Sukses

Cara Simpel Berumur Panjang, Rutin Lakukan Olahraga Kardio dan Latihan Beban

Rutin melakukan aerobik dan latihan beban dalam seminggu bisa membuat umur panjang

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas fisik atau berolahraga yang dilakukan secara teratur punya berjuta-juta keuntungan bagi kesehatan, salah satunya membantu kita hidup lebih lama.

Namun, ada beberapa hal yang mesti digarisbawahi bahwa jenis dan durasi olahraga juga menentukan agar kita memeroleh keuntungan tersebut.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam The British Journal of Sports Medicine, para peneliti menemukan bahwa saat melakukan latihan aerobik (cardio) atau latihan kekuatan (strength training)  dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah selama jangka waktu penelitian.

Ini terjadi pada orang-orang secara teratur melakukan keduanya, satu hingga tiga jam dalam seminggu melakukan aerobik dan satu hingga dua sesi olahraga beban. 

Dalam penelitian tersebut, para pakar juga melihat efek yang paling nyata ketika seseorang beralih dari gaya hidup menetap ke pola hidup yang aktif. Menurut salah seorang ilmuwan dan penulis studi tersebut, Carver Coleman, ini seperti melihat orang yang merokok versus tidak merokok.

Carver, mengatakan, studi ini merupakan bukti nyata pentingnya untuk kita melakukan latihan kekuatan atau latihan beban untuk kesehatan secara menyeluruh. 

"Studi ini menarik karena mendukung perpaduan antara aerobik dan latihan kekuatan," kata ahli gerontologi di Klinik Cleveland, Dr Kenneth Koncilja,  yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Itu sesuatu yang selalu saya bicarakan dengan pasien saya sepanjang waktu," dia menambahkan seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Senin, 29 Agustus 2022.

 

2 dari 3 halaman

Mencampurkan Olahraga Kardio dan Latihan Beban Menawarkan Perlindungan Terbaik

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan data Survei Wawancara Kesehatan Nasional, yang diikuti 416.420 orang dewasa Amerika yang direkrut antara tahun 1997 dan 2014.

Peserta mengisi kuesioner yang merinci seperti jenis aktivitas fisik yang telah mereka lakukan, termasuk menentukan seberapa banyak olahraga sedang atau berat, bersama dengan berapa banyak sesi latihan penguatan otot yang mereka lakukan dalam seminggu.

Setelah menyesuaikan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, status perkawinan dan apakah mereka memiliki kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit jantung atau kanker, peneliti menemukan bahwa orang yang melakukan aktivitas aerobik atau kardio sedang hingga berat selama satu jam dalam seminggu memiliki risiko kematian 15 persen lebih rendah.

Risiko kematian bahkan 27 persen lebih rendah bagi mereka yang melakukan kardio tiga jam seminggu.

Tetapi mereka yang melakukan latihan beban sebanyak satu hingga dua sesi saja dalam seminggu memiliki risiko kematian 40 persen lebih rendah ketimbang mereka yang tidak berolahraga beban sama sekali. 

Ini mengapa Carver membuat perbandingannya antara bukan perokok dan seseorang dengan kebiasaan setengah bungkus sehari.

 

 

3 dari 3 halaman

Hubungan Antara Hanya Latihan Kekuatan dan Umur Panjang Secara Khusus Belum Bisa Dipastikan

Para ahli mengatakan sulit untuk mempelajari kaitannya umur panjang dan latihan kekuatan karena hanya sedikit orang yang melakukannya secara teratur.

Bahkan, dalam studi baru-baru ini, hanya 24 persen peserta yang melakukan latihan kekuatan secara teratur ---- berlawanan dengan 63 persen yang mengatakan mereka melakukan latihan aerobik.

"Bahkan dengan kelompok besar seperti yang kami miliki di sini, jumlahnya masih relatif kecil," kata seorang ekonom di Universitas Brigham Young dan salah satu penulis studi ini, Arden Pope.

Namun, penelitian mulai mengejar ketinggalan. Dalam meta-analisis baru-baru ini --- yang diterbitkan di The British JOurnal of Sport Medicine pada Februari 2022 --- para peneliti dapat mengukur efek latihan kekuatan pada umur panjang di luar aktivitas aerobik.

Mereka menemukan pengurangan terbesar dikaitkan dengan 30 hingga 60 menit latihan kekuatan dalam seminggu, dengan penurunan 10 hingga 20 persen dalam risiko kematian, penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Haruki Momma, seorang ilmuwan olahraga di Universitas Tohoku dan salah satu penulis penelitian, perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk menemukan jumlah latihan kekuatan yang optimal.