Liputan6.com, Jakarta Studi terbaru yang dipublikasikan dalam Urology Case Reports menunjukkan, beberapa pria bisa mengalami reaksi alergi dari orgasmenya sendiri. Gejala yang dilaporkan meliputi otot yang terasa lemas, bersin, batuk, atau demam.
Pada individu lainnya, gejala alergi yang muncul juga bisa berupa gangguan bicara, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Para peneliti percaya reaksi tersebut merupakan alergi atau respons autoimun terhadap sperma.
Baca Juga
Rekan penulis studi, Andrew Shanholtzer dari Oakland University William Beaumont School of Medicine mengatakan, hampir 60 kasus post-orgasmic illness syndrome atau sindrom sakit selepas orgasme telah teridentifikasi, tapi diperkirakan masih banyak pria di luar sana yang masih belum tahu jika dia mengalaminya.
Advertisement
“Banyak penyedia layanan kesehatan yang tidak mengetahuinya, apalagi masyarakat. Kemungkinan besar banyak yang mengalaminya di luar sana dan tidak terdiagnosis,” jelasnya, dilansir New York Post.
Sindrom penyakit pasca-orgasme sering salah didiagnosis karena statusnya yang kurang diketahui, yang menyebabkan pasien menjalani banyak tes dan perawatan yang tidak perlu.
Studi tersebut mengatakan tidak ada pengobatan yang paling efektif saat ini, tetapi beberapa laporan kasus telah membuktikan desensitisasi, terapi hormonal dan perawatan lain dapat membantu – meskipun mereka eksperimental dan belum diuji dalam uji klinis.
Meskipun tidak ada obat yang diketahui, Shanholtzer dan timnya telah berhasil merawat seorang pria berusia 27 tahun dengan POIS.
Menurut penelitian tersebut, ketika pria itu berusia 18 tahun, dia menyadari bahwa dia batuk, bersin, pilek dan ruam seperti gatal-gatal di lengannya setelah mengalami orgasme. Ia juga mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening di bagian wajah dan leher. Semakin dia ejakulasi, semakin buruk gejalanya.
Tidak ada dokter umum yang bisa mengetahui apa yang salah dengannya, jadi tim ilmuwan bereksperimen dengan berbagai jenis antihistamin sampai mereka menemukan solusi dengan fexofenadine yang mengurangi gejalanya hingga 90 persen.
Gejala Berlangsung Beberapa Hari
Shanholtzer mengatakan alergi orgasme dapat timbul dari infeksi atau cedera pada testis, yang dapat menyebabkan sperma dalam jumlah mikroskopis masuk ke aliran darah.
“Sel-sel kekebalan dalam tubuh dilatih untuk menyerang setiap zat asing yang ditemukan,” katanya.
“Ada sel khusus yang disebut sel Sertoli yang memelihara dan mengelilingi sperma dan membuatnya tetap terisolasi dari sel kekebalan. Ketika sel Sertoli rusak, sperma terkena sistem kekebalan untuk pertama kalinya dan sistem kekebalan menyerang sperma seperti virus atau bakteri asing."
Gejala alergi dapat berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu dan sekarang diketahui sebagai penyebab disfungsi seksual pada pria. Gejala dapat terjadi segera, dalam beberapa menit atau dalam beberapa jam setelah ejakulasi dan akan terjadi baik selalu atau hampir setiap saat.
Advertisement
Tiga Tahun Pengobatan
Sebelumnya, peneliti Belanda melaporkan dua kasus sindrom penyakit postorgasmic dalam Journal of Sexual Medicine edisi Januari 2020. Dalam kedua kasus tersebut, para pria mengalami gejala alergi di sekitar mata dan hidung mereka, dan penyakit seperti flu sementara dalam hitungan detik, menit atau jam setelah berhubungan seks, masturbasi atau ejakulasi spontan.
Tes tusuk kulit memastikan bahwa mereka memang alergi terhadap air mani mereka sendiri.
Alergi mereka akhirnya diobati dengan terapi hiposensitisasi, di mana seseorang disuntik dengan sejumlah kecil alergennya yaitu air mani mereka sendiri. Suntikan ini dilakukan dari waktu ke waktu, dalam dosis yang meningkat secara bertahap. Para peneliti melaporkan bahwa pria menunjukkan perbaikan yang signifikan pada gejala mereka setelah tiga tahun pengobatan.
Bisa Dialami Wanita
Alergi sperma atau human seminal plasma hypersensitivity adalah suatu kondisi yang dialami pria atau wanita sebagai reaksi alergi. Hal ini disebabkan protein yang terkandung pada sperma. Alergi sperma adalah kondisi yang tergolong langka.
Reaksi alergi pada wanita bisa berupa gatal, nyeri, bengkak, dan kemerahan pada vagina (biasanya di vulva, di dalam dan di luar kanal vagina).
Jika setelah berhubungan seks dan selalu mengalami reaksi di atas, maka Anda harus tahu, kalau Anda alergi terhadap sperma.
"Alergi sperma adalah kondisi yang sangat langka. Reaksi terjadi karena protein dalam sperma, bukan karena spermanya. Baik pria maupun wanita bisa alergi," kata konsultan pengobatan seksual, Anup Dhir, dikutip dari Doctor NDTV, Selasa (3/4/2018).
Dhir menambahkan, alergi sperma tidak dapat diobati, tapi dapat dicegah.
"Tidak ada pengobatan untuk alergi sperma. Satu-satunya ya tindakan pencegahan yang harus dilakukan. Sebagai contoh, gunakan kondom saat berhubungan seks. Wanita dapat minum obat anti-alergi sebelum berhubungan seksual," tambah Dhir.
Alergi sperma juga dapat memengaruhi kesuburan seseorang. Untuk itu, perlu prosedur pemeriksaan di laboratorium untuk mencegah pengaruhnya pada kesuburan.
Advertisement