Sukses

Cacar Monyet Mungkin Terjadi pada Anak, Begini Cara Bedakan Ruam dan Cara Menanganinya

Meski banyak terjadi pada orang dewasa, cacar monyet juga masih mungkin menginfeksi anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta - Merebaknya kasus cacar monyet saat ini tentu membuat orangtua khawatir. Pasalnya, cacar monyet yang muncul kali ini memang banyak terjadi pada orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak juga bisa tertular lewat adanya kontak erat.

Terlebih, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC, jika dibandingkan dengan remaja atau orang dewasa, anak-anak terutama yang berusia di bawah delapan tahun akan lebih rentan jika terkena penyakit parah atau komplikasi dari penyakit yang juga disebut monkeypox.

Sehingga kekhawatiran pada orangtua menjadi wajar bila muncul. Apalagi saat ini, banyak anak yang sudah mulai kembali ke sekolah.

Pada Jumat pekan lalu, pejabat kesehatan di Illinois, Amerika Serikat pun mengumumkan bahwa ada kemungkinan belasan anak terpapar cacar monyet, karena seorang pekerja di sebuah tempat penitipan anak di sana dinyatakan positif cacar monyet.

Namun hingga saat ini, belum ada kasus yang dilaporkan dari fasilitas tersebut.

"Kami tidak berharap untuk melihat tempat penitipan anak dan sekolah akan melaporkan adanya infeksi cacar monyet pada anak-anak. Tapi ada kemungkinan bahwa anak-anak bisa terinfeksi," ujar direktur medis pencegahan infeksi pediatrik di Duke University Medical Center, Dr Ibukan Kalu mengutip USA Today, Kamis (11/8/2022).

Gejala cacar monyet menurut CDC sendiri biasanya baru akan muncul dalam waktu tiga minggu usai terpapar.

Gejalanya termasuk demam, kedinginan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, merasa kelelahan, nyeri otot, sakit punggung, sakit kepala, adanya gangguan pernapasan, dan ruam.

2 dari 4 halaman

Ruam Biasa vs Ruam Cacar Monyet

Pada beberapa kasus, pasien cacar monyet mengalami gejala flu dan kemudian mengalami ruam satu sampai empat hari kemudian. Beberapa kasus lainnya mengalami ruam lebih dulu baru kemudian muncul rasa sakit, dan ada pula yang hanya mengalami ruam saja.

Anak-anak biasanya cukup sering mengalami ruam. Sehingga menurut para pakar kesehatan, penting untuk segera menindaklanjuti jikalau menemukan ruam pada anak.

Beberapa ruam cacar monyet dapat terlihat seperti virus atau kondisi kulit lain seperti cacar air, penyakit tangan, kaki dan mulut, herpes, campak, atau reaksi alergi kulit seperti eksim.

Ibukan mengungkapkan bahwa orangtua perlu melihat perkembangan ruam yang muncul pada anak. Mengingat terdapat ciri spesifik yang bisa menjadi pembedanya.

"Jika terlihat sama dan tidak bertambah parah atau mulai berkeropeng, maka kemungkinan besar itu bukan cacar monyet," ujar Ibukan.

3 dari 4 halaman

Kemungkinan Tertular pada Anak

Lebih lanjut Ibukan mengungkapkan bahwa cacar monyet juga tidak terjadi pada anak yang tidak terpapar atau tidak melakukan kontak kulit ke kulit secara langsung dengan pasien cacar monyet.

"Itu (penularan) mungkin terjadi di tempat penitipan anak. Hanya saja, tidak biasa. Ini lebih mungkin terpapar di rumah atau ada orang di rumah yang telah didiagnosis kemudian mengurus anak tersebut dan melakukan kontak kulit ke kulit berkepanjangan," kata Ibukan.

Bahkan menurut dokter spesialis penyakit menular di University of Chicago Medicine Comer Children’s Hospital, Allison Bartlett, ketika seorang anak pergi ke dokter dengan demam dan ruam, mereka mungkin tidak akan langsung dites untuk cacar monyet tanpa adanya keterangan kontak erat.

Sehingga bila memang terinfeksi, CDC menyarankan pasien anak-anak cacar monyet harus dipantau secara ketat.

Layaknya isolasi COVID-19, anak-anak yang terinfeksi cacar monyet harus menghindari kontak dengan orang dan hewan peliharaan yang tidak terinfeksi sampai gejalanya sembuh.

4 dari 4 halaman

Rekomendasi CDC untuk Cacar Monyet Anak

Selama masa isolasi, CDC juga merekomendasikan orangtua untuk menutup lesi pada anak dengan perban atau pakaian yang dapat menutupinya demi mencegah mereka menggaruk dan menyentuh mata.

"Jika ada lesi cacar yang sebenarnya di mata, Anda bisa mengalami peradangan dan jaringan parut dan itu bisa mempengaruhi penglihatan Anda," ujar Allison.

Orangtua dan pengasuh yang merawat juga direkomendasikan untuk menggunakan sarung tangan sekali pakai saat mengganti perban.