Liputan6.com, Jakarta Walaupun antibodi masyarakat Indonesia mencapai 98,5 persen, Satgas Penanganan COVID-19 mengakui, cakupan vaksinasi booster belum naik secara signifikan. Padahal, vaksin booster sudah menjadi syarat perjalanan dan beraktivitas di ruang publik.
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, hasil sero survei ketiga dilakukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
Baca Juga
Dari hasil tersebut ditemukan fakta bahwa kekebalan komunitas pada sampel yang diambil meningkat mencapai 98,5 persen. Diasumsikan kekebalan komunitas secara nasional rata-rata pun meningkat.
Advertisement
Peningkatan ini terjadi karena riwayat vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Dalam sero survei ini juga ditemukan, semakin lengkap dosis vaksin yang diterima, maka semakin tinggi kadar antibodi atau kekebalan yang dimiliki seseorang.
“Namun nyatanya, secara data cakupan vaksinasi booster belum meningkat signifikan dibanding laju vaksinasi dosis pertama dan kedua, terhitung dari suntikan pertama dosis pertama nasional,” terang Wiku melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 12 Agustus 2022.
Berdasarkan data Vaksinasi COVID-19 Kemenkes per 12 Agustus 2022 pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi booster pertama atau dosis 3 secara nasional di angka 24,89 persen. Persentase ini masih rendah ketimbang cakupan vaksinasi dosis 1 (86,47 persen) dan dosis 2 (72,64 persen).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Capai Vaksinasi Booster Setinggi-tingginya
Untuk membentuk dan mempertahankan kadar antibodi efektif mencegah infeksi, ditegaskan Wiku Adisasmito, pemberian dosis vaksin lanjutan harus tepat waktu, khususnya booster. Rentang waktu pemberian, yaitu 6 bulan pasca penyuntikan dosis kedua.
"Bagi populasi yang tidak bisa divaksin karena alasan kesehatan akan makin terancam keselamatannya. Hal ini justru semakin menguatkan urgensi untuk terus menerus meningkatkan cakupan vaksinasi, bahkan seharusnya sampai ke titik optimal, yaitu cakupan booster setinggi-tingginya," jelasnya.
Adapun hasil sero survei ketiga yang dilakukan Juni - Juli 2022 secara nasional menyasar 100 kabupaten/kota terpilih. Sampel ini sama seperti sero survei yang dilakukan akhir tahun lalu.
Menurut Wiku, sero survei ini dilakukan untuk melihat kemajuan peningkatan antibodi pada individu yang sama sehingga efektivitas penambahan dosis vaksin lebih jelas terlihat.
“Khususnya karena dalam rentang waktu satu tahun itu, ada banyak program pengendalian COVID-19 lainnya, salah satunya pemberian vaksin booster dosis pertama untuk masyarakat umum,” tegasnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bentuk Kekebalan Kolektif
Wiku Adisasmito menyebutkan, perlu ada penyesuaian strategi vaksinasi COVID-19 demi mempercepat pemerataan cakupan vaksinasi dosis terlengkap. Tujuannya, agar mencapai kekebalan optimal.
“Saat ini, tugas kita bukan sekadar memastikan diri sendiri sudah divaksinasi lengkap, namun juga orang di sekitar kita. Karena tujuan utama kita adalah membentuk kekebalan kolektif, bukan individual,” ucapnya.
Lebih lanjut, Wiku mengingatkan, meski sudah vaksinasi COVID-19 lengkap ditambah booster, masyarakat harus tetap menerapkan hidup bersih dan sehat. Protokol kesehatan seperti memakai masker terus diterapkan.
“Kembali kami ingatkan, vaksinasi bukanlah obat yang membuat kita kebal dari penularan. Ini kelihatan dari data bahwa 5 daerah penyumbang kasus tertinggi, yaitu DKIJakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali memiliki cakupan vaksinasi booster yang tidak jauh dari rata-rata nasional, bahkan lebih tinggi,” pesannya.
"Maka, diperlukan proteksi berlapis sebagai pelengkap, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan hal ini menjadi budaya yang tak lepas dari kehidupan masyarakat sehari-hari."
Vaksinasi Lengkap dan Booster Jadi Prioritas
Pada konferensi pers, Anggota Tim Pandemi FKM UI Pandu Riono menekankan, kelengkapan vaksinasi COVID-19 hingga booster akan meningkatkan kadar antibodi.
Rerata beda titer antibodi dari hasil sero survei antibodi terbaru berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok usia 60 tahun ke atas, yakni 3.504,6 unit per mililiter, usia 30 tahun - 59 tahun sebesar 2.427,3 unit per mililiter, serta usia 19 tahun - 29 tahun sebesar 2.337,9 unit per mililiter.
Melihat titer antibodi yang tinggi, dampaknya membuat angka keparahan pasien di rumah sakit dan angka kematian tidak meningkat tajam, melainkan landai atau malah menurun.
“Artinya, kita perlu melengkapi vaksinasi sampai booster dan harus menjadi prioritas bersama antara Pemerintah dan masyarakat,” katanya pada 11 Agustus 2022.
Meskipun penduduk sudah memiliki antibodi tinggi, terang Pandu, bukan berarti tidak bisa terinfeksi COVID-19. Masyarakat tetap bisa terinfeksi, tapi mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan yang berat atau risiko kematian.
Advertisement