Sukses

Konflik Berlarut-larut dengan Pasangan Picu Trauma hingga Depresi

Konflik dalam hubungan tidak bisa terhindarkan. Bila tidak mampu diatasi, konflik berlarut dengan pasangan merupakan salah satu faktor yang bisa memicu gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, hingga depresi.

Liputan6.com, Jakarta Hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan bisa menyebabkan gangguan kejiwaan. Seperti disampaikan psikolog Marina Nurrahmani mengatakan bahwa konflik berlarut dengan pasangan merupakan salah satu faktor yang bisa memicu gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, hingga depresi.

"Banyak kasus yang saya temui di ruangan konseling itu mulai dari kasus depresi, cemas, trauma, itu pemicunya adalah masalah atau konflik dengan pasangan," kata Marina.

Ada tiga jenis konflik yang sangat mungkin dihadapi oleh pasangan, yakni konflik yang bisa diselesaikan, konflik berulang, dan konflik yang tidak kunjung menemukan jalan keluar.

"Konflik yang bisa diselesaikan ini misalnya dari masalah sehari-hari. Sedangkan konflik berulang ini bisa jadi masalah sehari-hari tetapi berulang terus, tidak terselesaikan," kata Marina mengutip Antara.

"Sementara konflik yang ketiga adalah konflik yang sudah mentok, biasanya karena konflik yang berulang tadi diatasi dengan cara yang salah, jadi mentok enggak ketemu solusinya."

Penyebab permasalahan pada pasangan selain masalah sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga dan perbedaan gaya hidup juga bisa memicu terjadinya konflik pada pasangan.

 

2 dari 3 halaman

Konflik Tidak Bisa Dicegah

Menurut Marina, konflik merupakan hal yang tidak bisa dicegah oleh pasangan. Namun, suami dan istri harus bisa sama-sama belajar mengelola konflik dengan baik serta memiliki komunikasi sehat.

"Konflik itu kalau sepenuhnya dicegah kayaknya enggak bisa, karena bagaimanapun juga ini adalah dua pribadi yang berbeda, diasuh dengan cara berbeda, lifestyle pun berbeda. Kita sendiri saja kadang suka mengalami konflik batin. Apalagi ini ketika berhubungan dengan orang lain. Jadi memang enggak bisa dicegah sepenuhnya, tapi bisa dikelola," kata wanita yang praktik di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur itu. 

Jika konflik dirasa sangat sulit ditangani oleh kedua pihak, maka tidak ada salahnya untuk meminta bantuan dari orang-orang yang paling dipercaya.

"Boleh cerita dulu ke orang yang dipercaya, entah teman atau orang tua, yang memang bijaksana. Pilih-pilih, enggak boleh sembarangan."

3 dari 3 halaman

Minta Bantuan Psikolog

Bila tidak ada yang bisa dimintai bantuan bisa datang ke pihak profesional, seperti psikolog. Saat ini ada beberapa puskesmas yang sudah memiliki psikolog. Sehingga untuk bisa mendapatkan akses itu bisa dengan kartu BPJS Kesehatan.

"Kemudian kalau dari lingkungan sekitar sudah tidak ada (yang bisa dimintai bantuan), boleh datang ke profesional. Bisa dimanfaatkan BPJS-nya," katanya.Â