Sukses

Gunakan Pasta Gigi untuk Redam Efek Gas Air Mata Tidak Efektif

Pasta gigi atau odol seringkali digunakan saat berhadapan dengan gas air mata. Banyak orang percaya itu bisa meredakan efek gas air mata.

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin tak asing melihat orang menggunakan pasta gigi atau odol di sekitar mata saat terkena gas air mata. Harapannya, odol bisa membantu meredakan efek yang ditimbulkan dari gas air mata.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (PERDAMI), M Sidik mengungkapkan bahwa odol tidak bisa digunakan untuk meredakan efek gas air mata. Efek perih yang ditimbulkan oleh gas air mata tetap akan terasa.

"Pada dasarnya itu pendapat yang kurang betul. Sama saja, tetap saja perih. Kalau kita lihat semua yang bekerja dengan gas air mata itu umumnya menggunakan masker gas yang bisa menyaring gas untuk mata dan hidung," ujar Sidik dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia 2022 ditulis Kamis, (6/10/2022).

"Sebetulnya hanya itu (masker gas). Ada juga yang bilang bisa menggunakan kain basah, itu bisa mungkin sementara," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Eva Susanti. Menurutnya, efek gas air mata bisa diredam lewat beberapa cara.

"Pertama kita harus pergi ke tempat yang lebih segar untuk pertolongan pertama. Kemudian melepas semua pakaian yang terpapar dan menghindari penggunaan handuk bersama, karena ini dapat menambah reaksi pada kulit," ujar Eva.

Selain itu hal penting lainnya yang perlu dilakukan menurut Eva adalah melepaskan lensa kontak jika memang sedang menggunakan. Hal tersebut lantaran partikel gas air mata dapat menempel pada lensa kontak yang digunakan.

2 dari 4 halaman

Lebih Baik Dibersihkan dengan Air daripada Odol

Lebih lanjut Eva mengungkapkan bahwa menghilangkan efek gas air mata juga bisa dilakukan dengan membilas area mata dengan air dibandingkan dengan menggunakan odol.

"Juga, menghilangkan zat kimia itu sebanyak mungkin. Pertama, memang membilasnya dengan air walaupun mungkin agak sedikit nyeri. Tapi pilihan air itu lebih baik dibandingkan dengan odol," kata Eva.

"Yang terpenting juga mandi dengan menggosok seluruh tubuh dengan sabun dan air. Sehingga partikel-partikel itu bisa terlepas."

Sidik mengungkapkan bahwa memang gas air mata sendiri berisi dari macam-macam gas, yang mana semuanya dapat menyebabkan iritasi pada mata. Terlebih, meskipun dapat dicuci dan penglihatan bisa kembali, iritasi yang ditimbulkan tidaklah sederhana.

"Iritasi. Artinya, kalau dicuci insya allah dia akan kembali. Biasanya tidak akan menimbulkan akibat yang permanen. Tapi iritasinya itu bukan main. Namanya juga gas air mata, untuk mengeluarkan air mata sehingga orang kesulitan melihat," ujar Sidik.

3 dari 4 halaman

Gas Air Mata Bisa Bikin Sesak Napas

Selain itu, Sidik menjelaskan, gas air mata pun memiliki efek lainnya yang lebih dari sekadar kesulitan melihat. Gas air mata dapat menimbulkan efek pada paru-paru, hidung, dan tenggorokan seseorang.

"Efeknya membuat sesak napas. Jadi banyak hal sebetulnya yang bisa diakibatkan oleh gas air mata meskipun pada awalnya ditujukan supaya orang tidak bisa melihat lagi karena perih," kata Sidik.

"Pada dasarnya efek tersebut bisa hilang dengan dicuci. Cuma memang pada saat tersebut bisa terjadi pembengkakan pada daerah selaput-selaput kornea yang sangat tidak nyaman. Kalau kita lihat orang-orang yang terkena gas air mata ini panik, merasa sesak dan tidak bisa melihat matanya karena perih."

Sidik menambahkan, gas air mata juga bisa memicu kepanikan pada orang yang terkena. Alhasil, sesak napas yang bercampur panik ditambah kesulitan melihat tersebutlah yang bisa membuat efek gas air mata jadi berisiko.

"Kalau kita lihat orang-orang yang terkena gas air mata ini panik, merasa sesak dan tidak bisa melihat matanya karena perih," ujar Sidik.

4 dari 4 halaman

Butuh Kebijakan Khusus untuk Mengatur Gas Air Mata

Gas air mata menjadi sorotan dalam Tragedi Kanjuruhan yang baru terjadi. Hal tersebut lantaran gas air mata dianggap sebagai biang kerok dari tewasnya 130 orang di stadion usai pertandingan Arema dan Persebaya Surabaya.

Merespons hal tersebut, Eva selaku perwakilan dari Kemenkes RI pun mengungkapkan bahwa seharusnya ada kerja sama lintas sektor untuk mengatur persoalan gas air mata.

"Kebijakan kita terkait penggunaan gas air mata mungkin dalam arti yang penting itu harusnya ada kerja sama lintas sektor. Apakah memang itu sangat penting digunakan? Nah ini yang harus diingat," ujar Eva.

Menurut Eva, gas air mata seharusnya tidak digunakan dalam jumlah banyak, terutama jika tidak terlalu penting. Hal tersebut lantaran gas air mata bisa menimbulkan banyak risiko bila ditembakkan terlalu banyak.

"Jadi seharusnya memang dalam arti penggunaannya ini harusnya ada kerja sama yang lebih baik. Jadi ada indikasi penggunaannya," kata Eva.