Sukses

Menkes Budi Ungkap 5 Fakta Etilen Glikol Jadi Biang Kerok Ginjal Akut

Sejumlah fakta Etilen Glikol menjadi faktor risiko penyebab kasus gagal ginjal akut anak.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan lima fakta seputar Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE) yang menjadi faktor risiko penyebab kasus gagal ginjal akut anak.

Faktor risiko cemaran Etilen Glikol, DEG, dan EGBE ini mulai ditelusuri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan resmi pada 5 Oktober 2022.

Pada rilis resmi, WHO menyatakan, ada cemaran senyawa berbahaya dalam obat sirup yang berkaitan dengan kasus gangguan ginjal akut di Gambia, Afrika Barat. Tindak lanjut di Gambia pun peredaran obat sirup dihentikan.

"Fakta pertama soal ginjal akut ini, sebelumnya kan berdasarkan hipotesa. Jadi kami melakukan biopsi terhadap anak-anak (pasien gagal ginjal akut) yang sakit," ungkap Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 2 November 2022.

"Dari tiga anak yang kami lakukan biopsi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, sekali lagi terbukti bahwa ada kristal kalsium oksalat di ginjal mereka. Sehingga fakta-fakta seperti ini sesuai analisa dari WHO ini, bahwa penyebabnya dari (kandungan EG/DEG/EGBE) obat sirup."

Untuk diketahui, kristal kalsium oksalat adalah sejenis batu ginjal yang paling umum, terjadi karena oksalat yang berkaitan dengan kalsium di dalam ginjal. Kalsium oksalat sering juga disebut dengan batu kalsium, terbentuk karena terlalu banyaknya kalsium oksalat di dalam urine.

Fakta kedua, pengecekan akhirnya dilakukan kepada seluruh pasien anak yang mengalami gagal ginjal akut. Pengecekan ditujukan untuk melihat, apakah terdapat senyawa EG/DEG/EGBE.

"Kita cek ke seluruh bayi yang sakit ternyata senyawa kimia ini ada," lanjut Budi Gunadi.

2 dari 3 halaman

Cek Obat Sirup yang Dikonsumsi

Fakta ketiga, pemeriksaan senyawa Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE) ditujukan kepada obat sirup yang dikonsumsi pasien anak gagal ginjal akut di rumah. Dalam hal ini, Kemenkes mendata obat sirup yang dikonsumsi pasien anak.

"Kita cek ke seluruh obat -- obat sirup -- yang ada di rumah bayi-bayi tersebut. Ternyata ada juga senyawa kimia ini," Budi Gunadi Sadikin memaparkan.

"Fakta keempat, kita juga cek bahwa senyawa kimia dalam obat sirup ini kalau masuk ke dalam tubuh si anak akan menyebabkan timbulnya kerusakan ginjal. Dan ini juga terbukti pas biopsi."

Pada konferensi pers 21 Oktober 2022, Budi Gunadi mengatakan, Kemenkes merinci 102 obat sirup yang diduga ada cemaran EG, DEG, dan EGBE. Daftar 102 obat sirup diajukan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diteliti lebih lanjut.

"Dari 102 obat ini, nanti akan kita kerucutkan. Untuk sementara obat-obat ini akan kita larang untuk diresepkan dan dijual. Tapi ini list (daftar) sementara ya. Nanti BPOM yang bisa membuktikan bahwa ada bahan-bahan yang diambang pembatas," kata Menkes di Gedung Kemenkes RI Jakarta.

"Kita ambil langkah-langkah yang konservatif, memproteksi, bahwa mungkin misalkan ada tambahan 156 atau 241 lagi obat-obatan yang belum masuk di sini (dari daftar 102) nanti akan kita masukin. Tapi kita harapkan mengerucut sehingga kita bisa lebih pasti buat cari penyebabnya kira-kira apa."

Ditegaskan Budi Gunadi, daftar 102 obat sirup yang dikumpulkan Kemenkes adalah obat-obatan yang dikonsumsi anak-anak pasien gagal ginjal akut.

"Di RSCM, ada 11 pasien ya kita datangi mereka, lalu obat-obatannya kita ambil buat diperiksa," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Reaktif Terhadap Obat Fomepizole

Fakta kelima, senyawa Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE) bereaksi efektif terhadap obat Fomepizole. Fomepizole merupakan jenis antidotum atau antidot (antidote) sebagai penawar racun.

"Begitu kita kasih Fomepizole yang merupakan terapi buat keracunan, hasilnya itu senyawa kimia yang masuk ke dalam tubuh anak ternyata reaktif. Efeknya sangat baik," Budi Gunadi Sadikin menerangkan.

"Kita mengambil kesimpulan bahwa risiko paling besar dari anak yang sakit dan meninggal -- akibat gagal ginjal akut -- karena adanya senyawa kimia yang masuk anak-anak ini."

Obat Fomepizole juga sudah diujicobakan kepada 10 pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RSCM Jakarta. Setelah menerima Fomepizole dalam bentuk injeksi, kondisi pasien yang didominasi anak di bawah 5 tahun tersebut membaik dan stabil.

Selanjutnya, upaya mencari penyebab gagal ginjal akut, Budi Gunadi menjelaskan terjadi perubahan strategi surveilans. Pada awalnya, Kemenkes melakukan pemeriksaan berbasis patologi untuk tes virus dan bakteri, baik dengan PCR dan genom sekuens.

Namun, uji patologi belum menemukan kecocokan. Akhirnya, surveilans berganti menjadi uji toksikologi. Uji toksikologi digunakan untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan memeroleh data dosis-respons yang khas dari sediaan uji.

"Kami tadinya berbasis patologi, lalu (berubah) menjadi berbasis toksikologi. Dari situ kita lihat lebih dari 70 persen anak-anak yang sakit terkonfirmasi memiliki tiga senyawa, yaitu Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE)," jelas Menkes Budi Gunadi.

"Jadi itu adalah tiga senyawa kimia berbahaya yang terbukti ada di dalam darah atau urine dari anak-anak kita."