Sukses

Bisa Sebabkan Kebutaan Mendadak, Glaukoma Lebih Sering Terjadi pada Wanita

Glaukoma merupakan kondisi yang menyebabkan kerusakan pada saraf mata akibat tingginya tekanan pada bola mata.

Liputan6.com, Jakarta Glaukoma merupakan kondisi yang menyebabkan kerusakan pada saraf mata akibat tingginya tekanan pada bola mata. Glaukoma mungkin masih asing untuk beberapa orang, namun sebenarnya glaukoma telah menjadi penyebab kebutaan permanen di seluruh dunia lho.

Dokter saraf di Departemen Oftalmologi dan Ilmu Visual di Rumah Sakit Khoo Teck Puat, Anoop Thomas mengungkapkan bahwa saraf optik umumnya akan menyampaikan pesan dari mata ke otak dan memungkinkan mata untuk melihat.

"Pada glaukoma, peningkatan tekanan di mata merusak saraf optik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara permanen," ujar Thomas mengutip Channel News Asia, Senin (5/9/2022).

Thomas mengungkapkan, glaukoma sendiri umumnya lebih sering terjadi pada wanita. Prevalensi glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia dan wanita diketahui memiliki harapan hidup yang lebih tinggi. Sehingga kemungkinan untuk terkena glaukoma menjadi lebih besar.

"Wanita juga umumnya memiliki mata yang lebih kecil daripada pria dan itu menempatkan kita pada peningkatan risiko untuk subtipe penyakit, yang disebut glaukoma sudut tertutup," Direktur Medis dan Konsultan Senior Dokter Mata di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Dr Chua Wei Han.

Selama ini, glaukoma telah menjadi silent killer. Menurut Thomas, sebagian besar kasus glaukoma berkembang dengan tenang hingga biasanya baru terdeteksi pada stadium yang sangat lanjut.

"Seseorang yang memiliki glaukoma dini tidak akan dapat mengamati perubahan dalam penglihatannya," kata Thomas.

Itulah mengapa glaukoma seringkali dianggap sebagai sesuatu yang mendadak pada pasiennya.

2 dari 4 halaman

Glaukoma Tahap Awal

Thomas mengungkapkan bahwa glaukoma pada tahap awal akan memengaruhi penglihatan tepi atau samping mata. Hal tersebut yang juga meyakinkan pasiennya bahwa mata mereka masih dalam kondisi baik-baik saja.

"Penglihatan sentral yang digunakan untuk membaca dan memang memegang tugas besar sehari-hari tidak terpengaruh pada tahap awal. Sampai akhirnya kondisi ini berlanjut dan memengaruhi penglihatan seluruhnya," ujar Thomas.

"Karena penglihatan sentral tidak terpengaruh pada tahap awal, sulit bagi pasien untuk merasakan bahwa ada yang salah dengan penglihatannya," tambahnya.

Berbeda halnya jika pasien didiagnosis dengan glaukoma sudut tertutup akut. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika tekanan mata meningkat dengan cepat. Alhasil, pasien akan merasakan efek lainnya yakni sakit kepala, mata merah dan penglihatan kabur.

Glaukoma sendiri terbagi dalam dua jenis utama. Thomas menjelaskan, pada glaukoma primer, sifanya genetik. Namun pada glaukoma sekunder, kondisi terjadi karena masalah lainnya pada mata dan tubuh. Seperti diabetes salah satunya. 

3 dari 4 halaman

Cara Diagnosis Glaukoma

Lebih lanjut, Chua mengungkapkan bahwa diagnosis glaukoma bisa dilakukan oleh dokter mata melalui pemeriksaan. Biasanya, dokter spesialis mata dapat menemukan bukti kerusakan saraf optik di otak.

"Tapi ingat, karena gejala glaukoma umumnya muncul kemudian hari dalam perjalanan penyakit, tidak memiliki gejala yang terlihat tidak berarti bahwa saraf optik benar-benar normal," kata CHua.

"Jadi, ketika penglihatan kabur sudah berkembang, kerusakan saraf optik biasanya sudah cukup parah," jelasnya.

Itulah mengapa pemeriksaan mata dianggap penting. Apalagi glaukoma merupakan salah satu penyakit genetik, yang mana modifikasi gaya hidup yang bermanfaat tidak terlalu membantu, menurut Thomas.

"Makan lebih baik, tidur lebih nyenyak atau berolahraga lebih banyak tidak akan mempengaruhi hasil penyakit bila memang dari genetik," ujar Thomas.

Thomas menambahkan, belum ada bukti yang kuat juga yang dapat mendorong bahwa mengonsumsi suplemen nutrisi dapat mencegah perkembangan glaukoma.

4 dari 4 halaman

Faktor Risiko Glaukoma

Seperti pada penjelasan di atas, glaukoma primer bersifat genetik. Maka itu, dapat diturunkan dari keluarga. Thomas menyarankan untuk rutin melakukan skrining terutama jika Anda berusia diatas 40 tahun.

Selain usia dan riwayat keluarga, Chua menambahkan faktor risiko lain. Berikut diantaranya.

  1. Ras: Orang Asia berisiko lebih tinggi terkena glaukoma sudut tertutup primer.
  2. Miopia tinggi: Risiko meningkat menjadi lima kali lipat bagi mereka dengan miopia antara 300 dan 600 derajat, dan 15 kali lebih tinggi bagi mereka dengan miopia di atas 600 derajat.
  3. Penggunaan steroid dalam waktu lama: Pada pasien tertentu, penggunaan obat tetes mata steroid yang sering dalam jangka waktu hanya satu hingga dua minggu dapat menyebabkan tekanan mata naik.
  4. Trauma mata atau operasi mata
  5. Kondisi medis seperti diabetes