Sukses

Peningkatan Kapasitas Riset dan Manufaktur Kesehatan Perlu Dukungan Internasional

Banyak delegasi 3rd HWG yang menyatakan bahwa dukungan organisasi internasional sangat penting dalam meningkatkan kapasitas penelitian dan manufaktur selama pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Dr Dra Lucia Rizka Andalusia, Apt. M.Pharm, MARS, mengatakan beberapa potensi kerja sama telah teridentifikasi dalam pertemuan 3rd Health Working Group G20 di Bali, Selasa, 23 Agustus 2022. Kerja sama tersebut seperti pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian dan ekosistem manufaktur.

Rizka pun menyampaikan, banyak delegasi yang menyatakan bahwa dukungan organisasi internasional sangat penting dalam meningkatkan kapasitas riset atau penelitian dan manufaktur selama pandemi.

Dalam kesempatan yang sama, Rizka mengakui kesiapan Argentina, Brasil, India, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan Turki bersama-sama dengan Indonesia, serta mengajak negara-negara G20 lainnya dan organisasi internasional untuk bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kemitraan ini.

“Salah satu upaya yang perlu dukungan global organisasi internasional di antaranya terkait misi 100 hari kesiapsiagaan vaksin yang mencakup koordinasi pendanaan dan transfer teknologi antarnegara dinilai penting,” ujar Rizka.

Dikatakannya, 100 hari pertama kesiapsiagaan vaksin sangat penting, namun, lanjut Rizka, pihaknya membutuhkan misi berkelanjutan di luar 100 hari pertama tersebut.

Pasalnya, bukan hanya kesiapsiagaan vaksin yang harus dilakukan melainkan kesiapsiagaan yang mencakup alat diagnostik, tindakan terapeutik, dan menghubungkannya dengan One Health.

Terkait transfer teknologi, diperlukan kemitraan yang harus melibatkan sektor swasta. Negara – negara berpenghasilan menengah ke bawah harus secara proaktif berkontribusi pada misi ini. 

 

2 dari 3 halaman

Pentingnya Regulasi Guna Mendukung Riset

Upaya lain yang perlu dukungan organisasi internasional adalah perluasan manufaktur dan penelitian vaksin, terapeutik, dan diagnostik (VTD) secara global.

Organisasi internasional telah menetapkan platform dan jaringan yang memungkinkan akses vaksin, terapeutik, dan diagnostik (VTD) lebih cepat untuk pandemi.

“Platform dan jaringan yang sudah ada saat ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk membangun sebuah platform global yang terhubung,” ucap Rizka.

Dibutuhkan peningkatan investasi, peningkatan koordinasi antara bidang keuangan dan bidang kesehatan untuk mendukung VTD tersebut.

“Beberapa delegasi dari pertemuan HWG ke-3 ini menyoroti pentingnya menyelaraskan regulasi untuk mendukung peningkatan penilitian dan produksi. Persetujuan dan peraturan harus dipercepat,” kata Rizka.

Pembahasan lebih rinci terkait peningkatan kapasitas penelitian dan manufaktur terkait vaksin, terapeutik, dan diagnostik akan dilakukan pada pertemuan teknis sebelum pertemuan menteri kesehatan (HMM) G20 ke-2 pada Oktober 2022.

3 dari 3 halaman

3rd HWG Forum Strategis Perkuat Kesehatan Global

Sebelumnya, Juru Bicara G20 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan dalam keterangan pers persiapan pelaksanaan 3rd HWG, pertemuan tersebut menjadi forum strategis guna memperkuat sistem kesehatan global dalam menghadapi kemungkinan pandemi berikutnya. 

Pada pertemuan yang berlangsung selama dua hari itu, ada 3 sesi yang akan membahas isu prioritas ketiga yakni pentingnya diversifikasi geografis pusat riset dan manufaktur vaksin, Obat-obatan, dan Alat Diagnostik (VTD), terutama di negara berkembang.

“Pertemuan HWG ketiga ini akan menjadi forum strategis untuk memperkuat sistem kesehatan global guna menghadapi pandemi berikutnya. Setiap negara, terlepas dari status ekonomi dan geografisnya, harus memiliki akses dan kapasitas yang sama untuk mengembangkan vaksin, terapi, dan alat diagnostik,” kata Siti Nadia, Kamis (18/8).

Sesi pertama, difokuskan pada pembahasan isu untuk membangun jaringan antara peneliti dan manufaktur di Negara G20 terkait kedaruratan kesehatan masyarakat.

Sesi ke dua, fokus membahas penguatan jaringan peneliti dan manufaktur terkait kedaruratan kesehatan masyarakat.

Sesi ke tiga membahas peran kemitraan pihak pemerintah dan swasta untuk mendukung jaringan peneliti dan manufaktur.

Sesi terakhir membahas inisiatif G20 untuk memperkuat ekosistem riset dan manufaktur untuk mencapai VTD yang berkeadilan akses dan kapasitas pengembangan.