Sukses

Scan Otak Bisa Prediksi Hubungan Pasangan Bakal Awet Atau Tidak

Scan otak ternyata bisa memprediksi hubungan pasangan yang baru menjalin asmara bakal bertahan lama atau tidak. Cara ini ditemukan para ilmuwan Universitas Stony Brook di Long Island, yang melakukan penelitian.

Scan otak ternyata bisa memprediksi hubungan pasangan yang baru menjalin asmara bakal bertahan lama atau tidak. Cara ini ditemukan para ilmuwan Universitas Stony Brook di Long Island, yang melakukan penelitian.

Para ilmuwan itu melihat pola dalam aktivitas di otak para responden yang baru jatuh cinta. Dan dari otak itu, bisa diprediksi apakah pasangan itu bisa bersama-sama dalam tiga tahun kemudian.

Temuan menunjukkan, jika relawan meyakini dirinya penuh gairah cinta saat otaknya discan, ilmuwan bisa mendeteksi aktivitas di otaknya dengan memeriksa neuron apakah perasaan itu cukup kuat untuk hubungan yang terakhir.

Seperti dikutip Dailymail, Senin (11/2/2013), responden ditunjukkan foto-foto pasangannya dan diminta untuk memikirkan ingatannya saat otak dipindai.

Ketika otak relawan itu menunjukkan banyak aktivitas di daerah ekor caudate, yang bereaksi dengan emosional dan keindahan visual, tapi sedikit pada medial korteks orbitofrontal (daerah yang terkait dengan kritik dan penilaian). Jika kondisinya seperti itu maka hubungan pasangan cenderung bertahan.

Anehnya, pusat-pusat kesenangan otak kurang aktif pada otak pasangan yang tinggal bersama-sama. Para ilmuwan mengatakan, aktivitas berkurang di daerah ini yang berhubungan dengan kecanduan dan mencari penghargaan, yang dikaitkan dengan rasa kenyang dan kepuasan.

Dari 12 peserta yang ikut dalam penelitian, setengahnya tetap pada pasangannya pada akhir periode ke tiga tahun.

Profesor Arthur Aron, seorang psikolog sosial di Universitas Stony Brook di Long Island, New York, mengatakan, semua peserta yang terlibat dalam penelitian sangat intens dalam menjalin hubungan asmara dengan pasangannya dan ini tercermin dari hasil scan otaknya. "Namun, ada beberapa indikator yang halus menunjukkan seberapa stabil perasaan para pasangan," ujarnya.

Aron mengatakan, penelitian itu bisa memiliki implikasi praktis dalam membantu orang yang memiliki masalah hubungan.

Xiaomeng Xu, Penulis Utama Penelitian di Brown University di Rhode Island, mengatakan, faktor yang hadir di tahap awal dari percintaan yang romantis berperan utama dalam pengembangan dan umur panjang dari hubungan.

"Data kami memberikan bukti awal bahwa respons sarap pada tahap awal dari cinta yang romantis bisa memprediksi stabilitas hubungan dan kualitas hingga 40 bulan kemudian," jelasnya.

"Daerah otak yang terlibat menunjukkan bahwa fungsi dihargai mungkin memprediksi stabilitas hubungan," tambahnya.(Mel/Igw)
    Video Terkini