Sukses

Korban Berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan Arema, Akibat Sumbatan Jalan Napas?

Kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan Arema, Malang menelan 133 korban jiwa hingga 4 Oktober 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan Arema, Malang menelan 133 korban jiwa hingga 4 Oktober 2022.

Mengenai tragedi Arema ini, dokter bedah tulang, Asa Ibrahim turut angkat bicara soal penyebab meninggalnya para korban.

Menurutnya, pemukulan tidak akan membuat ratusan orang meninggal. Namun, berdesakan, sesak napas, kekurangan oksigen lah yang membuat banyak orang meninggal.

“Berdesakan akan menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang bisa kita hirup. Kondisi kekurangan oksigen/hypoxia akan menyebabkan penurunan kesadaran akibat suplai oksigen ke otak menurun. Orang kemudian pingsan, jatuh, trus terinjak-injak, semakin parah kondisinya, sampai dengan meninggal,” kata Asa dalam utas di Twitter pribadinya, dikutip Rabu (5/10/2022).

Ia menambahkan, kondisi kekurangan oksigen pada otak atau cerebral hypoxia bisa menyebabkan penurunan kesadaran hanya dalam kurun waktu di bawah satu atau dua menit.

“Katakanlah belum pingsan, paling tidak badan sangat lemas yang membuat semakin tidak bisa mempertahankan diri dari desakan, semakin kurang oksigen, sampai dengan meninggal.”

“Sehingga dalam suatu tindakan pertolongan yang dilakukan dokter dalam kondisi apapun, (setelah kondisi aman) yang dilakukan adalah menolong jalan napas pasien. Kenapa? Simpel, karena itu yang paling cepat menyebabkan kematian,” jelas Asa.

Asa menggarisbawahi, kondisi yang paling cepat menyebabkan kematian bukan lah usus terburai, tangan atau kaki terlepas dari badan, atau wajah cedera berat. Melainkan sumbatan jalan napas.

 

2 dari 4 halaman

Akibat Jalan Napas Tertutup

Korban dengan kondisi-kondisi yang disebutkan di atas biasanya adalah korban kecelakaan lalu lintas. Korban-korban ini belum tentu cepat meninggal walau kondisinya terlihat parah.

“Yang pasti akan cepat meninggal adalah kalau orang ini tersungkur posisi telungkup, pingsan, lidah menutup jalan napas, dan tidak tertolong.”

Jadi, saat orang mengalami penurunan kesadaran atau pingsan, kematian paling cepat dan sering terjadi adalah karena lidah menutup ke belakang. Menutup jalan napas yang mengakibatkan pasien tidak bisa bernapas dan bisa meninggal dalam beberapa menit.

“Nah fokus kita adalah membuka sumbatan jalan napas ini.”

Untuk pertolongannya, Asa menjelaskan bahwa langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menghampiri korban.

“Ingat keselamatan penolong nomor satu, harus hati-hati apalagi kalau korban di tengah jalan.”

Setelah menghampiri korban, coba panggil korban. Jika pingsan dan tidak ada respons, lakukan penanganan.

“Ingat, orang yang bisa bicara jelas, teriak-teriak kesakitan, atau ngomong. Berarti jalan napasnya aman.”

3 dari 4 halaman

Tanda Jalan Napas Tidak Aman

Jalan napas kemungkinan tidak aman jika:

- Korban tidak merespons

- Tidak sadar, tidak keluar suara

- Keluar suara seperti orang mendengkur

- Tidak ada gerakan dada

Jika pasien tidak sadar, ada suara mendengkur atau tidak ada suara napas sama sekali (tidak ada gerakan dada). Lakukan teknik untuk membuka jalan napas.

Salah satu teknik membuka jalan napas adalah teknik chin lift.  Jadi penolong menarik dagu korban ke atas.

Manuver lain yang bisa dilakukan adalah manuver jaw thrust, tapi biasanya agak sulit/perlu pelatihan untuk dilakukan. Namun, manuver ini lebih aman sebenarnya, apalagi kalo ada kecurigaan cedera tulang leher.

“Nah tindakan simpel untuk membuka jalan napas gini bisa banget menentukan korban kecelakaan itu hidup atau meninggal. Karena kehabisan oksigen itu hitungannya menit udah bikin meninggal, sementara perdarahan atau yang nampak serem itu bisa jadi bikin meninggal, tapi lebih lama.”

4 dari 4 halaman

Menghindar Sebisa Mungkin

Maka dari itu, Asa mengimbau masyarakat agar menghindar sebisa mungkin ke tempat luas ketika terjadi desak-desakan karena risikonya bisa fatal.

“Pesan untuk teman-teman semua, jika pada suatu kondisi genting teman-teman melihat kerumunan massa yang sangat banyak atau berdesakan, sebisa mungkin harus cari ruang atau menyingkir jika memungkinkan.”

Sebelumnya, menurut seorang saksi yang berhasil selamat, pertandingan awalnya berjalan aman hingga di penghujung pertandingan terjadilah kericuhan.

Ini diawali dengan seorang suporter Arema yang masuk ke lapangan untuk meluapkan kekesalan.

Aksi ini diikuti suporter lain yang kemudian dihadang oleh aparat dan terjadilah tindak kekerasan. Tak disangka, suporter lain pun ikut turun ke lapangan. Gas air mata pun ditembakkan untuk menghentikan para suporter.

Namun, hal ini membuat mereka panik dan membuat suasana semakin ricuh. Tak sedikit yang terinjak dan kesulitan bernapas saat berusaha melarikan diri ke luar stadion.

Innalilahi wa innailaihi rojiun, semoga semua yang meninggal diterima di sisi-Nya dan semoga kejadian ini jadi pembelajaran kita semua ke depannya,” pungkas Asa.