Liputan6.com, Jakarta - Pesta Halloween di Itaewon tampaknya menarik perhatian banyak orang. Terlebih sejumlah aturan terkait COVID-19 telah dicabut. Ratusan ribu orang datang untuk memeriahkan perayaan yang digelar pada Sabtu malam (29/10/2022). Namun, suka cita menyambut Halloween berubah menjadi malam mencekam yang memakan ratusan korban jiwa.
Pada Sabtu malam, anak-anak muda berbondong-bondong ke distrik Itaewon untuk merayakan Halloween.
Baca Juga
Pesta Halloween 2022 yang harusnya menjadi waktu bersenang-senang berubah menjadi bencana yang menewaskan sedikitnya 154 orang. Sebanyak 98 wanita dan 56 pria tewas dalam tragedi Halloween Itaewon ini. Korban luka berjumlah 132 orang, menurut data dari Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Korea Selatan.
Advertisement
Pada 24 jam sebelumnya, sudah ada tanda peringatan bahwa perayaan itu menarik terlalu banyak orang sehingga dianggap berbahaya. Jumat malam, seorang saksi melihat kerumunan orang memadati jalanan dimana festival Halloween akan berlangsung, menurut situs International Business Times.
Sehari kemudian, tepatnya pada Sabtu malam, kerumunan itu datang lagi.
Pihak berwajib mengatakan tidak ada satu pun yang mengoordinasi acara yang menarik ribuan orang bersuka ria ke gang-gang sempit. Lokasi yang kemudian menjadi tempat begitu banyak anak muda, termasuk setidaknya 22 orang asing, meninggal dunia.
Kendati demikian, unggahan media sosial menunjukkan klub malam dan bar di sekitarnya mengiklankan acara dan promosi Halloween, termasuk kolaborasi di beberapa klub terpanas untuk pertunjukan khusus.
Penyebab yang mendorong kerumunan melonjak masih diselidiki. Akan tetapi, saksi dan rekaman media sosial menunjukkan orang-orang berdesakan di jalan-jalan beberapa blok di sekitar gang di mana banyak korban berjatuhan.
Â
Kronologi Kejadian
Tepat sebelum pukul 22.20 waktu Seoul, kekacauan terjadi sementara polisi berusaha untuk mengendalikan kerumunan, kata para saksi.
Orang-orang masuk ke sebuah gang yang sangat sempit dan landai, bahkan ketika itu sudah penuh sesak dari ujung ke ujung. Rekaman media sosial menunjukkan orang-orang berteriak dan menangis selagi mencoba menyelamatkan diri dari himpitan.
Ketika mereka yang berada di puncak gang jatuh, orang-orang di bawahnya terguling di atas yang lain, kata saksi.
"Kami tiba sekitar pukul 22.00 malam untuk pergi ke klub tetapi kemudian melihat orang-orang berjatuhan di jalan," kata Moon Ju-young, 21 tahun. "Beberapa berdarah, yang lain merintih kesakitan."
Seorang mahasiswa dari Prancis yang meminta untuk tidak diidentifikasi karena trauma peristiwa itu, mengatakan dia terjebak di kerumunan selama sekitar satu setengah jam.
"Saya ingin pergi ke tempat yang aman, tetapi itu tidak mungkin," katanya. "Saya didorong semua orang dan saya tidak bisa berbuat apa-apa."
Dia mengatakan berhasil keluar dari kerumunan dengan nyeri dada dan pergelangan kaki yang terluka.
Meskipun demikian, ia merasa kasihan pada mereka yang tidak selamat atau terluka lebih parah, serta petugas darurat yang mati-matian berusaha membebaskan orang-orang yang terjebak.
Â
Â
Advertisement
Saling Dorong Demi Menyelamatkan Diri
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan tumpukan korban terjepit di antara bangunan. Beberapa orang di bagian bawah tumpukan tidak sadarkan diri, sementara lainnya berusaha menggapai pekerja darurat yang berusaha membebaskan mereka.
"Seseorang tepat di sebelah saya jatuh, tetapi kemudian orang-orang di belakang saya terus mendorong saya, kemudian lebih banyak orang jatuh dan agak menumpuk satu sama lain," kata seorang siswa sekolah pascasarjana berusia 30 tahun dari Seoul. "Saya berteriak pada orang-orang yang mendorong saya: 'Jangan mendorong! Orang-orang jatuh!'"
Seorang wanita mengatakan, putrinya, yang ditarik dari kerumunan orang, selamat setelah terjebak selama lebih dari satu jam.
Moon, pemuda yang menyaksikan korban berjatuhan di jalan juga mengatakan penonton menambah kericuhan sebab berusaha membantu teman.
"Ada beberapa orang yang mencoba secara paksa melintasi garis polisi, mengatakan mereka punya teman di sana, dan mereka diseret oleh polisi," kata Moon.
Â
Kehadiran Polisi Sulit Dideteksi
Pihak berwenang memperkirakan hingga 100.000 orang hadir dalam perayaan tersebut. Akan tetapi, saksi mata mengatakan sulit untuk mendeteksi kehadiran polisi di tengah kerumunan orang.
"Banyak orang berkumpul untuk Halloween setiap tahun tetapi jumlahnya begitu banyak tadi malam, jauh lebih banyak daripada sebelum COVID, jadi saya tidak dapat mengidentifikasi siapa polisi dan siapa yang tidak di antara kerumunan," kata seorang wanita berusia 20-an yang mengatakan dia tinggal di lingkungan itu tetapi enggan menyebutkan namanya.
Sebuah rekaman media sosial menunjukkan barang-barang pribadi dan puing-puing lainnya bertebaran di seluruh area, dengan petugas pemadam kebakaran memberikan CPR kepada orang-orang yang tergeletak di jalanan dan polisi berusaha untuk menahan kerumunan.
"Saya berhasil melarikan diri dari tempat kejadian," kata mahasiswa pascasarjana itu. "Namun, jika saya berada di sana beberapa menit lagi saja, maka saya tidak akan berhasil keluar, tetapi akan mati di sana."
Â
 (Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement