Sukses

Batuk Rejan, Infeksi yang Ditandai Batuk Parah dan Munculnya Suara Saat Tarik Napas

Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Umumnya, ini ditandai dengan batuk parah yang diikuti timbulnya suara di setiap tarikan napas.

Liputan6.com, Jakarta Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Umumnya, ini ditandai dengan batuk parah yang diikuti timbulnya suara di setiap tarikan napas.

Sebelum vaksin dikembangkan, batuk rejan dianggap sebagai penyakit anak-anak. Sekarang batuk rejan banyak pula menyerang anak-anak yang belum menyelesaikan vaksinasi lengkap karena masih terlalu muda. Batuk ini juga dapat terjadi pada remaja serta orang dewasa yang kekebalannya telah memudar.

Kematian yang terkait dengan batuk rejan jarang terjadi tetapi paling sering terjadi pada bayi. Itulah mengapa sangat penting bagi wanita hamil dan orang lain yang akan melakukan kontak dekat dengan bayi untuk divaksinasi batuk rejan.

Gejala batuk rejan timbul setelah tujuh hingga 10 hari terinfeksi, atau bahkan lebih lama. Biasanya, gejala awal cenderung ringan menyerupai flu biasa. Gejalanya termasuk pilek, hidung tersumbat, mata merah dan berair, demam, dan batuk.

Setelah satu atau dua minggu, tanda dan gejala akan memburuk. Lendir kental menumpuk di dalam saluran udara, menyebabkan batuk tak terkendali. Serangan batuk yang parah dan berkepanjangan dapat menyebabkan muntah, membuat wajah terlihat merah atau biru, kelelahan ekstrem. Tanda yang cukup khas adalah timbulnya suara bernada tinggi di setiap tarikan napas.

“Namun, banyak orang tidak mengalami timbulnya suara saat menarik napas. Terkadang, batuk yang terus-menerus adalah satu-satunya tanda bahwa seorang remaja atau orang dewasa menderita batuk rejan,” mengutip Mayo Clinic, Jumat (16/9/2022).

2 dari 4 halaman

Pada Bayi

Sedangkan pada bayi, gejalanya bisa saja tanpa batuk sama sekali. Namun, mereka bisa kesulitan bernapas atau mereka bahkan berhenti bernapas untuk sementara.

Bantuan dokter sangat diperlukan ketika batuk rejan menyebabkan:

- Muntah

- Wajah menjadi merah atau biru

- Tampak kesulitan bernapas atau terlihat jeda saat bernapas

- Napas bersuara.

Batuk rejan disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Bordetella pertussis. Ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, tetesan kecil yang mengandung kuman disemprotkan ke udara dan dihirup ke paru-paru siapa pun yang kebetulan berada di dekatnya.

Risiko batuk rejan meningkat ketika:

- Vaksin yang sempat diterima di masa kecil akhirnya habis.

- Bayi yang lebih muda dari usia 12 bulan tidak divaksinasi atau belum menerima set lengkap vaksin yang direkomendasikan. Kelompok ini memiliki risiko tertinggi untuk komplikasi parah dan kematian akibat batuk rejan.

Remaja dan orang dewasa umumnya sembuh dari batuk rejan tanpa masalah apapun. Ketika komplikasi terjadi, mereka cenderung menjadi efek samping dari batuk berat yang sebelumnya dialami.

3 dari 4 halaman

Komplikasi Batuk Rejan

Komplikasi yang bisa timbul akibat batuk terus-menerus saat mengalami batuk rejan di antaranya:

- Tulang rusuk memar atau retak

- Hernia perut

- Pecahnya pembuluh darah di kulit atau bagian putih mata.

Pada bayi, terutama mereka yang berusia di bawah 6 bulan, komplikasi dari batuk rejan bisa lebih parah termasuk:

- Radang paru-paru

- Perlambatan atau berhenti bernapas

- Dehidrasi atau penurunan berat badan karena kesulitan makan

- Kejang

- Kerusakan otak

Karena bayi dan balita paling berisiko mengalami komplikasi dari batuk rejan, mereka cenderung membutuhkan perawatan di rumah sakit. Komplikasi dapat mengancam jiwa untuk bayi di bawah 6 bulan.

Untuk itu, dibutuhkan langkah pencegahan agar bayi atau orang dewasa tak mengalami batuk rejan. Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah dengan vaksin pertusis.

Vaksin ini sering diberikan dokter dalam kombinasi dengan vaksin untuk melawan dua penyakit serius lainnya - difteri dan tetanus. Dokter menyarankan untuk memulai vaksinasi selama masa bayi.

Efek samping dari vaksin biasanya ringan dan dapat termasuk demam, rewel, sakit kepala, kelelahan atau nyeri di tempat suntikan.

4 dari 4 halaman

Diagnosis dan Penanganan

Mendiagnosis batuk rejan pada tahap awal bisa jadi sulit karena tanda dan gejalanya mirip dengan penyakit pernapasan umum lainnya, seperti pilek, flu, atau bronkitis.

Terkadang, dokter dapat mendiagnosis batuk rejan hanya dengan menanyakan gejala dan mendengarkan batuknya. Tes medis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Tes tersebut termasuk:

- Tes hidung atau tenggorokan. Dokter akan mengambil sampel usap atau hisap dari daerah di mana hidung dan tenggorokan bertemu (nasofaring). Sampel kemudian diperiksa untuk bukti adanya bakteri batuk rejan.

- Tes darah. Sampel darah dapat diambil dan dikirim ke laboratorium untuk memeriksa jumlah sel darah putih. Karena sel darah putih membantu tubuh melawan infeksi, seperti batuk rejan.

Jumlah sel darah putih yang tinggi biasanya menunjukkan adanya infeksi atau peradangan. Ini adalah tes umum dan tidak spesifik untuk batuk rejan.

- Rontgen dada. Dokter melakukan rontgen untuk memeriksa adanya peradangan atau cairan di paru-paru, yang dapat terjadi ketika pneumonia memperparah batuk rejan dan infeksi pernapasan lainnya.

Terkait perawatannya, bayi biasanya dirawat di rumah sakit karena batuk rejan lebih berbahaya untuk kelompok usia tersebut.

“Jika anak Anda tidak dapat menelan cairan atau makanan, cairan infus mungkin diperlukan. Anak Anda juga akan diisolasi dari orang lain untuk mencegah penyebaran infeksi.”

Perawatan untuk anak yang lebih besar dan orang dewasa biasanya dapat dilakukan di rumah.

Pemberian antibiotik dapat membunuh bakteri penyebab batuk rejan dan membantu mempercepat pemulihan. Anggota keluarga yang terpapar dapat diberikan antibiotik pencegahan.

“Sayangnya, tidak banyak yang tersedia untuk meredakan batuk. Obat batuk yang dijual bebas, misalnya, memiliki sedikit efek pada batuk rejan dan tidak dianjurkan.”