Sukses

Tak Semanis Rasanya, Ketahui Bahaya Gula Tambahan dalam Makanan dan Minuman

Rasa gula memang manis, sayangnya dampak konsumsi gula berlebihan dalam makanan dan minuman tak semanis kelihatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Gula merupakan salah satu contoh karbohidrat sederhana yang terdapat di berbagai macam makanan dan minuman. Dalam beberapa makanan dan minuman, gula juga merupakan zat aditif. Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, misalnya meningkatkan risiko obesitas, diabetes, masalah gigi berlubang, dan masih banyak lagi.

Dalam makanan dan minuman, terdapat dua jenis gula: gula alami dan gula tambahan. Gula alami biasanya terkandung dalam berbagai makanan bernutrisi, misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran.

Rata-rata buah mengandung sekitar 15 gram gula alami dalam bentuk fruktosa, menurut Mayo Clinic. Kandungan gula dalam makanan ini membuatnya terasa manis saat dimakan.

Tak hanya manis, asupan buah dan sayur yang tinggi dapat menurunkan risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan beberapa kanker. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyertakan buah dan sayur yang kaya manfaat dalam menu makanan kita tiap harinya.

Selain gula alami, ternyata ada pula yang disebut gula tambahan, yaitu gula atau sirup jenis apapun yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman selama proses produksi maupun memasak. Misalnya, gula pasir yang ditambahkan ke dalam teh atau kopi. Jenis gula ini mengandung kalori tambahan yang dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan.

Berbeda dengan gula alami, makanan dan minuman dengan gula tambahan tidak memberi manfaat bagi tubuh. Selain itu, mereka juga merupakan sumber energi yang buruk sebab tubuh mencerna gula tambahan dengan sangat cepat. Hal ini menyebabkan konsumsi gula tambahan berbahaya bagi tubuh.

2 dari 4 halaman

Akibat Konsumsi Terlalu Banyak Gula Bagi Tubuh

1. Gigi Berlubang

Gula memberi makan bakteri yang hidup di dalam mulut. Saat bakteri mencerna gula, mereka akan memproduksi asam. Ludah yang bercampur dengan asam dapat menyebabkan plak gigi. Plak inilah yang menyebabkan gigi berlubang.

2. Jerawat

Sebuah studi pada 2018 oleh mahasiswa di China menunjukkan bahwa mereka yang meminum minuman manis 7 kali atau lebih perminggunya akan memicu peningkatan insulin yang dapat menyebabkan jerawat. Selain itu, sebuah studi pada 2019 menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi gula dapat menurunkan faktor pertumbuhan mirip insulin, androgen dan sebum yang menyebabkan jerawat.

3. Kenaikan Berat Badan dan Obesitas

Gula dapat mempengaruhi hormon dalam tubuh yang mengontrol berat badan seseorang. Hormon leptin ialah hormon yang memberi sinyal ke otak bahwa seseorang telah cukup makan. Meskipun demikian, makanan tinggi gula dapat menyebabkan resistensi leptin (hormon yang berasal dari sel lemak tubuh).

Ini berarti, seiring berjalannya waktu, makanan tinggi gula mencegah otak mengetahui kapan seseorang sudah cukup makan. Meskipun demikian, para peneliti belum mengetes hal ini pada manusia.

3 dari 4 halaman

Dampak Terhadap Jantung

Selain masalah kesehatan di atas, gula juga mengundang bahaya bagi jantung. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada 2014 di JAMA Internal Medicine, Dr. Hu dan koleganya menemukan hubungan antara makanan tinggi gula dan meningkatnya risiko kematian karena penyakit jantung.

Dalam studi yang dilakukan selama 15 tahun, orang-orang yang memperoleh 17 persen hingga 21 persen kalorinya dari gula tambahan memiliki 38 persenrisiko lebih tinggi meninggal karena penyakit jantung dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi gula tambahan sebanyak 8 persen.

“Pada dasarnya, semakin tinggi asupan gula tambahan, semakin tinggi risiko terkena penyakit jantung,” ucap Dr. Hu.

Meski tidak diketahui sepenuhnya bagaimana gula dapat mempengaruhi kesehatan jantung, terdapat beberapa hubungan tak langsung misalnya konsumsi gula yang tinggi dapat membebani hati.

“Hati Anda memproses gula sama seperti alkohol dan mengubah karbohidrat menjadi lemak,” ucap Dr. Hu. Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat menyebabkan lemak menumpuk yang berujung pada penyakit hati berlemak atau fatty liver, penyebab diabetes yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan dapat meningkatkan tekanan darah dan inflamasi kronis, yang keduanya merupakan penyebab penyakit jantung. Konsumsi gula berlebih, terutama dalam minuman yang mengandung gula juga dapat meningkatkan risiko obesitas dengan cara menipu diri kita dengan membuat nafsu makan kita tidak terkontrol sebab kalori yang berasal dari minuman tidak begitu mengenyangkan jika dibandingkan dengan makanan padat. Inilah mengapa banyak orang dapat mengonsumsi lebih banyak kalori ketika meminum minuman manis.

“Dampak yang dihasilkan dari konsumsi gula tambahan — tekanan darah tinggi, inflamasi, kenaikan berat badan, diabetes, dan penyakit hati berlemak — dapat meningkatkan potensi serangan jantung dan stroke,” jelas Dr. Hu.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Mengurangi Konsumsi Gula?

Seperti yang telah disebutkan di atas, berbagai masalah kesehatan dapat timbul apabila anda mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan. Oleh karena itu, terdapat batasan konsumsi gula tambahan dalam sehari seperti yang dianjurkan oleh Asosiasi Jantung Amerika (AHA). Batasan gula harian yaitu maksimal 6 sendok teh atau 100 kalori untuk perempuan dan maksimal 9 sendok teh atau 150 kalori untuk laki-laki.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi jumlah gula tambahan yang dikonsumsi, yaitu:

1. Mengecek total gula yang tertera pada informasi nilai gizi suatu produk.

2. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula tambahan.

3. Mengurangi konsumsi makanan olahan.

Soda dan sereal merupakan contoh produk makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan. Menghindari makanan dan minuman ini dan menggantinya dengan alternatif lain yang tidak mengandung gula tambahan dapat membantu seseorang mengurangi asupan gula hariannya, misalnya dengan mengganti soda dengan air putih, susu, atau teh herbal. Selain itu, sereal manis juga dapat diganti dengan sereal rendah gula, oatmeal, atau telur.

 

(Adelina Wahyu Martanti)