Sukses

BGSi yang Diinisiasi Menkes Budi, Luhut: Itu Hasil Kunjungan ke Tiongkok

Peluncuran Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) adalah hasil kunjungan kerja ke Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Peluncuran Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin rupanya buah manis dari kunjungan kerja ke Tiongkok beberapa bulan lalu. Kerja sama ini juga dikembangkan dengan negara-negara lain.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menekankan, kehadiran BGSi dapat mendorong untuk terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.

“Ini merupakan hasil kunjungan kami ke Tiongkok 7 bulan lalu. Hasil kerja sama dengan Beijing Genomic Institute, dan sudah mulai kita implementasikan di Indonesia (BGSi)," kata Luhut saat menghadiri peluncuran BGSi di Gedung Eijkman, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada Minggu, 14 Agustus 2022. 

"Kerja sama itupun kami kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 -- perusahaan teknologi Group 42 -- maupun Amerika Serikat dengan UC Davis University Amerika Serikat (AS)."

Hadir dalam peluncuran BGSi yakni Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bersama Menkes Budi Gunadi, Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan, serta jajaran perwakilan kementerian lembaga dan perwakilan negara sahabat. Mereka meninjau ruangan penelitian genome, yang terdiri dari lab imunologi, lab sel dan molekuler, ruang ekstraksi DNA, dan lab genomik diabetes.

Adapun BGSi merupakan program inisiatif nasional pertama yang dibuat oleh Menkes Budi Gunadi guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.

Caranya, mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia dan patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan Whole Genome Sequencing (WGS).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Identifikasi Penyakit Lebih Cepat

Pengembangan deteksi genom dengan menggunakan BGSI, lanjut Budi Gunadi Sadikin, sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas bio surveilans dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.

Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia.

“Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” terang Budi Gunadi melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

“Bagusnya, kita tahu secara pasti diagnosis dan perawatannya. Contohnya, sakit batuk, walaupun gejalanya sama, namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Penerapan BGSi di 7 RS

Melalui BGSi, metode deteksi genom sekuensing akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, serta penuaan.

Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di 7 rumah sakit vertikal milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) antara lain, RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono, RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, dan RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.

Saat ini, hanya terdapat 12 mesin WGS di Indonesia. Untuk mendukung berjalannya BGSi, Kemenkes menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional.

Rumah sakit rujukan ini termasuk yang terlibat dalam BGSi dan akan dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.

4 dari 4 halaman

Target 10 Ribu Genom Sekuens

Adanya kehadiran BGSi, Menkes Budi Gunadi Sadikin menargetkan dalam dua tahun ke depan, ada 10.000 genom sekuens genome manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdirinya BGSi juga tidak lepas dari peran dan dukungan para donatur seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures. Selain itu, ada pelibatan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.

Menko Muhadjir Effendy juga menyambut baik terbentuk nya BGSi. Menurutnya, adanya teknologi BGSi sebagai wujud transformasi kesehatan bidang teknologi kesehatan akan sangat berarti untuk pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.

"Saya rasa ini adalah sebuah lompatan dalam arti lompatan besar untuk upaya kita segera mempercepat pembangunan SDM Indonesia," ujarnya.