Sukses

Tidak Mudah Berbagi Data Virus Negara G20, Bisakah Tercapai Komitmen Bersama?

Berbagi data genom virus antar Negara G20 masih sulit, komitmen bersama bakal tercapai atau tidak?

Liputan6.com, Jakarta Pada rangkaian pertemuan Health Working Group, diskusi berbagi data genom virus antar Negara G20 saling berdebat, terlebih tiap negara punya pandangan dan kepentingan masing-masing. Lantas, apakah dalam '2nd Health Ministers Meeting (HMM)' atau Pertemuan Kedua Tingkat Menteri Kesehatan G20 dapat terjadi kesepakatan bersama?

Juru Bicara G20 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, diskusi bilateral berbagi data genom akan terus berlanjut saat Pertemuan Kedua Tingkat Menteri Kesehatan G20 yang digelar pada 27 - 28 Oktober 2022 di Bali.

"Untuk berbagi data genom ini memang tadi ya kita membuat suatu platform khusus. Ini adalah suatu hal yang artinya kita harus lakukan advokasi juga untuk melakukannya bersama-sama," ujar Nadia menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat konferensi pers Road to G20 Health Ministers Meeting di Gedung Kemenkes RI Jakarta, ditulis Senin (24/10/2022).

"Pendekatan dengan diskusi bilateral masih berlanjut. Karena nanti selama pelaksanaan kegiatan '2nd Health Ministers Meeting (HMM)' juga para Menteri Kesehatan dari Negara G20 akan melakukan berbagai pertemuan bilateral."

Pada pertemuan bilateral '2nd Health Ministers Meeting (HMM)' tidak hanya membawa misi Presidensi G20 Indonesia bidang kesehatan, melainkan upaya diplomasi mencapai kesepakatan isu-isu G20 kesehatan yang diangkat.

"Bukan hanya membawa misi untuk kepentingan Indonesia pada pertemuan bilateral yang dilakukan, tapi juga pertemuan bilateral ini dilakukan dalam rangka melakukan berbagai diplomasi," terang Nadia.

"Tujuannya, untuk bisa mencapai kesepakatan dan pemahaman tentunya kesepakatan bersama termasuk juga terkait data genomik."

2 dari 4 halaman

Kesepakatan dari Diplomasi

Menurut Siti Nadia Tarmizi, berbagi data genomik dan penelitian demi kepentingan bersama di antara Negara G20. Hal ini dapat memperkuat negara-negara yang low middle income country -- negara berpendapatan menengah ke bawah -- dalam deteksi virus.

"Jadi soal data genom dan penelitian memang dua hal kesatuan ya. Biasanya data genom di negara-negara maju kuat, sedangkan negara-negara low middle income country harus berusaha giat buat pendataan genom virus," jelasnya.

"Tentunya, terjadi kesenjangan jauh (gap) antara negara maju dengan negara low middle income country sehingga kita harus berusaha secepat mungkin agar negara low income country bisa juga mengakses data genom. Nah, diplomasi atau pertemuan-pertemuan bilateral yang akan kita lakukan selama '2nd Health Ministers Meeting (HMM)' ini akan menjadi salah satu poin kita."

Pada Agustus 2022, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, perdebatan untuk saling berbagi data genom virus di antara negara G20 masih terjadi. Sampai saat ini, pembahasan terus dilakukan dan belum mencapai kesepakatan matang.

Berbagi data genom termasuk salah satu agenda Presidensi G20 Indonesia dalam Health Working Group (HWG). Agenda tersebut adalah memperkuat ketahanan sistem kesehatan global.

3 dari 4 halaman

Kolaborasi Lab Internasional

Implementasi yang diharapkan tercapai, yakni membangun jaringan laboratorium pengawasan genom dan memperkuat mekanisme berbagi data global secara tepercaya. Hal ini sebagaimana belajar dari pandemi COVID-19 bahwa pelaporan genom virus penting dilakukan demi upaya percepatan merespons pandemi.

"Kami masih berjuang (untuk kesepakatan lebih lanjut), karena data (genom virus) ini sangat berharga untuk setiap negara. Setiap negara ingin memiliki kendali atas data ini dan diskusi perdebatan, apakah kita berbagi data tetapi juga berbagi manfaat tetap ada," ungkap Budi Gunadi Sadikin saat Press Conference The 3rd G20 Health Working Group di Hilton Resort, Nusa Dua Bali pada Senin, 22 Agustus 2022.

"Artinya, negara yang memiliki teknologi bisa berbagi data sekaligus juga berbagi manfaat masih ada. Negara maju yang memiliki teknologi dan punya banyak penduduk tentu ingin mendapatkan manfaat dari berbagi genom sebanyak-banyaknya."

Pembahasan lain, lanjut Menkes Budi Gunadi, bagaimana manfaat yang diperoleh suatu negara yang memiliki teknologi canggih dan kemampuan berbagi data genom virus. Apalagi negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang besar.

"Ya memang sangat, sangat lumrah, negara maju lalu punya teknologi maju, penduduknya banyak untuk sharing data sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya," katanya.

"Jadi, kami masih berjuang, tetapi kami terus mendiskusikan tentang kolaborasi internasional di lab pengawasan genomik ini dengan siapa (nanti) yang menjadi center-nya (pusat)."

4 dari 4 halaman

Keinginan Kontrol Data Genom

Di hadapan para delegasi G20 yang hadir, Menkes Budi Gunadi Sadikin memahami banyak negara ingin mengontrol berbagi data genom virus. Tak ayal, diskusi dan perdebatan terbilang panjang.

"Ini masih kita perjuangkan. Kami ingin membangun jaringan genomik global, lab pengawasan, dan memperkuat mekanisme berbagi data tepercaya," ujarnya.

"Kami memahami sepenuhnya bahwa ada banyak nilai ekonomi yang dapat masuk ke data ini secara global dan banyak negara akan sangat tertarik untuk mengontrol data ini."

Dalam kolaborasi berbagi data genom virus, Budi Gunadi menekankan, setiap negara dapat juga mendapat keuntungan. Keuntungan pun tidak hanya menyasar kepada negara yang punya teknologi canggih berbagi data, melainkan negara yang turut mengembangkan riset.

"Oleh karena itu, banyak tantangan bahwa mekanisme berbagi data ya juga berbagi manfaat. Diskusi berputar di sekitar masalah ini. Tetapi saya sangat percaya bahwa setiap orang perlu berbagi data," terangnya.

"Kita juga perlu meyakinkan negara yang membagikan data yang mereka lakukan ya juga harus mendapatkan keuntungan. Dengan berbagi data, keuntungan tidak hanya diberikan pada negara yang hanya memiliki teknologi untuk memiliki data dan mengembangkan riset."