Liputan6.com, Jakarta Tahukah Anda, jumlah penderita kanker payudara terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
Baca Juga
Untuk membantu kaum perempuan mendeteksi dini kanker payudara, Rumah Sakit PELNI dan Mandiri Inhealth menggelar kegiatan kampanye Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dalam rangka breast cancer awareness month tahun 2022. Acara ini terselenggara atas kerjasama dengan Srikandi Bank Mandiri sebagai peserta dari kegiatan tersebut.
Advertisement
"Kegiatan ini digelar sebagai salah satu tanggung jawab sosial Rumah Sakit PELNI sebagai institusi penyelenggara layanan kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini gejala kanker payudara yang kerap tidak disadari oleh para penderitanya," kata VP Marketing Rumah Sakit Pelni Andis Samiaji dalam keterangan pers, Rabu (26/10/2022).
Rangkaian acara dimulai sejak tanggal 14 oktober diawali dengan screening pemeriksaan awal kanker payudara dengan menggunakan alat diagnostic USG payudara kepada 180 orang dan berlanjut pada tanggal 21 Oktober 2022 dengan penyampaian edukasi seputar Periksa Payudara Sendiri (SADARI) yang disampaikan oleh Dr Maulina Indah Sp.B(K)Onk yang merupakan dokter spesialis bedah onkologi Rumah Sakit PELNI.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami kaum perempuan karena apa yang disampaikan oleh dokter merupakan hal yang sangat penting dan terkadang kami mengabaikan gejala gejala yang sebenarnya sudah terjadi sehingga terkadang saat bertemu dokter gejala yang dirasakan sudah cukup parah dan masuk ke stadium lanjut," ujar Nanda, salah seorang peserta edukasi dan kampanye SADARI yang hadir dalam acara tersebut.
Prioritas Pemerintah
Tingginya angka kanker payudara di Indonesia menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah, namun bukan berarti penanganan kanker jenis lainnya diabaikan. Pada saat yang sama, Kementerian Kesehatan tetap melakukan upaya penanggulangan terhadap penyakit kanker lainnya seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Kanker 2022-2022.
Dalam ketentuan ini, Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia mencakup 3 pilar yakni promosi kesehatan, deteksi dini dan tatalaksana kasus.
Secara rinci ketiga pilar tersebut menargetkan 80% perempuan usia 30-50 tahun dideteksi dini kanker payudara, 40% kasus didiagnosis pada stage 1 dan 2 dan 90 hari untuk mendapatkan pengobatan.
Advertisement
Sosialisasi SADARI
Untuk mencapai target ini, Kementerian Kesehatan tidak bekerja sendiri, melainkan turut dibantu oleh berbagai pihak seperti Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Dengan program unggulan sosialisasi skrinjng dan deteksi dini kanker payudara, YKPI telah berhasil menjangkau lebih dari 150.000 peserta baik secara daring dan luring pada 2016-2021.
“Sejak tahun 2016-2021, YKPI bekerjasama dengan kabupaten/kota melakukan sosialisasi skrining dan deteksi dini kanker payudara. Sampai saat ini sudah 150.000 peserta yang kami anggap sebagai tokoh-tokoh masyarakat yang akan meneruskan ke bawah bahkan beberapa organisasi perempuan sudah memasukan skrining dan deteksi dini kanker payudara sebagai program kerjanya,” kata Linda Agum Gumelar, Ketua YKPI, dikutip laman resmi Kementerian Kesehatan.
Tak hanya itu, YKPI juga membantu menyediakan mobil mammografi serta aktif melakukan praktek SADARI bagi masyarakat awam dan kader kesehatan.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan semakin kuat dan ditingkatkan, dalam kerangka penanggulangan kanker payudara di Indonesia, sehingga semakin banyak pasien kanker yang terselamatkan.
Pelayanan Kemoterapi Harus Merata di Daerah
Hari Kanker Sedunia diperingati tanggal 4 Februari setiap tahunnya. Peringatan Hari Kanker Sedunia 2022 mengangkat tema “Close the Cure Gap” yang bertujuan untuk meminimalkan kesenjangan perawatan pada pasien kanker serta menekankan kesetaraan pasien dalam mendapatkan layanan medis. Sebab, saat ini masih terdapat kesenjangan kualitas layanan dalam perawatan pasien sehingga menghambat proses pengobatan.
Sejalan dengan tema ini, pemerintah juga akan memperkuat pelayanan medis untuk pengobatan kanker payurdara dengan mengatur pemerataan pelayanan kesehatan bagi pasien kanker guna memudahkan pasien mengakses layanan kesehatan yang memadai.
“Kalau mau kirim untuk dilakukan radio terapi di Indonesia Timur hanya ada di Surabaya dengan masa tunggu yang lama, ini tentu tidak boleh terjadi lagi, pelayanan kemoterapi, radioterapi ataupun imunoterapi ini harus merata,” pungkas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengandalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.
Advertisement