Sukses

Kebiasaan Cuci Tangan dan Jaga Kebersihan Bisa Turunkan Angka Stunting

Angka kematian bayi di Indonesia masih berada pada angka 80 ribu per tahunnya. Setelah ditelusuri, penyebabnya masih berkaitan dengan masalah kebersihan.

Liputan6.com, Jakarta Sabtu pekan lalu tepatnya pada 15 Oktober, Indonesia ikut merayakan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) 2022. Dalam momentum kali ini, salah satu bahasannya adalah bagaimana cuci tangan dan kebersihan lingkungan memengaruhi angka kematian bayi dan stunting.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia masih berada pada angka 80 ribu per tahunnya. Setelah ditelusuri, penyebabnya masih berkaitan dengan masalah kebersihan.

"Aku baru belajar sebagai Menteri Kesehatan satu tahun, masalah respiratory. Diare itu penyebabnya ini, yang namanya Rotavirus. Kenapa gizi itu keluar (dari tubuh) anak-anak? Karena infeksi, itu sebabnya cuci tangan dan kebersihan lingkungan di rumah penting," ujar Budi Gunadi dalam acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, Senin (17/10/2022).

"Karena kalau terjadi infeksi, anaknya sakit, semua energinya dia, kalorinya dia, gizinya dia dipakai untuk menyembuhkan penyakitnya, bukan pertumbuhan otaknya. Makanya stunting itu terjadi," tambahnya.

Sehingga menurutnya, cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan masalah sanitasi jadi hal yang sangat penting untuk diimplementasikan. Mengingat keduanya berkaitan dengan infeksi, yang mana nantinya berujung pada upaya penurunan angka kematian anak dan stunting.

Di sisi lain, CTPS sendiri dinilai berkaitan dengan perubahan perilaku yang membutuhkan contoh. Di sinilah peran perempuan dan ibu menjadi penting untuk memberikan contoh atau menjadi role model soal pentingnya masalah kebersihan.

2 dari 4 halaman

Pentingnya Peran Ibu untuk Masalah Kebersihan

Lebih lanjut Budi Gunadi mengungkapkan bahwa berkaca dari pencapaian vaksinasi COVID-19 yang mana banyak digerakan oleh ibu-ibu, kini dalam hal menerapkan CTPS, ibu-ibu kembali diajak untuk memberikan keterlibatan.

Menurut Budi Gunadi, inisiatif para ibu untuk membentuk suatu komunitas yang bergerak dibidang kebersihan merupakan tindakan yang penting. Komunitas tersebut pun bisa memiliki ide dan kemampuan yang disesuaikan dengan waktunya sendiri.

"Kalau itu terjadi (ada kontribusi dari para komunitas), di situ baru momentumnya terbangun dan masalah kita bisa selesai," kata Budi Gunadi.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr Anas Ma’ruf, MKM mengungkapkan bahwa perempuan memang menjadi salah satu pendukung dari terciptanya budaya CTPS.

"Tahun ini kita ingin menemukan role model bagaimana melakukan pembudayaan CTPS dengan tepat. Salah satunya melihat peran perempuan atau ibu-ibu. Perempuan menjadi salah satu pendukung terciptanya lingkungan pendukung atau enabling environment pembudayaan CTPS, karena perempuan menjadi pengambil keputusan," ujar Anas mengutip laman Sehat Negeriku.

3 dari 4 halaman

Peran Perempuan dalam Penurunan Stunting

Anas mengungkapkan bahwa HCTPS 2022 mengambil tema 'Unite for Universal Hand Hygiene' atau 'Bersatu untuk Tangan Bersih Sehat'. Sedangkan yang dijadikan sub tema adalah 'Peran Perempuan dalam Penurunan Stunting melalui Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan CTPS’.

Dalam hal ini, perempuan diharapkan bisa berdaya untuk mempercepat pembudayaan perilaku CTPS di masyarakat. Hal tersebut lantaran poin penting dalam HCTPS adalah menguatkan kebutuhan masyarakat pada perilaku CTPS, sehingga nantinya bisa menjadi budaya pada perilaku masyarakat itu sendiri.

"Pada saat pandemi COVID-19 kesadaran perilaku masyarakat pada CTPS meningkat. Nah dengan selalu mengingatkan pentingnya CTPS, misalnya dengan peringatan HCTPS ini, kita ingin agar perilaku itu terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan," kata Anas.

CTPS telah dikenal sebagai teknik dasar untuk pencegahan penyebaran penyakit pernapasan akut, diare, dan COVID-19.

CTPS juga telah menjadi prioritas pembangunan utama yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 6.2, di mana salah satu indikator 6.2.1 menyatakan, perlunya dicapai akses secara universal ke fasilitas CTPS dengan air dan sabun.

Pada puncak HCTPS hari ini, Rencana Aksi Nasional (Roadmap) SBS dan CTPS 2022-2030 juga telah resmi diluncurkan. Momentum peluncurannya dihadiri oleh beberapa pihak, termasuk para ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).

4 dari 4 halaman

Jadi Target pada 2030

Ketua Bidang Kesehatan dan Lingkungan OASE Kabinet Indonesia Maju, Kartika Nurani mengungkapkan bahwa meskipun terkesan sederhana, CTPS sudah terbukti secara ilmiah untuk mencegah beberapa penyakit. Seperti diare dan pernapasan akut.

"CTPS menjadi upaya penting dalam mencegah penyakit menular seperti COVID-19. Sehingga secara tidak langsung, CTPS juga berkontribusi terhadap produktivitas masyarakat dalam kehidupan perekonomian dan sosial," kata Kartika.

Kartika menjelaskan, itulah mengapa pada 2030 mendatang, Indonesia dan negara lainnya punya komitmen untuk TPB yang berkaitan dengan penyediaan air bersih dan sanitasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kartika pun setuju bahwa perempuan memiliki peranan penting untuk memastikan ketersediaan air bersih, sanitasi, dan kebersihan tangan di keluarga demi mengurangi risiko stunting dan penyakit infeksi berbasis lingkungan.

"Terima kasih telah menjadi garda terdepan untuk menjadi penggerak kesehatan di lingkungan rumah tangga dan sekitar," kata Kartika.