Liputan6.com, Jakarta - Ada tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan guna mencegah stunting di Indonesia, seperti disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Ketiga intervensi tersebut masing-masing menyasar wanita usia remaja dan ibu hamil serta anak usia 6 hingga 24 bulan.
"Kita ditugaskan menurunkan angka stunting dari 24% ke 14% di tahun 2024. Kita sudah belajar bahwa intervensi atau program yang harus kita lakukan untuk bisa menurunkan stunting, fokus diarahkan bagi wanita sebelum melahirkan,” kata Budi Gunadi Sadikin saat memberikan sambutan di acara Kampanye Gizi Seimbang dan Pemecahan Rekor MURI yang diselenggarakan oleh Pemprov Jabar pada Kamis (11/8).
Baca Juga
Lebih lanjut Budi Gunadi mengatakan, langkah invervensi yang dilakukan Kemenkes dimulai pada remaja wanita kelas 7 ke atas hingga wanita hamil.
Advertisement
"Jadi yang intervensi akan fokus diarahkan pada wanita sebelum melahirkan, baik remaja di kelas 7 keatas dan juga pada saat ibunya hamil itu adalah titik yang paling rawan menyebabkan stunting."
Upaya pertama pencegahan stunting yakni dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada para remaja putri. Kegiatan tersebut, kata Menkes, telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 paket intervensi yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
“Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya dengan pemberian TTD di sekolah-sekolah,” terangnya.
Intervensi pada Bumil dan Anak Usia 6-24 Bulan
Intervensi kedua menyasar ibu hamil dengan pemberian TTD pemeriksaan kehalalan dan pemberian makanan tambahan. Menurut Budi Gunadi, gizi dan zat besi pada ibu hamil pun harus tercukupi.
“Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Programnya adalah kita kasih makan yang cukup, untuk melaksanakan ini kita butuh bantuan Pemda. Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnnya cukup atau tidak. kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi,” terangnya.
Upaya ketiga, lanjut Budi Gunadi, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Dikatakannya, protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita.
“Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani,” ujar Menkes.
Advertisement
Pengukuran Zat Besi
Menurut Menkes ketiga program tersebut mendesak untuk dilaksanakan. Kemenkes juga telah menambahkan dua metode pengukuran yang harus diperhatikan petugas kesehatan guna memastikan intervensi berjalan optimal.
Untuk remaja putri, pemberian TTD dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin dalam darah menggunakan alat HB meter. Alat cek HB ini telah tersedia dan siap didistribusikan ke seluruh puskesmas di Indonesia.
“Pemerintah pusat sudah membeli 10 ribu HB Meter mobile untuk seluruh puskesmas, yang bisa dibawa ke sekolah-sekolah untuk mengikuti apakah udah cukup zat besinya. Kalau belum berarti setiap hari harus minum TTD,” lanjutnya.
Sementara untuk ibu hamil, pengukuran zat besi dan gizi dilakukan dengan penyediaan USG di semua puskesmas. Melalui alat ini, perkembangan dan pertumbuhan bayi bisa terpantau, sehingga jika ada kondisi yang tidak sesuai dapat segera terdeteksi.
“Pengadaan USG ini akan dilakukan bertahap. Tahun ini 60%, tahun depan sisanya 40%. Dipilih USG, karena USG bisa mengukur panjang bayi di dalam janin. Kalau saat diukur tubuhnya pendek, kita jadi tahu ibunya kekurangan gizi jadi kita lakukan intervensi lebih banyak untuk menambah gizi sang ibu,” terang Menkes.
Perlu Dukungan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor dan program, Budi Gunadi optimistis ketiga program intervensi tersebut dapat berhasil dan mampu mengurangi angka kejadian stunting di Indonesia dengan dukungan dan kolaborasi lintas sektor dan program.
“Kalau ketiganya bisa kita lakukan, Insya Allah stuntingnya bisa turun, dukungan seluruh pihak sangat penting untuk memastikan intervensi ini berjalan optimal,”ujar Budi.
Salah satu dukungan, datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan menyelenggarakan acara minum satu suplementasi tablet tambah darah (TTD) yang melibatkan lebih dari 1,5 juta remaja putra dan putri di Jawa Barat.
Menkes menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya kegiatan bertajuk “Gemaz (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero New Stunting)”. Menurutnya acara tersebut sangat penting dalam meningkatkan pemahaman para remaja akan pentingnya gizi seimbang agar terhindar dari Penyakit Tidak Menular (PTM) maupun penyakit menular lainnya di masa depan.
“Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penderita stunting paling banyak. Melalui acara ini kita harapkan bisa menyelesaikan persoalan stunting di Jawa Barat."
Budi pun berharap kegiatan serupa bisa dilanjutkan di daerah lain di Indonesia.
Advertisement