Liputan6.com, Jakarta Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meresmikan nama gedung yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat menjadi Gedung dr. R. Soeharto. Nama ini diambil dari seorang dokter yang merawat proklamator Indonesia yakni Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengakui sebagai orang baru di dunia kesehatan ia tidak mengenal tokoh tersebut dan mencari tahu di internet.
Baca Juga
“Saya terus terang karena sebagai orang baru di sektor kesehatan, tidak kenal dengan dr. Soeharto, tapi saya tadi malam sempat membaca mengenai sejarah dokter Soeharto ini. Menarik memang kalau kita cari di Google, beliau ini dokter pribadinya Ir. Soekarno dan Moh Hatta.”
Advertisement
“Tapi kalau kita baca lebih dalam lagi, sebetulnya beliau adalah tokoh pergerakan nasional juga dan salah satu keberhasilannya, beliau benar-benar bisa menyatukan Ikatan Tabib Indonesia dan IDI,” ujar Budi dalam sambutan secara virtual pada Selasa (31/8/2022).
Budi juga menyampaikan, hal pertama yang ia pelajari dari doker Soeharto adalah pemersatu yang berhasil menggabungkan beberapa organisasi kesehatan menjadi satu.
“Nah mungkin semangat beliau sebagai pemersatu ini yang bisa terus kita jaga ke depannya sehingga IDI juga menjadi wadah pemersatu organisasi profesi kedokteran ke depannya.”
Hal kedua yang dipelajari dari dr. Soeharto adalah pembentukan cikal bakal Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Memiliki Visi Jauh ke Depan
Budi membayangkan, ternyata di zaman itu seseorang sudah bisa memikirkan bagaimana cara menurunkan atau mengurangi kematian ibu dan anak dengan mengatur kehamilan dari seorang ibu.
Di zaman itu, akan sangat jarang orang yang berpikir bagaimana cara mencegah kematian ibu dan anak. Teori kedokteran modern sendiri mengatakan bahwa intervensi kesehatan itu akan jauh lebih efektif, lebih efisien, dan lebih baik kualitas hidup pasiennya kalau dilakukan dari sisi pencegahan atau preventif dibandingkan kuratif.
“Beliau (dokter Soeharto) sudah sangat jauh konsep pemikirannya mengenai sistem kesehatan. Jadi pelajaran kedua yang saya dapat adalah beliau memiliki visi jauh ke depan mengenai sistem kesehatan nasional suatu bangsa.”
Ini merupakan hal bagus yang layak didokumentasikan dalam satu gedung kantor pusat IDI, kata Budi. Pasalnya, gedung kantor pusat suatu organisasi profesi merupakan suatu simbol yang melambangkan rumah di mana semua anggotanya bisa bersatu.
“Bisa datang ke situ untuk berkumpul, berargumentasi, beradu pendapat tanpa bermusuhan walaupun pendapatnya berbeda untuk menghasilkan simpulan ilmiah yang baik.”
Advertisement
Sarana Menghasilkan Ide
Kantor pusat ini juga harus bisa menjadi sarana untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang bisa dimanfaatkan di masa depan.
“Bukan hanya ide-ide untuk generasi kita, tapi juga ide-ide yang jauh lompatannya ke depan bagi generasi-generasi anak dan generasi-generasi cucu-cucu kita.”
Kedua hal tersebut sudah diberi contoh oleh dr. Soeharto, sehingga Budi menilai bahwa pemilihan nama dr. Soeharto sebagai nama gedung untuk PB IDI adalah pilihan tepat.
“Saya rasa sangat tepat pemilihan nama dr. Soeharto sebagai nama gedung untuk PB IDI pusat.”
Dalam peresmian tersebut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Kumaidi menyampaikan peresmian nama ini menjadi momentum yang luar biasa.
“Karena gedung ini tidak akan berdiri tanpa ada dr. Soeharto. Beliau membidani berdirinya IDI, jadi ini adalah kewajiban yang harus kami lakukan sebagai penerus beliau untuk kemudian mengokohkan nama beliau menjadi nama gedung ini,” kata Adib.
Merupakan Gedung Heritage
Adib menambahkan bahwa gedung yang terletak di Jl. Dr. GSSJ Ratulangi No. 29, Menteng, Jakarta Pusat ini merupakan gedung heritage atau warisan yang tidak dapat diubah.
“Gedung ini adalah heritage yang kita enggak bisa mengubah, jadi kalau kita mengubah hanya di bagian belakang, yang depan ini tidak bisa diubah karena ini adalah heritage.”
Ini merupakan gedung bersejarah, tapi kadang-kadang orang-orang lupa tentang sejarah. Untuk itu, IDI memasang foto dan kilasan sejarah dr. Soeharto di bagian depan gedung.
“Beliau adalah salah satu pondasi utama yang mendirikan IDI yang juga menyatukan Perkumpulan Tabib Indonesia dengan perkumpulan dokter menjadi Ikatan Dokter Indonesia.”
“Kesatuan inilah yang saya kira sudah seharusnya untuk tetap menjadi satu tidak ada lagi organisasi profesi dokter karena kita harus tahu sejarahnya bahwa semua perkumpulan dokter di masa lalu tujuannya satu yakni untuk kepentingan rakyat dan negara,” pungkasnya.
Advertisement