, merasa kelelahan, nyeri otot, sakit punggung, sakit kepala, adanya gangguan pernapasan, dan ruam.

Selama wabah cacar monyet yang terjadi pada saat ini, ruam seringkali terletak pada alat kelamin atau anus. Namun juga bisa muncul pada area lainnya seperti tangan, kaki, dada, wajah, atau mulut.

Pada beberapa kasus, pasien cacar monyet mengalami gejala flu dan kemudian mengalami ruam satu sampai empat hari kemudian. Beberapa kasus lainnya mengalami ruam lebih dulu baru kemudian muncul rasa sakit, dan ada pula yang hanya mengalami ruam saja.

Menurut para pakar kesehatan, anak-anak seringkali mengalami ruam. Sehingga penting untuk menindaklanjuti secara cepat jikalau menemukan ruam pada anak.

4 dari 4 halaman

Ruam pada Cacar Monyet

Beberapa ruam cacar monyet dapat terlihat seperti virus atau kondisi kulit lain seperti cacar air, penyakit tangan, kaki dan mulut, herpes, campak, atau reaksi alergi kulit seperti eksim.

Ibukan mengungkapkan bahwa orangtua perlu melihat perkembangan ruam yang muncul pada anak. Mengingat terdapat ciri spesifik yang bisa menjadi pembedanya.

"Jika terlihat sama dan tidak bertambah parah atau mulai berkeropeng, maka kemungkinan besar itu bukan cacar monyet," ujar Ibukan.

Terlebih, cacar monyet juga tidak terjadi pada anak yang tidak terpapar atau tidak melakukan kontak kulit ke kulit secara langsung dengan pasien cacar monyet.

"Itu mungkin terjadi di tempat penitipan anak. Hanya saja, tidak biasa. Ini lebih mungkin terpapar di rumah atau ada orang di rumah yang telah didiagnosis kemudian mengurus anak tersebut dan melakukan kontak kulit ke kulit berkepanjangan," kata Ibukan.