Liputan6.com, Jakarta Data yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada Minggu, 4 September 2022 menunjukkan adanya penambahan kasus COVID-19 sebanyak 2.764 jiwa.
Dengan tambahan ini, maka akumulasi kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak Maret 2022 genap mencapai 6.372.542 kasus.
Baca Juga
Sedangkan kasus aktif COVID-19 di Indonesia hari ini berada pada angka 41.814 dengan kenaikan kasus sebanyak 1.003.
Advertisement
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh yakni sebanyak 3.751. Sehingga dengan tambahan tersebut, akumulasinya menjadi 6.173.081.
Begitupun dengan pasien yang meninggal akibat virus SARS-CoV-2 yang ikut mengalami penambahan. Penambahannya ada sebanyak 16 jiwa sehingga total pasien meninggal akibat COVID-19 mencapai 157.647.
Data yang dibagikan oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menunjukkan jumlah spesimen yang diperiksa yakni 48.694 dan suspek sebanyak 2.715.
Data tersebut juga menunjukkan 5 provinsi penyumbang kasus terbanyak dari transmisi lokal dan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Kelimanya terdiri dari
- DKI Jakarta sebagai tingkat pertama dengan jumlah penambahan 1.257 kasus, dengan 1.200 transmisi lokal dan 57 PPLN.
- Jawa Barat dengan 436 kasus baru, dengan 434 transmisi lokal dan 2 PPLN.
- Banten dengan 305 kasus baru, 303 transmisi lokal, dan 2 PPLN.
- Jawa Timur dengan 293 kasus baru, dengan 293 transmisi lokal, dan 0 PPLN.
- Jawa Tengah dengan 131 kasus baru, 131 transmisi lokal, dan 0 PPLN.
Sedangkan, provinsi lainnya tidak menunjukkan adanya penambahan kasus yang signifikan. Bahkan, terdapat beberapa provinsi yang tidak mengalami kenaikan kasus sama sekali.
Provinsi tersebut diantaranya adalah Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara.
Capaian Vaksinasi Hari Ini
Data situasi COVID-19, Minggu, 4 September 2022 pukul 12.00 WIB juga melaporkan adanya capaian vaksinasi terbaru. Hari ini, capaian vaksinasi di Indonesia bertambah sebanyak 163.906 suntikan.
Rincian capaian tersebut yakni:
- Vaksinasi dosis pertama bertambah 20.322 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 203.417.526
- Vaksinasi dosis kedua bertambah 22.894 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 171.087.767
- Vaksinasi dosis ketiga bertambah 99.437 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 61.011.471
- Vaksinasi dosis keempat bertambah 21.253 suntikan, sehingga akumulasinya menjadi 401.979
Berdasarkan adanya penambahan capaian vaksinasi ini, akumulasinya menjadi 435.918.743 suntikan dengan target sasaran vaksinasi RI sebanyak 208.265.720 jiwa.
Dalam konferensi pers Evaluasi PPKM pada Selasa, 23 Agustus 2022 lalu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia tidak mengalami kenaikan kasus COVID-19 yang terlalu signifikan belakangan.
Padahal asus harian COVID-19 di luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, China, dan negara-negara Eropa sedang tinggi-tingginya.
"Fakta yang kita lihat adalah Indonesia itu rendah sekali (kasus COVID-19-nya). Jawabannya juga sudah kita temui dari sero-survey kemarin. Kita sudah melihat dibandingkan Desember, hanya 88 persen yang memiliki antibodi, sekarang naik ke 98,5 persen," ujar pria yang akrab disapa BGS.
Advertisement
Level Antibodi Orang Indonesia Tinggi
Budi mengungkapkan bahwa dari hasil sero-survey tersebut, masyarakat Indonesia terlihat sudah sangat terlindungi jika dilihat dari level antibodi. Sehingga saat gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 masuk, tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan seperti yang terjadi pada negara-negara lain.
"Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA.4, BA.5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, di kita tidak, karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi," kata Budi.
Selain akibat vaksinasi, infeksi juga memberikan kontribusi pada imunitas masyarakat Indonesia. Bila kembali pada bulan November 2021 lalu, Indonesia memang sudah sangat gencar melakukan vaksinasi COVID-19.
"Kedua alhamdulillah karena infeksi juga. Gelombang Omicron melanda Indonesia di bulan Februari-Maret. Itu sampai 60 ribu kasus per hari, lebih tinggi dari gelombang Delta. Nah kombinasi vaksinasi di bulan November, Desember, Januari dan infeksi di bulan Februari dan Maret," kata Budi.
"Itu membuat di bulan Juni-Juli-Agustus, kadar antibodi masyarakat Indonesia tinggi sekali. Sehingga bisa dibilang pada saat gelombang BA.4, BA.5 masuk kita tidak terganggu sama sekali," tambahnya.
Persiapkan Potensi Lonjakan Kasus Selanjutnya
Budi mengungkapkan bahwa ujian untuk Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 masih ada sekitar enam bulan lagi. Hal tersebut lantaran bila berkaca pada gelombang sebelumnya, peningkatan kasus biasa terjadi di awal tahun.
"Jadi untuk yang gelombang ini Indonesia jadi satu dari segelintir negara yang sudah berhasil melampaui gelombang BA.4, BA.5 dengan sangat baik. Sekarang ujiannya enam bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023," ujar Budi.
Jikalau Indonesia mampu melewati kembali gelombang baru yang mungkin akan datang nantinya dengan baik, maka menurut Budi, Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang bisa menangani pandemi COVID-19 dengan baik selama 12 bulan.
"Caranya gimana? Kita harus menjaga level imunitas masyarakat setinggi sekarang. Tantangannya kita vaksinasinya sudah turun dan tidak ada infeksi sekarang. Beda dengan kemarin Februari kita ada infeksi tinggi, itu kan memberikan perlindungan imunitas juga," kata Budi.
Advertisement