Liputan6.com, Jakarta - Bagi sobat overthinking, Anda mungkin sudah terlalu sering menemukan diri ada dalam lingkaran pikiran yang tak berujung. Seringkali, Anda pun berupaya menghentikan aliran pikiran yang tak ada habisnya itu.
Namun sebenarnya, apakah kita atau bisakah kita benar-benar berhenti berpikir?
Baca Juga
Menurut asisten profesor di departemen ilmu otak dan kognitif Massachusetts Institute of Technology (MIT), Michael Halassa, bisa atau tidaknya seseorang berhenti berpikir akan bergantung pada bagaimana Anda mendefinisikan berpikir itu sendiri.
Advertisement
"Sebuah pikiran merupakan hasil dari penembakan kimiawi antara sel-sel otak, dapat terjadi baik pada tingkat sadar maupun tidak sadar," ujar Michael mengutip Live Science, Jumat (21/10/2022).
Michael menjelaskan, jenis pemikiran yang Anda sadari seperti pikiran yang tak berujung jelang waktu tidur secara teori dapat dibungkam. Namun meskipun telah berusaha dilakukan, tidak jelas seberapa banyak keadaan pikiran kosong yang sebenarnya bisa dicapai oleh seseorang.
"Saya tidak tahu apakah berhenti berpikir itu benar-benar secara teoritis mungkin atau tidak. Jika iya, saya pikir itu akan sulit untuk diuji," kata ilmuwan kognitif di Knight Lab, University of California, Julia Kam.
"Tetapi biasanya orang yang sering meditasi lebih mengetahui apa yang ada dalam pikiran mereka. Sehingga ketika mereka harus berfokus pada sesuatu dan pikiran mereka bergeser, mereka jauh lebih baik untuk menangkap pergeseran itu," tambahnya.
Terlebih, Julia menjelaskan, ada perbedaan antara memiliki pikiran dan menyadari bahwa Anda sebenarnya sedang berpikir.
Berpikir Bisa Disadari dan Tidak
Julia mengungkapkan bahwa jika Anda bertanya pada seseorang soal apa yang mereka pikirkan dan mereka menjawab tidak ada, sebenarnya mereka sedang tidak sadar bahwa mereka aslinya sedang berpikir.
"Misalnya, Anda mungkin berpikir keras tentang suatu hubungan atau ujian yang akan datang, dan Anda baru menyadarinya ketika seseorang menepuk pundak Anda dan membuat Anda keluar dari pikiran tersebut," kata Julia.
Menurut Michael, otak manusia umumnya tidak pernah benar-benar berhenti berpikir. Sebagian besar pikiran sebenarnya juga terjadi di latar belakang yang tidak disadari oleh manusia.
"Dan, tidak ada cara untuk mematikannya," ujar Michael.
Contoh lainnya terjadi saat Anda melihat wajah yang familiar di tengah kerumunan dan mengira Anda mengenal mereka. Anda mungkin tidak dapat langsung mengetahui bagaimana Anda mengenal mereka.
"Tapi mungkin beberapa jam kemudian, Anda bisa tiba-tiba ingat. Itu adalah hasil dari otak Anda yang berpikir tanpa disadari," kata Michael.
Advertisement
Fakta Menarik Lainnya
Menurut Michael, saat seseorang membuat keputusan sebagian besar hasilnya terjadi secara tidak sadar. Salah satunya tercermin lewat firasat.
"Sering kali otak kita mengolah banyak angka dan mengeluarkan firasat yang akhirnya kita ikuti. Kita tidak selalu memiliki kesadaran ke proses pengambilan keputusan yang terjadi di otak," ujar Michael.
Julia pun setuju bahwa bagaimana Anda mendefinisikan berpikir akan mengubah jawaban Anda soal pertanyaan, 'Bisakah manusia berhenti berpikir?'.
"Jika maksud Anda berpikir itu seperti melakukan dialog batin dengan diri kita sendiri, maka, ya, kita bisa berhenti melakukan dialog batin itu," kata Julia.
"Tapi jika berpikir berarti tidak memusatkan perhatian pada sesuatu yang khusus, maka saya pikir itu akan jauh lebih sulit bagi orang awam," tambahnya.
Bahkan saat Anda tengah duduk dan membaca tulisan ini, berpikir tentang berpikir sebenarnya telah mengirim pesan kepada sel-sel di otak. Jadi jika Anda berupaya untuk berhenti berpikir, sebenarnya Anda akan terus berpikir tanpa disadari.
Penyebab Overthinking Muncul, Terutama di Malam Hari
Terlebih, sebagian orang justru kesulitan untuk tidur karena overthinking menyerang. Jika Anda pernah mengalaminya, pikiran mungkin tak hanya membawa Anda untuk merenungkan hal-hal yang terjadi pada hari itu.
Anda pun mungkin mempertanyakan mengapa overthinking seringkali muncul saat malam hari. Menurut konselor dari Counselling Directory, Carley Symes, sebagian besar overthinking bisa terjadi karena pikiran sedang berinteraksi dengan diri Anda di penghujung hari.
"Hari-hari Anda telah dipenuhi dengan berbagai macam hal yang harus dilakukan, diproses, dan dipikirkan. Satu-satunya kesempatan untuk kita beristirahat dari semua hal yang dilakukan adalah ketika kita sudah berbaring di kasur dan siap tidur," ujar Carley dikutip Huffpost.
Carley menjelaskan, di waktu menjelang tidur tersebutlah pikiran akhirnya mempunyai ruang untuk muncul usai seharian Anda disibukkan dengan berbagai macam hal yang berlangsung.
Sehingga seringkali begitu banyak pikiran justru muncul menjelang waktu tidur.
Advertisement