Sukses

Tragedi Kanjuruhan Arema Bikin Tak Mau Injakkan Kaki ke Stadion, Psikolog: Bisa Dipahami

Apa yang harus dilakukan bila trauma masuk stadion karena tragedi Kanjuruhan Arema

Liputan6.com, Jakarta Berada ratusan kilometer dari Stadion Kanjuruhan, Malang dan tidak menonton lansung pertandingan Arema vs Persebaya pada 1 Oktober 2022, tapi kejadian kelam itu membuat Riya (32) berkeputusan tidak akan menonton sepak bola di stadion lagi.

Keinginannya untuk mengajak sang buah hati yang berusia tiga tahun mengenalkan sepak bola dengan menonton langsung di stadion ia pendam sejak tragedi Kanjuruhan Arema.

Ia juga sudah meminta suaminya yang merupakan suporter salah satu klub di Yogyakarta untuk tidak lagi menonton di stadion. Riya khawatir muncul kejadian kelam seperti di Stadion Kanjuruhan, Sabtu, 1 Oktober 2022.

"Aku lihat video kejadian di Malang bikin aku takut banget untuk nonton bola di stadion. Aku takut, kalau misalnya menonton bisa terjadi hal yang sama," ujar Riya.

Menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim apa yang dialami Riya dan sebagian orang yang merasakan hal serupa amat bisa dipahami.

"Bisa dipahami. Ini adalah sebuah tragedi besar. Bukan hanya sekadar di Kanjuruhan. Ini tragedi nasional bahkan persepakbolaan internasional," kata Ratih lewat pesan tertulis kepada Health Liputan6.com pada Rabu (5/10/2022).

 

2 dari 4 halaman

Tragedi Kanjuruhan Arema Timbulkan Efek Trauma

Ratih menuturkan bahwa membaca berita soal tragedi Kanjuruhan yang menimbulkan 131 kematian bisa menimbulkan efek trauma. Apalagi yang menonton di media layar. Efek trauma makin terasa bagi orang-orang yang makin dekat dengan peristiwa itu. Terlebih mereka yang ada dalam peristiwa itu.

Seiring berjalannya waktu, Ratih berharap efek trauma yang dirasakan bisa memudar. Juga kejadian kemarin bisa menjadi titik tolak pengamanan pertandingan sepak bola yang lebih baik lagi.

"Setelah efek trauma menghilang, harapan saya stadion-stadion serta pengamanannya dioptimalkan, apalagi orang yagn akan kembali datang ke stadion untuk menonton langsung pertandingan sepak bola," kata wanita yang merupakan CEO Personal Growth-Counseling & Development Center ini lewat pesan teks.

Bila memang masih ada kekhawatiran menonton sepak bola di stadion, menyaksikan pertandingan bareng-bareng (nobar) dari rumah juga bisa seru.

"Yang penting, mudah-mudahan kecintaan terhadap olahraga termasuk sepak bola tetap besar," kata Ratih.

 

3 dari 4 halaman

131 Orang Meninggal

Korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya menjadi 131 orang meninggal dunia per 5 Oktober 2022 pagi. Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy mengumumkan ada 125 orang meninggal.

Angka jumlah korban tragedi maut di Stadion Kanjuruhan tersebut bersumber dari Dinas Kesehatan kabupaten Malang, Jawa Timur dan telah dikonfirmasi kepada Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto.

Data korban jiwa berasal dari sejumlah rumah sakit (RS) yang menangani korban, di antaranya RS Wafa Husada, RSB Hasta Brata Batu, RSUD Kanjuruhan, RSUD Dr. Saiful Anwar, dan RS Teja Husada Kepanjen.

Kemudian data korban juga berasal dari pencatatan di RS Ben Mari Pakisaji, RS Hasta Husada, RSI Gondang Legi, RS Salsabila, RST Soepraon serta informasi dari keluarga korban.

Dari 131 korban tragedi Kanjuruhan Malang meninggal tersebut, terdiri dari 90 laki-laki dan 41 perempuan. Kebanyakan korban remaja dan muda, yakni rentang usia 12 - 24 tahun. Sementara itu, ada satu korban meninggal masih balita yang berusia 4 tahun.

 

4 dari 4 halaman

Kebanyakan Korban Meninggal Usia 12-24

Dari 131 korban tragedi Kanjuruhan Malang meninggal tersebut, terdiri dari 90 laki-laki dan 41 perempuan. Kebanyakan korban remaja dan muda, yakni rentang usia 12 - 24 tahun. Sementara itu, ada satu korban meninggal masih balita yang berusia 4 tahun.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo, Rabu (5/10/2022) memastikan jumlah korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan Malang sebanyak 131 orang. Jumlah itu juga diperoleh setelah dilakukan verifikasi dan pengecekan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Tim Disaster Victim Investigation (DVI), dan Direktur Rumah Sakit setempat.

"Jadi data korban meninggal 131 orang," kata Dedi pada Rabu, 5 Oktober 2022.

Dedi juga menjelaskan, terjadi selisih data korban meninggal karena Tim DVI bersama Dinas Kesehatan awalnya mendata korban yang dibawa ke rumah sakit saja. Setelah dilakukan pencocokan data, diketahui ada 12 korban meninggal tidak di fasilitas kesehatan (faskes).

"Non faskes penyebab selisihnya setelah semalam dilakukan pencocokan data bersama Dinas Kesehatan, Tim DVI, dan Direktur Rumah Sakit," lanjut Dedi, dikutip dari Regional Liputan6.com.