Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 sudah berlangsung 2,5 tahun. Banyak yang sudah lelah, letih dan kesal dengan situasi ini. Banyak orang menginginkan segera endemi, lalu kapan situasi itu datang?
Harapan endemi datang lebih cepat ketika situasi COVID-19 kian membaik di Mei - Juni 2022. Saat itu, positivity rate Indonesia stabil di bawah 3 persen.
Baca Juga
Saat itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa Indonesia secara de facto telah menuju status endemi COVID-19.
Advertisement
"Dilihat dari beberapa indikator, kita sebetulnya de facto (secara fakta) sudah menuju ke endemi," kata Muhadjir saat itu.
Namun, kehadiran Omicron BA.4 dan BA.5 membuat harapan itu kembali mundur. Kasus harian COVID-19 yang biasanya berjumlah ratusan kembali menjadi ribuan beberapa minggu setelah dua subvarian Omicron itu muncul di Tanah Air.
Pada akhir Juli 2022, kasus harian bisa bertambah 6 ribu dalam sehari.Lalu, hingga kemarin, kasus COVID-19 per hari di angka 5.214 dengan akumulasi 6.334.357.
Erlina Burhan yang baru ditunjuk sebagai Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mengaku tidak bisa memprediksi dengan tepat kapan endemi datang. Namun, ketika ada beberapa kondisi yang sudah tercapai endemi bisa di depan mata.
"Kami PB IDI tidak bisa memprediksi dengan tepat kapan COVID-19 ini menjadi endemi. Tapi kami bisa memberikan clue kalau masyarakat patuh (protokol kesehatan), cakupan vaksinasi tinggi, PHBS dilaksanakan kita akan cepat membuat pandemi ini menjadi endemi," tegas Erlina dalam webinar pada Jumat, 26 Agustus 2022.
Endemi, Bukan Berarti COVID-19 Lenyap
Erlina menegaskan bahwa endemi bukan berarti kasus COVID-19 tak ada dan virus menghilang. Endemi adalah kondisi ketika suatu penyakit tetap ada tapi penyebarannya terkendali.
"Influenza, tuberkulosis, malaria itu endemi. Penyakitnya tetap ada tapi penyebaran terkendali," kata dokter spesialis paru konsultan itu.
Untuk bisa mencapai endemi COVID-19, semua pihak harus bisa bekerja sama mengendalikan virus SARS-CoV-2. Kasus terkendali ketika kasus tidak naik turun drastis, jika ada kenaikan ya riak-riak saja lalu kemudian kembali ke kondisi terkendali.
"Kondisi terkendali itu kalau dibuat dalam grafik itu, garisnya flat ya. Kita hampir endemi pada sekitar bulan April lalu," katanya.
Mengingat kasus COVID-19 bakal terus ada, maka PB IDI tak bosan-bosannya mengingatkan masyarakat agar bersiap hidup berdampingan dengan virus Corona.
Â
Â
Â
Â
Advertisement