Liputan6.com, Jakarta Hari ini, Muhammad Hisham Abdul Karim, seorang pria berusia 34 tahun resmi dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun dan cambukan sebanyak 24 kali usai terbukti melakukan pelecehan seksual pada seorang anak berusia 11 tahun.
Tak hanya melakukan pelecehan seksual, Hisham juga terbukti telah memberikan anak yang bersangkutan narkoba sebelum kejadian berlangsung. Dirinya telah mengakui empat tuduhan pelecehan seksual pada anak di bawah umur, dengan 11 tuduhan lainnya yang masih dalam proses.
Baca Juga
Mengutip Channel News Asia pada Senin (5/9/2022), keterangan dalam pengadilan mengungkapkan bahwa Hisham melakukan tindakan keji tersebut pada Mei 2017 lalu. Kala itu, korban masih berusia 11 tahun.
Advertisement
Korban merupakan siswa sekolah dasar bila merujuk pada keterangan dan foto yang diunggah pada laman Instagramnya. Hisham mengaku berkenalan dengan korban lewat media sosial dengan mengirimkan permintaan pertemanan.
Saat berkenalan, Hisham memulai percakapan dengan korban. Hisham juga diketahui telah mengikuti beberapa teman sekolah korban di Instagram.
Menurut dokumen pengadilan, Hisham bertemu dengan korban di tangga sebuah gedung pada pertengahan November 2017. Di tangga tersebut, pelecehan seksual terjadi.
Hisham terbukti mencium dan melakukan hubungan intim dengan korban. Usai kejadian, korban dan Hisham diketahui masih bertemu. Pada pertemuan selanjutnya, Hisham menjemput korban dengan sepeda motor sebelum menuju tempat parkir terbuka di sekitar Woodlands, Singapore.
"Dia menyuruh gadis itu naik ke bagian belakang truk tertutup milik perusahaan tempat dia bekerja, sebelum kembali menghampirinya," ujar keterangan dalam sebuah laporan tertulis.
Diberikan Narkoba Sebelum Diperkosa
Pada saat kejadian, Hisham dan korban mengobrol di belakang truk. Hisham pun mengeluarkan salah satu jenis narkoba sambil memintanya untuk merokok.
"Dia (korban) melakukannya dan Hisham baru melakukan tindakan seks padanya sebelum mengantarnya pulang," tulis keterangan.
Lambat laun, hubungan antara Hisham dan korban memburuk. Mereka akhirnya berhenti berhubungan satu sama lain. Kejadian ini pun baru terungkap pada Februari 2020 lalu saat korban menghadiri sebuah sidang dengan pelaku.
Sebelumnya, pengadilan hanya mengetahui bahwa Hisham melakukan pelecehan seksual satu kali dengan hukuman penjara 10 bulan. Kini, pada Senin 5 September 2022, hukuman untuk Hisham secara resmi telah dijatuhkan dengan 20 tahun penjara dan 24 cambukan.
"Korban dalam kasus terakhir adalah orang yang rentan dan perbuatan tersebut jelas telah direncanakan dengan matang dan licik sebelumnya. Apalagi korban menjadi lebih tidak berdaya usai diberikan obat," ujar hakim, Mavis Chionh.
Mavis juga memastikan bahwa Hisham sepenuhnya mengetahui bahwa korban merupakan anak SD. Hal tersebut lantaran Hisham telah melakukan background check melalui Instagram sebelumnya.
Advertisement
Dampak Pelecehan Seksual pada Kehidupan Dewasa
Mengutip laman VerywellMind, dampak pelecehan seksual dapat meluas bahkan jangka panjang hingga dewasa. Umumnya, korban pelecehan seksual akan mengalami tingkat kesulitan yang tinggi usai kejadian.
Trauma dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, rasa bersalah, kecemasan, dan kesedihan. Terlebih, stigma yang terkait dengan kekerasan seksual dapat menyebabkan rasa malu atau malu bagi sebagian orang.
Korban pelecehan seksual juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
Korban pelecehan seksual dianjurkan untuk melakukan beberapa terapi. Seperti psikoterapi, mencari grup yang dapat memberikan dukungan, serta membantu diri sendiri dengan berbagai kegiatan.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan lewat menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat, rutin melakukan olahraga yang dapat memberikan ketenangan, dan journaling.Â
Cara Bantu Korban Pelecehan Seksual
Jika orang terdekat Anda telah menjadi korban pelecehan seksual, maka masih ada serangkaian hal yang bisa Anda lakukan. Berikut diantaranya.
- Mendengarkan: Biarkan korban merasa bahwa mereka dapat menceritakan apapun pada Anda. Namun penting untuk tidak memaksa korban untuk berbicara.
- Hindari menyalahkan: Hindari berfokus pada peristiwa tersebut atau menanyakan mengapa peristiwa terjadi. Korban seringkali berjuang untuk tidak dipercaya, dipermalukan, bahkan dipersalahkan atas kejadian tersebut.
- Jangan menekan: Bahkan jika Anda merasa orang yang Anda cintai harus mengambil tindakan tertentu, fokuslah untuk mendukung dan menghormati bagaimana mereka ingin menangani situasi tersebut.
- Tawarkan bantuan: Jika orang yang Anda cintai memang ingin berbicara dengan penyedia layanan kesehatan atau mencari bantuan dari profesional bantuan mental, carilah cara agar Anda dapat membantu.
Advertisement