Liputan6.com, Jakarta Kurangnya edukasi seksual membuat banyak mitos terkait seks bertebaran. Anda mungkin salah satu yang pernah percaya pada mitos-mitos tersebut dan akhirnya menemukan bahwa ada yang keliru.
Memiliki pemahaman seksualitas yang lebih luas pun akhirnya dianggap penting. Selain dapat membantu Anda lebih baik dalam memahami masalah ranjang dan membuat relasi bersama pasangan jadi lebih baik, punya pengetahuan lebih dalam dapat membantu Anda terhindar dari mitos yang beredar.
Baca Juga
Lalu, apa saja yang selama ini telah menjadi mitos dalam dunia seks? Mengutip laman Elite Daily pada Selasa (25/10/2022), berikut beberapa diantaranya.
Advertisement
Mitos 1: Seks Layaknya Video Porno
Seksolog, dr Jess O'Reilly mengungkapkan bahwa pornografi bisa menarik untuk ditonton sebagai bentuk hiburan. Namun, itu tidak berarti bahwa aktivitas seksual akan sama seperti apa yang ada pada film atau video porno.
"Meskipun film porno dapat menjadi inspirasi untuk posisi seks dan sebagainya, itu tidak boleh digunakan sebagai template untuk memicu ekspektasi soal seks," ujar Jess.
"Video porno tidak dimaksudkan untuk menjadi sumber edukasi seksual Anda. Itu hanyalah media visual utama, dan sebagian besar akan mengabaikan apa yang terjadi di balik layar," tambahnya.
Menurut Jess, penting untuk mendiskusikan keinginan dan batasan hingga praktik seks yang lebih aman dan relasional. Secara keseluruhan, film porno tidak buruk untuk ditonton sesekali.
Hanya saja penting untuk mengingat bahwa video porno tidak mengandung seutuhnya realitas yang terjadi di ranjang. Akan ada elemen-elemen lain yang tak nampak dalam video porno seperti kecanggungan, kebingungan, dan lainnya.
Mitos 2: Pria Selalu Siap Berhubungan Seks
Mitos selanjutnya dalam dunia seks berkaitan dengan kesiapan pria untuk melakukannya. Anda mungkin salah satu yang berpikir bahwa pria selalu siap untuk berhubungan seks kapanpun.
"Namun, identitas gender, hormon, dan alat kelamin tidak menentukan dorongan seks Anda. Plus, pernyataan bahwa pria selalu siap untuk berhubungan seks dapat menyebabkan harapan yang sangat tidak realistis," kata Jess.
Misalnya, beberapa pria mungkin saja merasa terpaksa untuk berhubungan seks ketika mereka sedang tidak mood. Oleh karena itu, penting untuk selalu memiliki persetujuan atau consent bersama sebelum melakukannya.
Selain itu, Jess menjelaskan bahwa hasrat seksual sangat kompleks, individual, dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Seperti suasana hati, kesehatan, waktu tidur, olahraga, diet, dinamika hubungan, dan lainnya.
"Inilah sebabnya mengapa berbicara tentang hasrat dan frekuensi seksual sangat penting terlepas dari jenis kelamin dan orientasi seksualnya," ujar Jess.
Advertisement
Mitos 3: Vagina Pasti Berdarah Saat Pertama Kali Berhubungan Seks
Konsep keperawanan telah lama ada dalam konstruksi sosial. Banyak orang beranggapan bahwa wanita yang belum pernah berhubungan seks akan berdarah vaginanya saat pertama kali melakukan.
"Mitos bahwa Anda akan berdarah saat pertama kali melakukan seks penetrasi berakar pada mitos keperawanan," kata Jess.
Nicole Prause, seorang psikofisiolog seksual di UCLA yang meneliti disinformasi online mengatakan bahwa justru lebih umum bagi wanita untuk tidak mengalami rasa sakit saat berhubungan.
"Ini adalah kasus di mana mitos itu sendiri dapat berpotensi menyebabkan rasa sakit karena dapat menyebabkan seorang wanita menjadi lebih gugup sebelum berhubungan seks," ujar Jess.
Jadi, jika Anda merasakan sakit saat berhubungan seks, itu mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor: gairah, ketakutan, atau kondisi medis seperti endometriosis atau vaginismus.
Terlebih, berdarah saat berhubungan seks bisa jadi disebabkan oleh faktor lain seperti tidak cukupnya pelumasan.
4. Vagina Longgar karena Terlalu Banyak Berhubungan Seks
Saat bergairah, vagina akan melumasi dirinya sendiri dan otot-otot di sekitar vagina akan ikut rileks. Alhasil, vagina dapat meregangkan dan dengan nyaman menampung penis, jari, atau sex toys.
Tetapi, setelah selesai dengan aktivitas seksual, vagina maka akan kembali ke ukuran sebelumnya. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki vagina longgar karena terlalu banyak berhubungan seks adalah mitos.
"Vagina tidak menjadi renggang karena pengalaman hubungan seksual, tetapi bisa menjadi longgar karena cedera. Cedera yang paling umum terjadi saat melahirkan, tetapi juga mungkin terjadi dengan tindakan seksual berisiko, seperti menggunakan sex toys yang sangat besar secara paksa dan/atau tanpa gairah seksual yang cukup sebelum digunakan,” kata Nicole.
5. Pentingnya Ukuran Penis yang Besar
Meskipun banyak orang percaya bahwa ukuran penting saat berhubungan seks, Jess mengungkapkan bahwa penis datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Sehingga untuk dapat ereksi, Anda tidak perlu untuk memiliki penis yang sekeras batu lebih dulu.
"Ukuran tidak masalah, itu hanya bagaimana Anda menggunakannya. Ada banyak cara lain dengan menggunakan jari, sex toys, bibir, lidah, dan lainnya," ujar Jess.
Advertisement