Sukses

Akhir Pandemi di Depan Mata, Tren COVID-19 RI 3 Bulan Ini Melandai

Tren situasi COVID-19 di Indonesia terlihat melandai dalam tiga bulan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kabar pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa akhir pandemi di depan mata, tren COVID-19 di Indonesia sudah melandai. Dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penurunan kasus konfirmasi positif, kasus aktif hingga perawatan pasien COVID-19.

Penurunan kasus COVID-19 nasional, menurut Juru Bicara Kemenkes Republik Indonesia Mohammad Syahril, terlihat jelas dalam tiga bulan terakhir, yakni Juli, Agustus, dan September 2022. Walaupun begitu, tetap ada kenaikan kasus selepas Lebaran 2022 meski tidak terjadi ledakan seperti tahun sebelumnya.

"Tren kasus konfirmasi dan kasus aktif nasional kita bisa bandingkan di awal tahun 2021 sampai dengan sekarang ini. Betul-betul tren kasus konfirmasi maupun kasus aktif nasional sudah melandai di bulan September ini ya," papar Syahril saat Press Conference: Perkembangan Kasus COVID-19, Hepatitis Akut dan Cacar Monyet yang disiarkan dari Gedung Kemenkes RI Jakarta, ditulis Senin (19/9/2022).

"Kalau kita lihat juga pada tahun 2020 ya terjadi lonjakan, pada saat itu di Idul Fitri dan Nataru (Natal dan Tahun Baru), data kasus aktif tahun 2021 terjadi ledakan. Alhamdulillah di bulan Juli, Agustus, September (tahun) ini sudah terjadi penurunan, sudah melandai juga kasus hariannya."

Berdasarkan Laporan Harian COVID-19 Kemenkes per 17 September 2022, terlihat penurunan kasus COVID dalam dua minggu terakhir. Penurunan kasus terjadi di sejumlah aspek, antara lain:

  • Kasus konfirmasi positif turun 3.815 menjadi 2.367
  • Kasus aktif turun dari dari 44.568 menjadi 30.525
  • Pasien dirawat turun dari 3.898 menjadi 3.341
  • Kapasitas tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) turun dari 6,10 persen menjadi 5,34 persen
  • Positivity rate turun dari 10,28 persen menjadi 8,00 persen
2 dari 4 halaman

Cakupan Vaksinasi Booster Sempat Naik

Meski situasi COVID-19 nasional kian melandai, Mohammad Syahril menekankan bahwa cakupan vaksinasi dosis 3 atau booster harus terus dikejar. Puncak tertinggi booster sempat terlihat sebelum Lebaran 2022, yang mana ada kebijakan booster sebagai syarat perjalanan mudik.

"Lebih jelas kita lihat, puncak booster terlihat pada awal Maret, April 2022 ya. Pada waktu itu, kasus kita lagi naik juga, lalu sebelum Lebaran ada kewajiban booster sebagai syarat perjalanan," tegasnya.

"Tetapi setelah Lebaran justru ada penurunan, sehingga capaian vaksinasi booster pertama ini masih landai. Tentu saja akan menjadi pemikiran kita bersama, vaksinasi booster pertama ini kita tingkatkan lagi untuk mencapai di atas 50 persen."

Data Vaksinasi COVID-19 Kemenkes per 19 September 2022 pukul 12.00 WIB, cakupan booster pertama di angka 26,68 persen (62,6 juta dosis suntik) dan vaksin dosis 4 atau booster kedua tenaga kesehatan (nakes) di angka 37,44 persen (594.874 dosis suntik).

Syahril yang juga Direktur Utama RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta mengingatkan masyarakat untuk segera vaksinasi booster bila sudah mendapatkan kesempatan. Terlebih, kadar antibodi setelah dibooster dapat meningkat sampai 6 kali lipat.

"Pada populasi yang diberikan booster ya di atas 18 tahun, kadar antibodi itu naik 4 sampai 6 kali lipat. Jadi, kita berharap semua masyarakat dibooster. Ini demi mendorong percepatan booster pertama sehingga kita mendapatkan antibodi yang lebih tinggi," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Laju Vaksinasi Turun Sejak Mei 2022

Pada konferensi pers beberapa waktu lalu, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito juga menyoroti laju vaksinasi COVID-19, khususnya bulan Agustus 2022 berkurang hampir 50 persen atau hanya sebesar 3,8 juta suntikan.

“Sayangnya, laju suntikan atau jumlah suntikan yang dilakukan setiap bulannya terus mengalami penurunan sejak bulan Mei 2022,"

"Jika dibandingkan pada bulan Mei lalu (tahun 2021), jumlah suntikan dalam satu bulan baik dosis satu, dua, dan tiga sempat mencapai lebih dari 7 juta suntikan. Sedangkan di bulan Agustus ini hanya sebesar 3,8 juta suntikan atau berkurang hampir 50 persennya,” papar Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (26/8/2022).

“Tidak lelah saya ingatkan bahwa vaksinasi dan protokol kesehatan harus terus kita tingkatkan sebagai dua kunci sukses hidup berdampingan dengan COVID-19."

Wiku meminta kepada seluruh pemerintah daerah melalui Gubernur dan Bupati atau Wali Kota untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi daerahnya dalam meningkatkan cakupan vaksinasi dosis 2 dan 3, serta melaporkannya pada pemerintah pusat.

“Selain itu, dimohon untuk juga kembali meningkatkan komunikasi edukasi dan informasi terkait pentingnya vaksinasi untuk warga masyarakat agar kesadaran untuk melakukan vaksinasi dosis 2 dan 3 kembali meningkat,” pesannya.

4 dari 4 halaman

Deteksi Virus Corona

Menilik cakupan vaksinasi COVID-19 yang masih harus dikejar, kabar lainnya, Indonesia juga terus meningkatkan kapasitas deteksi varian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Data Kemenkes RI per 17 September 2022, ada tiga provinsi dengan laporan jumlah sampel genom sekuensing varian Omicron terbanyak, yaitu di DKI Jakarta yang diperiksa mencapai 12.139 sampel.

Sampel varian Omicron di Jawa Barat yang diperiksa di angka 2.448 sampel dan 1.746 sampel dari Jawa Timur. Angka tersebut dihitung dari 2 Januari 2022 sampai sekarang.

Untuk jenis varian virus Corona di Indonesia, BA.5 menempati posisi teratas dengan jumlah 8.146 sampel yang diperiksa, BA.1.13.1 dengan 3.562 sampel, BA.1.1 dengan 2.081 sampel, BA.2 dengan 1.425 sampel, serta BA.2.3 dengan 1.276 sampel.