Sukses

Jawaban Menkes Budi Soal Penyebab Kasus COVID-19 di Indonesia Tidak Tinggi

Beberapa negara lain seperti Jepang, Amerika, dan Eropa mengalami kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan. Namun, hal tersebut tidak terjadi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data himpunan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per Rabu 23 Agustus 2022, penambahan kasus COVID-19 di Indonesia ada sebanyak 4.858. Begitupun pada beberapa hari sebelumnya yang juga terlihat angka serupa.

Indonesia terlihat tidak mengalami kenaikan kasus harian COVID-19 yang signifikan. Padahal, kasus harian COVID-19 di luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa sedang tinggi-tingginya.

Lalu, apa penyebab kasus COVID-19 di Indonesia justru rendah?

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa hal tersebut utamanya disebabkan oleh vaksinasi COVID-19 yang telah gencar dilakukan oleh Indonesia beberapa bulan sebelumnya.

"Fakta yang kita lihat adalah Indonesia itu rendah sekali (kasus COVID-19-nya). Jawabannya juga sudah kita temui dari sero-survey kemarin. Kita sudah melihat dibandingkan Desember, hanya 88 persen yang memiliki antibodi, sekarang naik ke 98,5 persen," ujar pria yang akrab disapa BGS dalam konferensi pers Evaluasi PPKM ditulis Rabu, (24/8/2022).

Budi mengungkapkan bahwa dari hasil sero-survey tersebut, masyarakat Indonesia terlihat sudah sangat terlindungi jika dilihat dari level antibodi. Sehingga saat gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 masuk, tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan seperti yang terjadi pada negara-negara lain.

"Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA.4, BA.5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, di kita tidak, karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi," kata Budi.

2 dari 4 halaman

Kontribusi Lainnya dari Infeksi COVID-19

Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa selain akibat vaksinasi, infeksi juga memberikan kontribusi pada imunitas masyarakat Indonesia. Bila kembali pada bulan November 2021 lalu, Indonesia memang sudah sangat gencar melakukan vaksinasi COVID-19.

"Kedua alhamdulillah karena infeksi juga. Gelombang Omicron melanda Indonesia di bulan Februari-Maret. Itu sampai 60 ribu kasus per hari, lebih tinggi dari gelombang Delta. Nah kombinasi vaksinasi di bulan November, Desember, Januari dan infeksi di bulan Februari dan Maret," kata Budi.

"Itu membuat di bulan Juni-Juli-Agustus, kadar antibodi masyarakat Indonesia tinggi sekali. Sehingga bisa dibilang pada saat gelombang BA.4, BA.5 masuk kita tidak terganggu sama sekali," tambahnya.

Budi mengungkapkan bahwa ujian untuk Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 masih ada sekitar enam bulan lagi. Hal tersebut lantaran bila berkaca pada gelombang sebelumnya, peningkatan kasus biasa terjadi di awal tahun.

"Jadi untuk yang gelombang ini Indonesia jadi satu dari segelintir negara yang sudah berhasil melampaui gelombang BA.4, BA.5 dengan sangat baik. Sekarang ujiannya enam bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023," ujar Budi.

3 dari 4 halaman

Penanganan Pandemi COVID-19 dengan Baik?

Jikalau Indonesia mampu melewati kembali gelombang baru yang mungkin akan datang nantinya dengan baik, maka menurut Budi, Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang bisa menangani pandemi COVID-19 dengan baik selama 12 bulan.

"Caranya gimana? Kita harus menjaga level imunitas masyarakat setinggi sekarang. Tantangannya kita vaksinasinya sudah turun dan tidak ada infeksi sekarang. Beda dengan kemarin Februari kita ada infeksi tinggi, itu kan memberikan perlindungan imunitas juga," kata Budi.

Di sisi lain, dalam kesempatan yang sama, Budi mengungkapkan bahwa berkaitan dengan naiknya kasus di Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, akan ada kemungkinan bahwa mutasi virus Corona atau varian baru COVID-19 akan muncul.

"Kita lihat bahwa beberapa negara seperti Jepang, negara-negara di Eropa, di Amerika, kasus konfirmasi hariannya itu mencapai di atas 100 ribu. Bahkan Jepang di atas 200 ribu per hari," ujar Budi.

"Kasus konfirmasi harian setinggi ini pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru. Jadi pasti akan ada varian baru, pasti akan timbul varian baru karena adanya kasus konfirmasi setinggi ini," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Vaksinasi COVID-19 Akan Kembali Digencarkan

Sehingga nantinya pada akhir tahun, Budi mengungkapkan akan ada vaksinasi yang digencarkan kembali terutama bagi kelompok yang imunitasnya rendah. Sero-survey pun rencananya akan kembali dilakukan.

"Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak usia dibawah 6 tahun, nanti kita akan mulai jajaki. Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui, vaksinasi pediatrik namanya. Sekarang sedang kita jajaki," kata Budi.

Tak berhenti di sana, vaksinasi untuk kelompok lansia, komorbid, dan yang kadar imunitasnya tengah menurun juga akan kembali digencarkan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat perlu mempersiapkan diri jikalau ada varian baru COVID-19.

"Kita sudah tahu by name, by address. Nanti akan kita segera berikan alternatif vaksin yang adanya agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia. Untuk menghadapi, siap-siap di awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru," kata Budi.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Kemenkes adalah singkatan dari Kementerian Kesehatan.

    Kemenkes

  • Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit.

    vaksin

  • Angka kasus Covid-19 di Indonesia kini sudah mencapai angka 3.686.740 per hari Senin, 9 Agustus 2021.

    Covid Indonesia

  • Gejala awal infeksi Covid-19 bisa berupa gejala flu, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
    Gejala awal infeksi Covid-19 bisa berupa gejala flu, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.

    covid update

  • antibodi