Sukses

Jokowi Minta Menkes Budi Konsultasi ke Dirjen WHO Soal Status Pandemi COVID-19

Menkes Budi Gunadi Sadikin diminta konsultasi ke Dirjen WHO soal status pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin untuk berkonsultasi dengan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus terkait status pandemi COVID-19 di Indonesia. Terlebih sekarang, kasus COVID-19 Indonesia secara umum semakin menurun.

“Pak Presiden meminta saya konsultasi dengan Dirjen WHO. Dirjen WHO bilang, kalau ada kebijakan-kebijakan lokal mengenai pengurangan pengetatan dari protokol kesehatan bisa dilakukan,” kata Budi Gunadi usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta baru-baru ini.

Berdasarkan Laporan Harian COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 3 Oktober 2022, kasus konfirmasi, pasien rawat inap, dan kapasitas tempat tidur pasien (Bed Occupancy Ratio/BOR) nasional menurun dalam dua minggu terakhir. Rinciannya, antara lain:

  • Kasus konfirmasi pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan, dari 2.298 menjadi 1.692
  • Kasus aktif pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan, dari 28.763 menjadi 17.962
  • Rata-rata angka kematian pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan 2,46 persen
  • Pasien dirawat pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan, dari 3.340 menjadi 2.962
  • BOR pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan, dari 5,35 persen menjadi 4,84 persen
  • Positivity rate pada 2 minggu terakhir ini mengalami penurunan, dari 7,51 persen menjadi 5,96 persen

Dalam laporan COVID-19 di Indonesia per 3 Oktober 2022 juga menganalisis unggahan atau kicauan di media sosial soal topik protokol kesehatan. Bahwa masyarakat dalam membicarakan 'Protokol Kesehatan' tidak mengalami perubahan, yaitu tetap pada penilaian positif (data 20 September 2022 sebanyak 85,8 persen dan data 3 Oktober 2022 sebanyak 91,1 persen).

2 dari 4 halaman

Pandemi COVID-19 Mulai Mereda

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Pemerintah akan segera menyatakan pandemi COVID-19 di Indonesia berakhir. Menurutnya, jumlah kasus COVID-19 di Tanah Air sudah mulai menurun.

"Pandemi memang sudah mulai mereda. Mungkin sebentar lagi juga akan kita nyatakan pandemi sudah berakhir," katanya saat menyampaikan sambutan di Peluncuran Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas di Jakarta, Senin (3/10/2022).

Kendati begitu, pemulihan ekonomi pasca pandemi belum kembali pada kondisi yang normal. Bahkan Jokowi menyebut kondisi ekonomi justru semakin tidak baik.

"Karena selain pandemi, ditambah lagi karena adanya perang di Ukraina," lanjut Jokowi.

Di sisi lain, Jokowi menyampaikan perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan dunia berhadapan dengan krisis pangan, krisis energi, dan krisis finansial. Namun, ia bersyukur ekonomi Indonesia di kuartal II 2022 mampu tumbuh 5,44 persen.

Jokowi meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5,44 persen pada kuartal III 2022. Untuk mencapainya, semua masyarakat harus bersinergi dan kompak.

"Kuncinya, kita semua harus kompak. Kita semuanya harus bersinergi, kita semuanya harus memiliki perasaan yang sama. Karena yang kita hadapi adalah sebuah tantangan yang tidak mudah. Kompak," tutur Jokowi.

3 dari 4 halaman

Situasi COVID-19 Relatif Terkendali

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama memaparkan soal situasi pandemi COVID-19 di Indonesia. Ada beberapa hal yang harus diketahui terkait menuju akhir pandemi.

"Pertama, kata 'pan' artinya adalah semua atau banyak, jadi pandemi artinya wabah di semua atau banyak negara. Karena itu, pernyataan pandemi bermula dan dan berakhir dilakukan oleh Badan Dunia, dalam hal ini WHO karena ini menyangkut semua atau banyak negara," paparnya dalam pesan singkat kepada Health Liputan6.com, Selasa (4/10/2022).

"Kedua, memang sejak 14 September 2022 DirJen WHO sudah mengatakan bahwa akhir pandemi sudah di depan mata. Ini karena situasi COVID-19 di hampir semua negara di dunia memang saat ini relatif sudah terkendali, baik kasus maupun kematiannya, dan cakupan vaksinasi berbagai negara di dunia sudah makin baik."

Ketiga, Tjandra Yoga menegaskan, tidak ada kriteria pasti untuk menyatakan pandemi berakhir. Akan tetapi, dapat dilihat dari setidaknya lima hal antara lain:

  1. jumlah kasus rendah
  2. kematian rendah
  3. rendahnya kasus dan kematian ini angkanya stabil dan tidak berfluktuasi
  4. cakupan vaksinasi dan kekebalan masyarakat memadai
  5. aspek pelayanan kesehatan yang dapat mentoleransi kasus yang ada
4 dari 4 halaman

Setiap Negara Bisa Nyatakan 'COVID-19' Terkendali

Keempat, Tjandra Yoga Aditama menambahkan, walaupun pernyatan pandemi COVID-19 berakhir akan dikeluarkan oleh WHO, tetapi masing-masing negara dapat saja menyatakan bahwa 'di negaranya situasi COVID-19 sudah teratasi baik.'

"Ini adalah hak negara masing-masing untuk menyatakannya bila situasi di negara -- termasuk kita di Indonesia -- memang diyakini sudah terkendali," tambahnya.

Kelima, kalau negara menyatakan situasi COVID-19 nya sudah terkendali, maka protokol kesehatan dapat dilonggarkan. Hanya saja, akan baik kalau kebiasaan hidup sehat yang sudah biasa kita jalani seperti cuci tangan, periksa kalau ada keluhan sakit apapun, mencegah penularan penyakit apapun dan lainnya.

"Ini akan tetap kita jaga, walaupun pandemi COVID-19 sudah selesai nantinya," ucap Tjandra Yoga yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

Keenam, sejak sekarang akan baik kalau Pemerintah membuat berbagai program nasional yang terimplentasi dengan baik untuk antisipasi kalau ada wabah dan atau pandemi lain di waktu mendatang.

Ketujuh, pengalaman pandemi COVID-19 mengajari kita bagaimana pentingnya kesehatan.

"Marilah kita memberi prioritas tinggi bagi upaya menjaga kesehatan kita, kesehatan keluarga, kesehatan masyarakat dan kesehatan bangsa. COVID-19 memberi pesan amat penting bagi kita, health is not everything, but without health everything is nothing (kesehatan bukanlah segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya bukanlah apa-apa)," tutup Tjandra Yoga.