Sukses

Lolos Gelombang BA.4 dan BA.5, Indonesia Bakal Hadapi Ujian COVID-19 pada 6 Bulan Mendatang

Menkes Budi Gunadi mengatakan, ujian dalam menghadapi COVID-19 masih akan dihadapi Indonesia dalam 6 bulan ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara di dunia yang dapat melalui gelombang COVID-19 subvarian BA.4 dan BA.5 dengan sangat baik. Meski demikian, Indonesia perlu tetap waspada karena menurut Budi, ujian dalam menghadapi COVID-19 masih akan dihadapi Indonesia dalam 6 bulan ke depan.

"Nah, sekarang ujiannya 6 bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023. Kalau kita benar-benar bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia mungkin menjadi selected few negara yang bisa menangani pandemi ini 12 bulan berturut-turut," kata Budi dalam keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Selasa, 23 Agustus 2022.

Guna mencapai target tersebut, Budi menyebut ada satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan menjaga tingkat imunitas masyarakat tetap tinggi seperti saat ini.

Diketahui, berdasarkan sero survei yang dilakukan pada Juli 2022, saat ini antibodi masyarakat telah mencapai 98,5 persen. Jumlah tersebut telah meningkat dibandingkan pada Desember 2021 yang baru mencapai 88 persen.

Peningkatan persentase antibodi masyarakat yang tinggi, kata Budi, disebabkan oleh dua hal, vaksinasi dan infeksi.

"Tantangannya, kita vaksinasinya sudah nurut dan tidak ada infeksi sekarang, beda dengan kemarin, Februari kan kita ada infeksi tinggi, itu kan memberi perlindungan imunitas juga," ujarnya. 

 

2 dari 3 halaman

Vaksinasi di Akhir 2022

Menghadapi tantangan tersebut, kata Budi, akan dilakukan vaksinasi pada akhir tahun 2022 , terutama bagi golongan yang memiliki imunitas rendah. Hal tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas pada hari ini.

"Jadi nanti rencana November kita akan sero survei lagi untuk melihat daerah-daerah mana yang imunitasnya sudah menurun, kemudian orang-orang mana yang berisiko tinggi. Nanti itu yang akan kita berikan vaksinasi," jelas Budi.

Dengan vaksinasi tersebut, diharapkan imunitas masyarakat Indonesia akan tetap tinggi jika nantinya ada varian baru COVID-19 pada triwulan pertama 2023.

"Insyaallah kalau nanti ada varian baru, ya mudah-mudahan tidak, kita kan tugasnya mempersiapkan. Kalau ada nanti varian baru di bulan Januari, Februari, Maret, imunitas populasi masyarakat Indonesia itu tetap tinggi," ujar Budi.

"Ya idealnya sama seperti sekarang lah, 98 persen ke atas sudah tetap memiliki imunitas di atas 2000 unit per mililiter," tambahnya.

Dengan upaya menjaga imunitas masyarakat tetap tinggi, diharapkan kasus COVID-19 di Tanah Air akan tetap landai seperti saat ini.

3 dari 3 halaman

Kemungkinan Adanya Varian Baru COVID-19

Peningkatan kasus COVID-19 di negara-negara Eropa, AS, dan Jepang yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia berpotensi memunculkan varian baru virus COVID-19. Diketahui, kasus positif COVID-19 di AS dan Jepang mencapai ratusan ribu per hari. 

"Beberapa negara seperti Jepang, negara-negara di Eropa, di Amerika, kasus konfirmasi hariannya itu mencapai di atas 100 ribu. Bahkan Jepang di atas 200 ribu per hari. Kasus konfirmasi harian setinggi ini, pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru," ucap Budi. 

Oleh karena itu, Indonesia pun menurutnya harus bersiap-siap. 

"Kita sudah melihat adanya subvarian baru di Amerika, adanya subvarian baru juga di Eropa, karena adanya mutasi, karena adanya kasus konfirmasi yang sangat tinggi." 

Meski kasus harian di Indonesia cenderung jauh lebih rendah dari negara-negara tersebut dan kadar antibodi masyarakat pun tinggi, Pemerintah tetap mewaspadai potensi munculnya varian baru. 

Â