Liputan6.com, Jakarta - Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terus bermutasi. Setelah virus original asal Wuhan yang muncul di awal pandemi, kemudian disusul Alpha, Beta, Delta, kini yang tengah mendominasi penularan di dunia adalah Omicron dengan subvariannya.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengatakan secara umum, gejala dari berbagai subvarian Omicron mulai dari B.1.1529 sampai BA.4 dan BA.5 sama-sama saja yakni tidak separah Delta. Namun, bukan berarti lantas boleh mengganggap remeh varian tersebut.
Baca Juga
"Omicron ini sifatnya lebih menular lalu masih bisa menembus mereka yang sudah divaksin primer (dua dosis). Tapi orang masih bisa bernapas lega karena gejala Omicron lebih ringan," kata Erlina.
Advertisement
Meski ringan, orang yang terpapar tetap saja terganggu kesehatannya. Banyak yang terpapar Omicron merasa tidak nyaman karena mengeluhkan beberapa gejala.
"Tidak separah Delta tapi tetap saja mengganggu. Banyak yang tidak merasa nyaman karena hidung tersumbat, sakit tenggorokan, sakit kepala. Walau memang umumnya tidak sampai bikin sesak napas," kata Erlina yang juga dokter spesialis paru konsultan itu dalam konferensi pers daring ditulis Senin, 29 Agustus 2022.
Jumlah orang yang sedikit melaporkan sesak napas pada kasus Omicron lantaran virus tersebut melakukan replikasi atau perkembangbiakan di saluran pernapasan atas bukan bawah.
Di kesempatan berbeda, Erlina mengatakan bagi orang yang memiliki sistem imun yang baik serta sudah divaksinasi, mungkin bila tertular Omicron hanya bergejala ringan. Namun, ada orang lain yang bisa tertular dan dampaknya bisa fatal. Misalnya pada orang lanjut usia, orang degan komorbid, anak kecil atau orang dengan gangguan sistem imun.
"Dampaknya bisa tidak ringan pada mereka."
Â
Vaksinasi, Upaya Cegah Kena COVID-19
Erlina mengingatkan agar masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi terlebih dosis ketiga atau booster segera menuju ke fasilitas kesehatan untuk divaksinasi. Terutama pada orang dengan lanjut usia yang punya komorbid sebaiknya segera mendapatkan vaksinasi COVID-19.
"Vaksinasi ini salah satu upaya pencegahan ya, salah satu. Upaya pencegahan itu banyak sekali, ada vaksin, prokes dan termasuk PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)," tutur Erlina.
Vaksinasi, merupakan upaya meningkatkan imunitas terhadap virus SARS-CoV-2. Jika pun terpapar, diharapkan gejala yang muncul ringan.
Advertisement
Pandemi Tidak Boleh Hidup Suka-Suka Gue
COVID-19 mengajarkan kita bahwa di dunia ini tidak hidup sendiri. Dalam situasi pandemi COVID-19 penting untuk memikirkan orang lain mengingat ini adalah penyakit menular.
"Belajar dari COVID-19, kita tidak hidup sendirian. tidak bisa suka-suka gue dong. Perlu diingat bahwa Anda bisa jadi sumber penularan," kata Erlina.
"Penyakit COVID-19 kan menular. Jadi, sambil diobati sambil isolasi mandiri agar orang lain tidak tertular. Isolasi cukup 10 hari," kata Erlina.
Imunitas Masyarakat 98,5 Persen
Saat ini, hasil sero survei terbaru pada masyarakat Indonesia menunjukkan kadar 98,5 persen. Angka tersebut meningkat dari hasil sero survei yang dilakukan pada Desember 2021 yang berada pada 88 persen.Â
Meski demikian, pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak lantas abai terhadap penerapan protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan memakai masker.Â
Selain itu, pemerintah juga tengah mengupayakan masyarakat, terutama kelompok yang berisiko untuk mendapat vaksinasi booster kedua pada akhir 2022. Hal ini demi menjaga imunitas masyarakat tetap baik dalam menghadapi kemungkinan munculnya varian baru COVID-19.
Â
Advertisement