Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) resmi melaporkan temuan kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia.
Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, kasus konfirmasi monkeypox terjadi pada satu orang pria dari DKI Jakarta.
Baca Juga
Pria tersebut memiliki riwayat bepergian ke luar negeri. Ia tiba di Jakarta pada 8 Agustus 2022. Lalu, gejala baru muncul pada 14 Agustus yakni demam. Kemudian, 16 Agustus mulai muncul ruam atau lesi di telapak tangan, kaki, dan di sekitar alat genital.
Advertisement
“Gejalanya demam, ruam di telapak tangan, kaki dan di sekitar alat genital. Gejalanya ringan dan pasien tidak perlu rawat inap,” kata Syahril dalam konferensi pers Kemenkes Sabtu (20/8/2022).
Syahril menambahkan, pasien kini dalam keadaan baik saja dan melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Disampaikan Syahril bahwa pasien cacar monyet tidak memerlukan ruang isolasi layaknya pasien COVID-19.
“Memang sama-sama ruang isolasi tapi kalau COVID-19 kan harus bertekanan negatif, nah kalau cacar monyet tidak perlu bertekanan negatif ruang isolasinya.”
Terkait riwayat perjalanannya, pasien memang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. Pasien ini mendapatkan monkeypox setelah melakukan kontak langsung dengan orang yang ia temui di luar negeri.
“Pasien memang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.”
Selanjutnya, pelacakan kontak erat pun dilakukan guna menemukan kasus lain yang mungkin tertular dari kasus pertama ini.
Meski sudah ditemukan kasus pertama, Syahril mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Pasalnya, cacar monyet bukanlah penyakit seperti COVID-19.
“Jauh jika dibandingkan dengan COVID-19, cacar monyet ini adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sesuai Dugaan
Terkait hal ini, ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan bahwa ini sesuai dugaan di mana kasus monkeypox sebetulnya sudah ada hanya perlu waktu untuk ditemukan.
“As expected, kasus sebetulnya sudah ada, hanya yang ketemu butuh waktu,” kata Dicky kepada Healht Liputan6.com melalui pesan singkat Sabtu (20/8/2022).
Ia menambahkan, suatu wabah termasuk monkeypox bisa dengan mudah menyebar lantaran mobilitas internasional masyarakat sekarang tinggi. Penyakit ini kebanyakan ditemukan di komunitas pria yang berhubungan seksual dengan pria atau gay.
“Ini kan jaringannya ada di mana-mana saat ini, berbeda dengan dulu. Dan mereka umumnya adalah orang-orang muda yang aktif, mobile, jadi ketika virus ini terdeteksi di suatu wilayah, bukan berati virusnya benar-benar baru ada saat itu.”
Bahkan di Amerika, virus monkeypox bisa saja sudah ada sejak satu tahun atau beberapa bulan sebelum ditemukan kasus positif. Ini cenderung terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia pun kemungkinan seperti itu, kara Dicky.
“Karena sekali lagi bicara tentang perilaku seks, perilaku intim yang menjadi mekanisme penularan ini memang ada di semua negara. Jadi seperti yang sudah saya sampaikan dari awal, ini masalah waktu saja,” ujarnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Cacar Monyet di Dunia
Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melaporkan update terkait cacar monyet global per 17 Agustus 2022.
Menurutnya, lebih dari 35.000 kasus monkeypox kini telah dilaporkan ke WHO, dari 92 negara dan wilayah dengan 12 kematian.
“Hampir 7.500 kasus dilaporkan minggu lalu, meningkat 20 persen dari minggu sebelumnya, yang juga 20 persen lebih tinggi dari minggu sebelumnya,” kata Tedros mengutip keterangan pers Kamis (18/8/2022).
Hampir semua kasus dilaporkan dari Eropa dan Amerika, dan hampir semua kasus terus dilaporkan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
“Menggarisbawahi pentingnya semua negara untuk merancang dan memberikan layanan dan informasi yang disesuaikan dengan komunitas ini yang melindungi kesehatan, manusia hak dan martabat.”
Fokus utama untuk semua negara harus memastikan mereka siap untuk cacar monyet, lanjutnya. Dan untuk menghentikan penularan menggunakan alat kesehatan masyarakat yang efektif, termasuk pengawasan penyakit yang ditingkatkan, pelacakan kontak yang cermat, komunikasi risiko yang disesuaikan dan keterlibatan masyarakat, serta langkah-langkah pengurangan risiko.
Vaksinasi Cacar Monyet
Tedros menambahkan, vaksin cacar monyet juga memiliki peran penting dalam mengendalikan wabah.
“Vaksin cacar monyet juga dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan wabah, dan di banyak negara terdapat permintaan yang tinggi akan vaksin dari masyarakat yang terkena dampak,” ujar Tedros dalam pembukaan temu media Rabu 17 Agustus 2022.
Namun, lanjut Tedros, untuk saat ini persediaan vaksin dan data efektivitasnya masih terbatas, meskipun pihaknya mulai menerima data dari beberapa negara.
WHO telah melakukan kontak erat dengan produsen vaksin, dan dengan negara dan organisasi yang bersedia berbagi dosis.
“Kami tetap prihatin bahwa akses yang tidak adil ke vaksin yang kami lihat selama pandemi COVID-19 akan terulang, dan bahwa yang termiskin akan terus tertinggal.”
Seperti yang diumumkan WHO minggu lalu, pertemuan para ahli yang diselenggarakan oleh WHO telah sepakat untuk mengganti nama dua clades (varian) virus monkeypox yang diketahui menggunakan angka Romawi.
Clade yang sebelumnya dikenal sebagai Congo Basin atau clade Afrika Tengah sekarang akan disebut sebagai clade I, sedangkan clade Afrika Barat akan disebut clade II.
“Pekerjaan untuk mengganti nama penyakit dan virus sedang berlangsung.”
Advertisement