Liputan6.com, Jakarta Lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi lebih dari sepekan terakhir menempatkan Indonesia pada urutan pertama negara dengan tambahan kasus positif dan kematian terbanyak di Asia Tenggara.
Data ini tercantum dalam COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 116 yang dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2 November 2022.
Baca Juga
Menurut data tersebut, status ini disandang Indonesia pada periode 24-30 Oktober 2022.
Advertisement
Mengenai hal ini, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa kasus yang terjadi memang tidak bisa dimungkiri. Sehingga, harus dimaknai bersama khususnya oleh masyarakat untuk kembali mendisiplinkan protokol kesehatan (prokes) serta hidup bersih dan sehat dalam setiap aktivitas. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga kelompok rentan seperti lanjut usia (lansia) dan komorbid yang biasanya mendominasi tingkat kematian di Indonesia.
Wiku mengatakan, lonjakan kasus disebabkan banyak faktor, mulai dari dinamika virus hingga masyarakat yang belum mendapat booster.
“Banyak faktor yang menyebabkan lonjakan kasus terjadi, karena dinamika virus yang beredar dengan cepat. Ditambah longgarnya protokol kesehatan, khususnya memakai masker yang sudah mulai jarang terlihat di tempat tertutup atau event-event besar yang menyebabkan kerumunan padat,” kata Wiku kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (7/11/2022).
“Serta masih banyak yang belum melakukan vaksinasi sampai dengan booster,” tambahnya.
Tindakan Pemerintah
Sebagai upaya mencegah infeksi dan menurunkan lonjakan kasus, pemerintah telah mendatangkan 5 juta dosis vaksin Pfizer, kata Wiku.
“Pemerintah saat ini telah melakukan tindakan dengan mendatangkan 5 juta dosis vaksin Pfizer yang akan didistribusikan ke daerah kabupaten/kota sehingga diharapkan masyarakat untuk turut memenuhi target vaksinasi bersama.”
Selain itu, pemerintah juga terus memaksimalkan kanal media massa untuk melakukan edukasi kepada masyarakat terkait disiplin memakai masker dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Ini dapat diterapkan dengan istirahat cukup, rutin berolahraga, mencuci tangan, menjaga kesehatan mental dan tetap bahagia.
“Pesan saya kepada masyarakat, selama lebih dari 2,5 tahun kita hidup bersama dengan COVID-19. Kembali adanya kenaikan kasus tentu harus kembali kita tingkatkan tanggung jawab individu dan kolektif menghadapi COVID-19.”
“Ingat, orang-orang rentan selalu ada di sekitar kita sehingga harus kita jaga bersama jangan sampai orang terkasih terkena COVID-19 karena kelalaian kita,” ujar Wiku.
Advertisement
Dikaitkan dengan XBB
Dalam kesempatan berbeda, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 sepekan terakhir disinyalir berkaitan dengan XBB.
“Kalau adanya kenaikan kasus yang terjadi di berbagai negara ini memang berkaitan dengan XBB, jadi disinyalir tren kenaikan kasus yang terjadi di Indonesia juga berkaitan dengan varian XBB yang sudah ditemukan di sini,” kara Reisa dalam Siaran Sehat, Senin (7/11/2022).
Tentunya, lanjut Reisa, ini harus menjadi pengingat bagi masyarakat. Pasalnya, dewasa ini aktivitas warga sudah berjalan seperti biasa atau berangsur-angsur normal.
“Kegiatan masyarakat sudah seperti sebelum ada pandemi, perlu diingat bahwa pandemi masih ada. WHO belum mencabut statusnya, ditambah sekarang XBB sudah ditemukan di 28 negara sampai sekarang.”
“Jadi, ketika kita beraktivitas di luar rumah, tentunya kita belajar dari negara lain juga yang sudah banyak ditemukan kasus ini. Harus tetap waspada, harus tetap membekali diri dengan protokol kesehatan dan lengkapi vaksinasi kita.”
Belajar dari pengalaman dua tahun menghadapi pandemi, protokol kesehatan tidak hanya bermanfaat untuk mencegah COVID-19 tapi juga penyakit-penyakit lain.
“Jadi enggak ada salahnya untuk membekali diri dengan mengencangkan protokol kesehatan yang selama ini telah kita lakukan,” ujar Reisa.
Upaya dari Hulu ke Hilir
Dalam acara virtual yang sama dengan Reisa, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa XBB adalah anak dari varian Omicron yang memang memiliki kemampuan penularan tinggi.
Dengan adanya subvarian ini maka testing, tracing, dan treatment (3T) serta vaksinasi masih penting dilakukan, katanya.
“Nah untuk mengantisipasi lonjakan kasus, pemerintah terus menguatkan upaya-upaya dari hulu ke hilir,” kata Nadia.
Upaya dari hulu yakni protokol kesehatan salah satunya penggunaan masker yang saat ini terlihat mulai longgar. Tak lupa pula hindari kerumunan yang padat dan lakukan tes.
“Tapi di hilir kami juga siapkan rumah sakit, pengobatan, dan tentunya fasilitas yang dibutuhkan. Jangan lupa segera vaksinasi terutama untuk booster ketiga karena itu jadi pelindung kita,” ujar Nadia.
Advertisement
Menyediakan Telemedisin dan Obat
Ia juga mengingatkan bahwa pemerintah telah menyediakan telemedisin untuk pasien COVID-19. Tak seperti dulu, kini telemedisin telah diperbaharui.
“Yang berbeda, telemedisin saat ini obatnya bisa diambil langsung oleh saudara pasien atau keluarga pasien di apotek kimia terdekat. Jadi kalau kita positif, kita akan mendapatkan WA dari Kemenkes di nomor 081110500567.”
“Sayangnya saat ini banyak yang enggak merespons WA tersebut mungkin karena gejalanya ringan seperti batuk pilek jadi mengira dengan istirahat pun bisa sembuh sendiri.”
Padahal, telemedisin ini sangat bermanfaat karena pasien akan mendapatkan pengawasan dan obat gratis untuk orang yang isolasi mandiri. Masyarakat juga tak perlu ragu jika mendapat pesan dari Kemenkes karena yang resmi ada centang hijaunya.
Pasien yang sudah terdaftar dapat melakukan konsultasi secara daring dari layanan telemedisin dan mendapat paket obat sesuai dengan kondisi status COVID-nya.