Sukses

Varian XBB Sudah Masuk dan Baru Mau Vaksin Booster, Apa Masih Efektif?

Bila baru mau melakukan vaksinasi booster sekarang, apakah masih efektif untuk menghadang XBB? Atau justru sebenarnya sudah terlambat?

Liputan6.com, Jakarta Sejak pertengahan Oktober 2022 lalu, subvarian Omicron baru bernama XBB telah terdeteksi di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, setidaknya sudah delapan WNI yang terinfeksi dengan varian satu ini.

Bersamaan dengan itu, kasus harian COVID-19 di Tanah Air pun perlahan mengalami lonjakan. Selama beberapa hari berturut-turut, kasus COVID-19 selalu melewati angka empat ribu. Bahkan, sempat melebihi lima ribu per hari.

Padahal cakupan vaksinasi booster saat ini masih terbilang rendah. Belum lagi, varian XBB sendiri memiliki kemampuan untuk menghindar dari imunitas (immune escape) yang diberikan oleh vaksinasi.

Lalu, bila Anda baru mau melakukan vaksin booster sekarang, apakah masih efektif untuk menghadang XBB? Atau justru sebenarnya sudah terlambat?

Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr Iwan Ariawan mengungkapkan bahwa jika melihat dari negara-negara lain yang sudah terdeteksi XBB, memang akan ada peningkatan kasus.

"Kasusnya meningkat cepat, terus turunnya juga cepat. Mungkin dalam dua sampai empat minggu akan mencapai puncaknya, kemudian setelah itu dia akan turun," ujar Iwan dalam media briefing SIAP Lanjutkan Prokesnya, SIAP Lengkapi Vaksinasinya pada Senin, (7/11/2022).

"Nah, lalu apakah virus ini akan lebih kebal terhadap vaksin? Itu kalau menurut keterangan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), ini kan sebenarnya subvarian. Varian utamanya satu Omicron, jadi sifatnya kurang lebih sama."

Sehingga Iwan menjelaskan, proteksi yang diberikan dari vaksin COVID-19 saat ini untuk mencegah terjadinya keparahan dan kematian tetap lebih besar.

2 dari 4 halaman

Vaksin COVID-19 Masih Tetap Berguna

Iwan mengungkapkan bahwa manfaat yang diberikan dari vaksinasi COVID-19 terutama untuk mencegah adanya keparahan hingga kematian tetap sama. Artinya, masih akan tetap efektif meskipun dihadapkan dengan varian baru seperti XBB.

"Jadi manfaat vaksin untuk mencegah keparahan dan kematian masih sama. Vaksin masih tetap sangat berguna," kata Iwan.

"Apakah booster sudah cukup? Nah, kalau varian ini masih tetap varian Omicron, itu sampai saat ini menunjukkan vaksinasi booster itu cukup untuk kita mencegah terjadinya perburukan maupun kematian," tambahnya.

Namun menurut Iwan, terdapat kendala dalam proses percepatan vaksinasi COVID-19. Terutama dalam hal keinginan yang saat ini sudah jauh berkurang dibanding dengan fase gelombang Delta.

"Faktor ketakutannya sudah hilang, sudah minim. Kedua adalah sebetulnya vaksinasi diharuskan, karena kalau masuk mal tidak bisa bila tidak disertakan dengan PeduliLindungi. Nah itu penerapannya kurang, kalau dulu penerapannya ketat waktu Delta," ujar Iwan.

3 dari 4 halaman

Cara Percepatan Vaksinasi COVID-19

Lebih lanjut Iwan mengungkapkan bahwa jikalau ingin mempercepat vaksinasi, maka harus mendorong masyarakat untuk mau divaksin lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi dan memberikan informasi soal manfaat vaksin.

"Karena masyarakat banyak yang enggak tahu. Buat apa divaksin, teman saya divaksin kena COVID-19 kena juga. Betul, yang sudah divaksin bisa terinfeksi COVID-19, cuma perlindungan vaksin sangat besar supaya kita tidak menjadi parah atau meninggal," kata Iwan.

Selain itu, dari segi logistik, ketersediaan vaksin COVID-19 pun harus dipenuhi. Iwan menjelaskan bahwa kemarin Indonesia sempat mengalami kendala dari segi stok vaksin. Namun kini kendala itu sudah tertangani.

"Mungkin diperlukan juga strategi untuk kelompok prioritas. Strategi untuk jemput bola. Seperti lansia, kalau kita tunggu datang, mungkin mereka terkendala untuk datang ke tempatnya. Jadi harus didatangi ke rumahnya," ujar Iwan.

4 dari 4 halaman

Menurunnya Kesadaran Masyarakat

Sebelumnya, Iwan juga mengungkapkan bahwa sebenarnya kondisi di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya pada gelombang Delta. Namun karena itulah, kesadaran masyarakat untuk vaksinasi COVID-19 ikut menurun.

"Tapi karena kita lebih baik, masyarakat dalam hal vaksinasi merasa kurang terlalu perlu, karena enggak ada fear factor-nya. Kalau waktu Delta, mereka melihat banyak di sekitarnya meninggal. Ada faktor ketakutan sehingga mereka mau vaksin," kata Iwan.

"Sekarang itu sudah enggak ada. Relatif yang mereka lihat di sekitarnya semua baik-baik saja. Padahal kondisi sekarang baik-baik saja itu karena dulu kita vaksinasinya bagus dan itu perlu kita teruskan supaya kita makin baik."

Iwan menjelaskan, jikalau masyarakat tetap malas-malasan untuk melakukan vaksinasi dan lalai protokol kesehatannya, maka Indonesia kemungkinan tidak dapat melangkah keluar dari kedaruratan pandemi COVID-19.

Padahal, Indonesia sudah merencanakan untuk keluar dari status pandemi COVID-19 pada 2023 mendatang. Sehingga bila ingin berjalan sesuai rencana, maka masyarakat sendiri harus mau untuk memenuhi syarat-syaratnya termasuk dari segi vaksinasi.