Sukses

Teratur Minum ARV Obat HIV, ODHA Bisa Nikah Juga Punya Anak yang Sehat

Harapan hidup orang dengan HIV AIDS (ODHA) bisa panjang apabila rutin minum obat

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian masyarakat menganggap Orang dengan HIV AIDS (ODHA) tak memiliki harapan hidup yang panjang. Namun, ini adalah anggapan yang keliru.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi, Prof Zubairi Djoerban, ODHA bisa hidup lebih baik jika meminum obat HIV secara teratur.

"Tolong diingat, seolah-olah ini gawat banget, enggak. Sekarang ini hampir semua pasien yang berobat dengan teratur dan tidak putus obat itu HIV-nya akan terkontrol dengan baik," ujar pria yang akrab disapa Prof Beri saat ditemui di Jakarta Pusat pada Selasa, 30 Agustus 2022.

HIV AIDS yang terkontrol, lanjut dia, membuat ODHA tetap hidup dengan produktif dan aktif dalam waktu lama.

"Cukup banyak yang tetap hidup produktif dan aktif di atas 20 tahun, ada juga yang tetap sehat setelah konsumsi obat 28 tahun," katanya.

Artinya, HIV bisa dikontrol dengan minum obat secara rutin. Dengan demikian orang dengan HIV bisa menjalani kehidupan seperti menikah dan memiliki anak bila disiplin mengonsumsi ARV.

"Bisa juga menikah, bisa punya anak dan anaknya tidak tertular. Intinya, HIV AIDS bisa ditatalaksana dengan baik dan benar," katanya.

Namun, masalah yang masih dihadapi adalah selalu ada pasien yang putus obat. Jika putus obat maka berbahaya bagi diri pasien.

Sebab, jika pengobatan HIV lini pertama gagal, masih bisa pengobatan lini kedua. Dan, jika lini kedua gagal masih ada beberapa obat yang bisa dimodifikasi.

2 dari 4 halaman

Jika Pengobatan di Indonesia Gagal

Lalu, jika semua obat yang ada di Indonesia gagal, terpaksa pasien harus beli sendiri di luar negeri biasanya di Bangkok, Thailand.

"Dan itu mahal, 25 hingga 30 juta per bulan. Padahal kalau berobat teratur di Indonesia itu gratis total. Luar biasa pemerintah menyediakan obat HIV/ AIDS dengan gratis," katanya.

Syarat agar pengobatan berhasil adalah disiplin minum obat, tidak putus obat, dan secara berkala diperiksa kadar jumlah virusnya.

"Ini memang perlu konseling, perlu pendampingan, dan perlu dukungan. Orang HIV jangan sampai terstigmatisasi, justru harus selalu didukung," ujar Prof Beri.

Pada anak muda, faktor risiko yang banyak menyebabkan HIV adalah seksual terutama heteroseksual dan homoseksual. Faktor narkotika juga banyak terjadi.

"Berbagai penelitian menunjukkan, narkotik masih menjadi masalah serius di Jakarta dan masih menjadi masalah serius di Indonesia," dia menekankan.

Baru-baru ini, terungkap sebuah fakta mengenai data kasus HIV di Bandung. Selama periode 1991 s.d 2021, total kasus HIV di sana mencapai lebih dari 5.943 jiwa. 

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung mengungkap bahwa sebanyak 11 persen di antaranya adalah Ibu Rumah Tangga (IRT).

3 dari 4 halaman

Menurut Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ikut angkat bicara soal kasus HIV AIDS di Bandung. Pria yang karib disapa Kang Emil meluruskan, data 414 kasus HIV di kalangan mahasiswa Kota Bandung itu adalah akumulasi selama 30 tahun yakni sejak 1991 hingga 2021.

“Bukan data (kasus HIV) dalam 1 tahun,” tulis Emil mengoreksi sebuah berita daring yang ia unggah di Instagram pribadinya Selasa (30/8/2022).

Beragam program serta agenda untuk mendeteksi dan menangani masalah ini sudah dilaksanakan secara progresif oleh pemerintah Jawa Barat, lanjutnya.

“Pemprov Jabar fokus pada kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan dalam penanggulangan HIV AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual) di Provinsi Jawa Barat.”

Upaya-upaya itu termasuk:

1. Melakukan skrining dini tes HIV pada populasi kunci, ibu hamil pasien TB, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di layanan maupun secara mobile.

2. Melakukan perluasan layanan konseling tes HIV, layanan perawatan dukungan dan pengobatan.

3. Melakukan peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam pengembangan layanan test and treat.

4 dari 4 halaman

Upaya Lainnya

4. Melakukan evaluasi triple eliminasi dengan sasaran ibu hamil yang dites HIV, sifilis dan hepatitis untuk eliminasi pada bayi lahir dari ibu positif HIV, sifilis dan hepatitis.

5. Melakukan pemantauan desentralisasi obat ARV (antiretroviral) di 27 kabupaten/kota.

6. Melakukan pemeriksaan viral load bagi Orang dengan HIV AIDS (ODHA) untuk melihat evaluasi penggunaan ARV pada ODHA.

7. Melakukan pertemuan terkait kolaborasi TB HIV.

8. Melakukan kegiatan pemetaan populasi kunci untuk mendapatkan gambaran estimasi populasi kunci.

Emil juga memberikan tanggapan soal pernyataan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait poligami bisa mencegah HIV.

Beberapa hari lalu, Uu memberikan pernyataan bahwa solusi menekan angka HIV AIDS di Jawa Barat adalah dengan menikah dan poligami.

"Toh agama juga memberikan lampu hijau asal siap adil, kenapa tidak? Makanya daripada ibu kena (HIV/ AIDS) sementara ketahuan suami seperti itu mendingan diberikan keleluasaan untuk poligami," tutur Uu mengutip keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

Terkait pernyataan tersebut, Ridwan Kamil mengatakan bahwa ia tidak sependapat dengan Uu.

“Pendapat pribadi Pak Wagub Uu Ruzhanul Ulum terkait poligami sebagai solusi, saya pribadi tidak sependapat,” ujarnya.