Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin salah satu yang pernah mendengar bahwa terpeleset di kamar mandi bisa jadi penyebab kematian. Faktanya, kepleset khususnya di kamar mandi memang dapat menyebabkan seseorang meninggal dunia.
Pengingat soal kepleset di kamar mandi pun ikut tertuang dalam sebuah meme yang dibagikan di media sosial Twitter. Nampak foto seorang wanita yang tengah terpeleset dan disandingkan dengan foto peti jenazah.
Baca Juga
Meme yang diunggah pada Senin 12 September 2022 tersebut telah disukai oleh lebih dari 10 ribu pengguna Twitter. Banyak warganet yang ikut berkomentar dan membenarkan dan mempertanyakan hal tersebut.
Advertisement
"Ih bener, kenapa ya," tulis akun @_r***ky.
"Masi menjadi misteri," tulsi akun @ke***lo.
"Ini bisanya lansia yang udah beraktivitas berat atau olahraga trus langsung mandi biasanya kena stroke trus kepeleset dan kebentur," tulis akun @ke**al.
"Tapi ga ada hubungannya stroke sama mandi," tulis akun @ed***al.
"Tergantung bagian yang terbentur sih, kak. Aku waktu kepleset di kamar mandi, dadanya terbentur lantai keras banget, rasanya... Kek mau mati, dah gak bisa napas, cuma megap-megap sambil mendelik," tulis akun @jo***ja.
Lalu sebenarnya, apa sih yang membuat kepleset di kamar mandi bisa berujung pada kematian? Benarkah terpeleset dapat menjadi pemicu stroke?
Mengutip laman KlikDokter, sebenarnya tidak ada korelasi secara langsung antara kepleset di kamar mandi dan stroke. Hingga kini, hubungan keduanya dalam ranah medis belum ditemukan.
"Terpeleset di kamar mandi tidak memicu stroke. Namun, orang yang memiliki risiko jatuh yang tinggi juga seringkali memiliki faktor risiko stroke, contohnya pada orang dengan obesitas dan lansia," ujar dr Astrid Wulan Kusumoastuti.
Kepleset Memang Berbahaya
Astrid mengungkapkan bahwa kepleset di kamar mandi memang merupakan hal yang berbahaya. Namun tidak ada korelasi langsung dengan stroke.
"Terpeleset di kamar mandi memang dapat berbahaya, namun tidak memiliki hubungan secara langsung dengan stroke di kemudian hari. Jika Anda mengenal seseorang yang memiliki riwayat terjatuh dan mengalami keluhan tertentu setelahnya, segera periksakan ke dokter," kata Astrid.
Dalam pemaparannya, kondisi yang sering terjadi pada pasien stroke biasanya berkaitan dengan adanya serangan stroke ringan atau transient ischaemic attack (TIA).
TIA merupakan kondisi kurangnya aliran darah ke otak dalam waktu singkat, tanpa meninggalkan kerusakan yang bertahan lama.
Pada orang yang mengalami TIA biasanya akan merasakan kelemahan, mati rasa, atau kelumpuhan mendadak pada satu sisi anggota tubuh. Namun, biasanya keluhan tersebut akan membaik dalam waktu 24 jam.
Advertisement
Faktor Risiko Stroke
Menurut Astrid, bila seseorang mengalami gejala TIA lebih dari 24 jam, maka perlu untuk menelaah lebih lanjut terkait kondisi tersebut. Anda diharuskan untuk memeriksakan kondisi pada dokter segera jika gejalanya bertahan.
Pasien yang mengalami TIA juga disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup dan kesehatan tubuh. Hal tersebut lantaran orang yang mengalami TIA memiliki faktor risiko sangat tinggi untuk mengalami stroke.
Saat mengalami TIA, risiko seseorang untuk jatuh lebih besar lantaran anggota gerak tubuh mengalami kelemahan. Itulah mengapa serangan stroke seringkali dihubungkan dengan riwayat jatuh saat serangan TIA muncul, termasuk dalam kasus terpeleset di kamar mandi.
Faktor risiko stroke lainnya bisa disebabkan oleh adanya riwayat keluarga yang mengalami stroke, hipertensi, kolesterol, usia lanjut, penyakit gula, dan obesitas.
Beberapa kebiasaan seperti merokok dan gaya hidup tidak aktif juga dapat memicu terjadinya stroke.
Mengenal Jenis-Jenis Stroke
Stroke sendiri dapat terbagi menjadi berbagai jenis. Berdasarkan gangguan aliran darah, jenis stroke terbagi menjadi dua.
Kedua jenis stroke tersebut yaitu stroke akibat perdarahan (hemoragik) dan sumbatan (iskemik). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terganggu akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah.
Sumbatan tersebut dapat berupa plak, seperti yang banyak terjadi pada penderita kolesterol atau pembekuan darah.
Sedangkan pada stroke hemoragik, aliran darah terganggu akibat adanya pembuluh darah yang pecah, sehingga darah keluar ke jaringan otak.
Selain aliran darah yang terhambat, darah yang keluar ke jaringan otak juga akan membeku. Alhasil, kondisi tersebut dapat memperburuk kondisi stroke.
Advertisement